25 November 2017

C i n t a

🌻﷽ ⚘ ﷽ 🌻 ﷽

 اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

 🌸'Jika CINTA adalah hal terindah dalam hidupmu,

maka jadikan keimanan sebagai tiangnya,

 serta ketaqwaan kepada SANG MAHA CINTA sebagai pondasinya,

 berilah atap ketulusan dlm melakoninya,

agar apapun yg menerpamu, cahaya keikhlasan senantiasa menjadi penerang langkahmu''....
 

🌹 Cinta sesuci apapun kalau masih hanya sebatas bayangan,  maka Cinta nya bagaikan  Fatamorgana..

❤ Cinta yg sejati yaitu  apabila  engkau menjadi lebur kedalam yang engkau cintai.

 Di dlm kitab syarakh Al Hikam Ibnu Ibad juz II hal.36 dikatakan :

 Hakikat cinta adalah sekiranya engkau meleburkan seluruh dirimu demi untuk orang yg engkau cintai sehingga tidak ada sesuatupun yg tertinggal untuk dirimu sendiri...

🌷Cinta ada ukuran dan kualitasnya

1. Mahabbah Sifatiyah (Kecintaan kepada Sifat sifat) :
Yaitu, munculnya sebuah  cinta di hati yang di sebabkan  karena tertarik kepada sifat sifat dari yg dicintainya seperti Cantik, Lembut,  Indah,  Anggun,  Pandai n Cerdas,  Supel,  Baik hati,  Cakep, Gagah, Dermawan, Kaya,  Sholih Sholihah,   dll, 
nah apabila Sifat sifat  diatas menjadi daya tarik sebuah  Cinta, atau menjadi Asbab timbulnya kecintaan,  maka Cinta yang  semacam ini  tidak akan berkekalan,  dan gampang berubah menjadi kebencian ketika sifat sifat diatas hilang...
 (Cinta seperti ini,  masih tergantung kepada situasi dan kondisi / cinta yang sesuai dengan  hawa nafsunya saja)

2. Mahabbah Fi'liyah (Kecintaan kepada Pekerjaan/Perbuatan) :
 Yaitu Cinta muncul  karena tertarik oleh pekerjaan atau jabatan atau kekayaan orang yg dicintai, cinta semacam ini juga tidak awet.
(Cinta seperti ini pun masih tergantung kepada situasi dan kondisi / cinta yang sesuai dengan  hawa nafsu)

3. Mahabbah Dzatiyah (Kecintaan kepada DzatNYA) :
Yaitu timbulnya ke Cintaan adalah karena DzatNYA atau WujudNYA saja  yg dicintainya dan hatinya tidak pernah memandang kepada  keadaan Rupa dan Kedudukan serta bentuk  dan sifat orang yg dicintainya (cinta yg tidak membutuhkan sebab) atau cinta tanpa Syarat..
 inilah Wujud Cinta SEJATI tanpa adanya campur tangan Hawa Nafsu.

Nah, ada di  tingkatan manakan cinta kiTa  saat ini...

20 November 2017

Hutang Lunas Tanpa Membayar

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ

Hutang lunas karena banyak baca Solawat...

Syeikh Husna Syarif, seorang ulama besar di Mesir bercerita tentang seorang yang terbelit  banyak hutang di tengah kubangan kemiskinannya.

Dulunya dia adalah orang yang sangat kaya raya namun jatuh bangkrut sampai terbelit hutang sana sini.

Setiap hari, rumahnya penuh dengan orang yang menagih hutang.

Akhirnya ia terpaksa pergi menjumpai seorang saudagar kaya dan meminjam uang sebanyak 500 dinar.

Saking terkenalnya dia sudah banyak hutang sampai-sampai saudagar ini bertanya,
*"Kira-kira kapan anda akan melunasi pinjaman ini ?*
*"Minggu depan tuan." jawabnya singkat.*

Ia pun berhasil meminjam hutang lalu pulang dengan 500 dinar di genggamannya.

Uang itu segera dia bayarkan kepada orang-orang yang setiap hari datang menagih hutang kepadanya sampai 500 dinar yang ia peroleh itu tidak tersisa sama sekali.

Hari demi hari ia bertambah sulit dan terpuruk kondisi ekonominya hingga tempo pembayaran hutangnya pun tiba.

Saudagar mendatangi rumah si miskin dan mengatakan,
*"Tempo hutang anda telah tiba."*

Dengan suara lirih dia menjawab,
*"Demi Allah saya sedang tak berhasil mendapatkan apa-apa untuk membayar. Tapi sungguh saya terus berusaha untuk melunasi."*

Saudagar merasa geram lalu mengadukannya ke pengadilan, dan membawanya ke hakim.

