11 Februari 2012

Tangisan Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam

Sebelum membaca postingan ini mari kita membaca sholawat nur“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur”
 Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian- Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya d an sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”

setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohon yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping. 
 Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang- orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. 
Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda," Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku." 
 Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan disiksa dengan keji. Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada yang didapatkan kecuali hinaan dan pengusiran yang keji. 
 Ketika Rasulullah menyadari usaha dakwahnya itu tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Thaif. 
Tetapi penduduk Thaid tidak membiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan.
Lemparan batu yang mengenai Nabi demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran darah. Dalam perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut. 
Di sana beliau berdoa begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan Nabi, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemuinya.
Setibanya di hadapan Nabi, Jibril memberi salam seraya berkata, "Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan pada orang-orang ini. 
Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu." Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Kata malaikat itu, "Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung itu akan mati tertindih. 
Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya." Mendengar tawaran malaikat itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, dengan sifat kasih sayangnya berkata,"Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada- Nya." 
Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya,"Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu?" Mereka menangis dan berkata," Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia." 
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,"Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian." (HR. Thabari, Baihaqi, dan Syafi'i). 
Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasulullah, maka Ali bin Abi Thalib ra, bertanya kepadanya,"Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?" Ia menjawab, "Aku akan keluar ke padang sahara. 
Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian." Ali bertanya,"MEngapa kamu lakukan itu?" Ia menjawab,"Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil." Ali berkata,"Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf, ... Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS. Yusuf : 91). 
Abu Sufyan pun kembali kepada Rasulullah dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata,"Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS Yusuf: 91). 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya. 
Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya,... Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf: 92).
Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,"Bacakan Al-Qur'an kepadaku." 
Ibnu Mas'ud berkata,"Bagaimana aku membacakannya kepada Engkau, sementara Al- Quran itu sendiri diturunkan kepada Engkau?" 
Lalu beliau menjawab,"Aku ingin mendengarnya dari orang lain." Lalu Ibnu Mas'ud membaca surat An- Nisa hingga firman-Nya, "Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS. an-Nisa: 41). 
Begitu bacaan tiba pada ayat ini, beliau bersabda,"Cukup." Ibnu Mas'ud melihat ke arah beliau, dan terlihatlah olehnya bahwa beliau sedang menangis. 
Dalam kisah ini kita memperoleh pelajaran berharga, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam sangat mencintai umat manusia. Beliau sangat mengharapkan agar orang-orang kafir itu beriman. Karena balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala. Rasulullah sendiri pernah melihat neraka. Dia melihat sungguh mengerikan neraka itu. Hingga ketika menyadari hal itu, mengalirlah airmatanya dengan deras. 
Abu Dzar ra, meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, bahwa beliau mendirikan shalat malam, sambil menangis dengan membaca satu ayat yang diulang-ulangi, yaitu, "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adaalah hamba-hamba Engkau juga". (QS. Al- Maidah: 118). 
Dan diriwayatkan saat hari kiamat tiba, beliaulah orang yang pertama kali dibangkitkan. Yang diucapkan pertama kali adalaha,"Mana umatku? Mana umatku? Mana umatku?" 
Beliau ingin masuk surga bersama-sama umatnya. Beliau kucurkan syafaat kepada umatnya sebagai tanda kecintaan beliau terhadap mereka.
Beliau juga sering berdoa, Allahumma salimna ummati. 
Ya Allah selamatkan umatku. 
Keadaan diri Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam digambarkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dalam firman-Nya, Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap oramh-orang mukmin. (QS. at-Taubah: 129). 
Alangkah buruknya akhlak kita bila tak mencintai Rasulullah, sebagaimana Rasulullah mencintai, berkorban untuk kita, dan meneteskan airmatanya untuk kita. 
Disini, apakah kita hanya berdiam diri saat Nabi dihina, seolah kita bukan lagi umatnya.
Apakah kita rela Nabi berdakwah seorang diri dan kemudian dilempari batu hingga berdarah-darah, sementara umatnya yang begitu banyak hanya bisa berdiam diri? 
Tangisan Rasulullah hendaknya menjadi pengingat kita, untuk lebih mencintainya, membelanya, bahkan berkorban nyawa untuknya, sebagaimana ia telah berkorban nyawa untuk kita agar kita selamat dari siksa neraka

̬̩̬̩̃̊ اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ̬̩̬̩̃̊ 
(ALLAAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD)
 by : Pondok Para.Pecinta.Habaib.dan.Ulama  
https://www.facebook.com/Para.Pecinta.Habaib.dan.Ulama/posts/366475576713210

Tidak ada komentar:

Posting Komentar