Di pengadilan, Hakim bertanya:

*"Mengapa anda tidak membayar hutang anda ?"*

Dia menjawab,
*"Demi Allah saya tidak memiliki apa-apa tuan."*

Karena merasa ini adalah kesalahan si miskin maka hakim memvonisnya dengan hukuman penjara sampai ia bisa melunasi hutangnya.

Kemudian si miskin bangkit dan berkata :
*"Wahai tuan Hakim, berilah saya waktu untuk hari ini saja.* *"Saya hendak pulang ke rumah untuk berjumpa keluarga dan mengabarkan hukuman ini sekalian berpamitan dengan mereka, kemudian saya akan langsung kembali untuk menjalani hukuman penjara.*

Hakim: *"Bagaimanamungkin, apa jaminannya kau akan kembali besok ?*

Lelaki itu terdiam, tapi seolah mendapat ilham di benaknya. *""Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  jaminanku, wahai tuan hakim,* *bersaksilah untukku jika besok aku tidak kembali maka aku bukanlah termasuk umat Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Sang Hakim tersentak diam, ia sadar betapa bahayanya jaminan itu jika si miskin bohong.

Hakim berfikir sejenak lalu memilih untuk percaya demi Rasulullah  صلى الله عليه وسلم . Hukuman pun ditunda sampai besok.

Sesampainya di rumah, si miskin mengabarkan kondisinya kepada istrinya bahwa esok akan dipenjara.

Istrinya bertanya : *"Kok sekarang engkau bisa bebas ?*

*"Aku menaruh nama Rasulullah   صلى الله عليه وسلم sebagai jaminanku."*

Air hangat menetes dari mata istrinya seraya ia berkata pada suaminya;
*"Jika nama Rasulullah  صلى الله عليه وسلم yang menjadi jaminan bagimu maka mari kita bershalawat.*

Dan mereka pun bershalawat kepada Rasulullah  صلى الله عليه وسلم dengan rasa cinta dan ketulusan yang mendalam hingga mereka tertidur.

*Tiba-tiba dalam tidurnya mereka bermimpi melihat Rasulullah  صلى الله عليه وسلم .* *Beliau memanggil nama si miskin seraya berkata,:*

*"Hai fulan jika telah terbit fajar pergilah ke tempat Alim fulan.*
*Sampaikan salamku padanya dan mintalah supaya ia menyelesaikan hutang piutangmu.*
*Jika Alim itu tidak percaya maka sampaikan 2 bukti ini;*
*"Katakan padanya bahwa dimalam pertama ia sudah membaca shalawat untukku 1000 kali, dan dimalam terakhir dia telah ragu dalam jumlah bilangan shalawat yang dibacanya.*

*Sampaikan padanya bahwa ia telah menyempurnakan shalawatnya.*

Seketika si miskin terbangun dan terkejut.
Tanpa ragu setelah subuh ia pergi menuju rumah sang Alim dan berjumpa dengannya. Tanpa buang waktu si miskin menyampaikan mimpinya

*"Wahai tuan, Rasulullah   صلى الله عليه وسلم telah menitipkan salam untukmu dan meminta agar engkau sudi menyelesaikan hutang piutangku."*

Alim bertanya,
*"Apa bukti dari kebenaran mimpimu itu ?"*

*"Kata baginda Nabi, di malam pertama engkau telah bershalawat sebanyak 1000 x dan dimalam kedua anda tertidur dalam keadaan ragu dengan jumlah bilangan shalawat yang telah anda baca.*
*Rasulullah   صلى الله عليه وسلم mengatakan bahwa hitungan shalawat anda telah sempurna, dan shalawat anda telah diterima olehnya."*

Mendengar itu, Alim itu spontan menangis karena berita gembira shalawatnya diterima Rasulallah  صلى الله عليه وسلم
*Maka alim tersebut memberi uang 500 dinar*
*dari baitul mal untuk melunasi hutang si miskin dan 2500 dari harta pribadinya untuk si miskin sebagai tanda terima kasih atas berita gembira yang disampaikan.*

Dengan dana itu si miskin langsung bergegas pergi ke Hakim untuk menyelesaikan perkaranya.

Sesampainya di pengadilan, si Hakim bangkit dari kursinya menyambut si miskin seakan sudah rindu.

Dengan senyum lebar sang Hakim memanggilnya seraya berkata:

*"Kemarilah, berkat kamu aku mimpi berjumpa Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  "*

*Rasulullah  صلى الله عليه وسلم telah berpesan kepadaku bahwa jika aku menyelesaikan hutangmu maka kelak Rasulullah   صلى الله عليه وسلم akan menyelesaikan perkaraku di akhirat. Ini uang 500 dinar untuk lunasi hutang-hutangmu".*

Belum juga Hakim selesai bicara, tiba-tiba pintu ada yang mengetuk.
Ketika dibuka, ternyata saudagar penagih hutang.
Dia langsung memeluk si miskin dan menciumnya sembari berucap,

*"Berkat anda saya mimpi berjumpa Rasulullah*.
*Beliau berkata padaku jika aku merelakan hutangmu maka kelak di hari kiamat,Rasulullah   صلى الله عليه وسلم akan merelakan segala tanggunganku dan ini uang 500 dinar hadiah untuk anda dan hutangmu lunas".*

*"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bersalawat kepada Nabi (Muhammad  صلى الله عليه وسلم) maka wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam sejahtera dengan penghormatan yang sepenuhnya."*
(Al Ahzab;56)

Semoga kisah diatas menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad  صلى الله عليه وسلم sebagai kekasih dan Rosul Allah

🥀🥀⚘🌻
*Allohumma Sholli 'ala Sayyidina wa Maulana Muhammaddin  Wa 'ala Aalihi wa Ashhabihi wa Azwajihi wa  Dzurriyyatihi wa Ahli Baiytihi 'adada maa Fii 'Ilmillaahi Sholaatan  daa'imatan Bidawaami Mulkillaah*
🌷🌷

Saudaraku,  setiap problema,  pasti ada jalan keluarnya dg IzinNYA,

14 November 2017

Qur'an, apa Kitab?


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ

Filsafat Tasawwuf
oleh
DR KH Imam Muslimin

Mohon maaf sebelumnya, saya akan ikut urun rembuk terhadap sesuatu yang mungkin dianggap sebagai problema oleh sebagian dari beberapa orang.

Semoga bisa dijadikan pertimbangan, karena apa saya sampaikan bukan jawaban yang MAK JLEBB, seperti pernah disampaikan problema dimaksud oleh Guru saya Prof. Imam Suprayo dan juga berbagai jawaban atas pernyataan Prof. Imamً Suprayogo, oleh para sesepuh dan Kyai.

Saya hanya menyampaikan sesuai dengan kapasitas saya yang sangat terbatas, saya sebagai Dosen FILSAFAT TASAWUF alias dalam kerangka ini barangkali penjelasan saya untuk memberikan urun rembuk yang hanya sebagai penjelasan saja, bukan jawaban. Saya bukan ahl tafsir, ahli fiqh dan sebagainya. Saya adalah dosen yang kebetulan mengajar mahasiswa MK Filsafat dan Tasawuf serta beberapa mata kuliyah lainnya.

Hendaknya dijelaskan terlebih dahulu, apa itu Qur'an..???

Apakah yang dimaksud dengan Qur'an itu adalah kertas yang ditulisi oleh manusia atau dicetak oleh percetakan yang yang terdiri dari 114 surat, 30 juz sekian ribu ayat dan sekian juta huruf; Dimulai dari surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas, itu disebut Qur'an..???

Apa pula yang dimaksud dengan dengan hadits, apakah ia tulisan yang dikumpulkan dalam buku oleh para tokoh seperti al Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud dan Ibnu Majah; Yang kemudian buku tersebut disebut dengan "kutub sittah"..???

Apakah kutub sittab (enam buku) itu yang dimaksud dengan hadits???

Kemudian apa yang dimaksud dengan dalil, apakah teks tulisan tangan manusia yang dinisbatkan kepada qur'an dan kutub sittah, itu disebut dalil..???

Qur'an itu kitab abadi ketika terbaca atau dibaca. Ia nyata adanya di dalam dada manusia dan dia adalah ayat yang jelas berada di dalam dada manusia;

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ

Al-Ankabut 49

Siapa berpegang teguh padanya tiada tersesat selama-lamanya.

Itulah "kitaballah wa sunnata rasulihi.."

تركت فيكم أمرين إن تمسكتم بهما لن تضلوا أبدا : كتاب الله وسنة رسوله

Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, jika kalian berbegang teguh dengan keduanya, maka kalian tiada tersesat selama-lamanya.

Apakah "kitaballah" itu kertas yang ditulisi oleh manusia???

Apakah sunnah rasulullah itu "kutub sittah"???

Kitaballah itu "Alif Laaam Miiim" yang tiada keraguan di dalamnya untuk ditaqwai agar menjadi petunjuk bagi mutaqqin..

Sunnah rasulullah itu Shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah..

Jika ada tulisan tunjuk arah ke Surabaya 85 KM, apakah ini dilalah apa dalil???

Jika seseorang meminta dalil akan dilalah ke Surabaya 85 KM, ia harus mau ditunjukkan dengan alat "meteran" misalnya, kemudian dilakukan pengukuran dari tempat tunjuk arah tersebut, sampai tiba di Surabaya.

Kalau yang bertanya saja belum mengerti apa yang ia tanyakan, bagaimana menjawabnya??

Kalau yang bertanya tidak menginginkan jawaban apapun dari yang ditanya, perlukah yang ditanya menjawabnya???

Kemudian berkenaan dengan apa itu qur'an dan apa itu kitab???

Hendaknya dijelaskan pula agar sedapatnya diperoleh pengertian atas benda yang bernama qur'an dan kitab itu.

Qur'an itu ayat nyata yang di dalam dada manusia ketika terbaca atau dibaca, itulah qur'an namanya.

Lalu apa dan bagaimana dan dengan mushaf al Qur'an dan kutub sittah yang berjilid-jilid itu???

Keduanya amat penting posisinya sebagai marja' atau tempat merujuk, apakah bacaan (qur'an) terhadap ayat yang di dalam dada ini, sesuai dengan tulisan yang dikumpulkan di atas kertas itu.

Perlu dipahami pula, bahwa yang diturunkan bukan Qur'an, tapi al Kitab atau catatan dan harus dibaca.

ِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ0 الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا

اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
Al-Isra' 14.

Maka yang disuruh mengqur'an atau membaca adalah kitab catatan dirimu..

Sedangkan bacaan atau qur'an dengan bahasa Arab, karena Nabi Muhammad saw orang Arab yang lisan mulia beliau mengata dengan bahasa Arab.

Seandainya Nabi Muhammad saw itu, orang Turen, tentu bacaannya atau qur'annya berbahasa Jawa Malangan dan agak keduro-duroan.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Yusuf : 2.

Lalu terkait dengan haji, apakah ke Makkah atau Jember???

Haji itu ke Akbar, maka disebut dengan "hijjul akbar.."

Makkah itu tempat atau lokasinya Akbar, tepatnya di Baitullah, tandanya Ka'bah dan pintu masuknya adalah batu hitam atau hajar aswad.

Kalau Anda pergi ke rumah saya, siapa dan apa yang Anda tuju atau bahasa Arabnya "liman atau ila man tahujju"???

Apa dan siapa yang Anda hajatkan atau perlukan???

Bukan rumah saya kan???

Akan tetapi tentu Anda berhajat atau berhaji kepada saya, bukan rumah saya.

Rumah saya hanyalah alamat atau tanda di mana saya berada dan tinggal.

Tenaang duluuur, ojok menuduh yang bukan-bukan dulu, yaaa???

Saya mendapatkan pengertian semacam itu, bukan baru saja, tapi sejak tahun 90an dengan seorang guru yang mlarat dan kere tiada harta benda di desa Nanggalan perbatasan Blitar Kediri.

Tapi, tentu semua itu hanyalah penjelasan bukan keputusan, sehingga masih mungkin diberikan berbagai penjelasan yang lain untuk didapatkan penjelasan yang lebih jelasss dan seterusnya.

Selanjutnya, apa itu Islam??

Kalau saya mengartikan Islam itu, seperti dirumuskan oleh para pendahulu kita, para alim dan cendekia yaitu Islam itu rukun.

Rukun itu anggota badan jama'nya "arkan" alias amal nyata.
Jikalau Islam itu pasti beramal nyata berupa kerukunan. Kalau tidak rukun, bukan Islam.

Maka RUKUN ISLAM artinya, beramal nyata kerukunan, saling menghargai, hati tetap husnu dhon dst, itulah damai diri dan damai orang lain atau Islam..

Islam itu mendamaikan : aslama- yuslimu-islam artinya mendamaikan diri sehingga bisa berdamai tehadap orang lain, produknya adalah "salam" atau kedamaian.

🥀⚘🌻
*Allohumma Sholli 'ala Sayyidina wa Maulana Muhammaddin  Wa 'ala Aalihi wa Ashhabihi wa Azwajihi wa  Dzurriyyatihi wa Ahli Baiytihi 'adada maa Fii 'Ilmillaahi Sholaatan  daa'imatan Bidawaami Mulkillaah*
💙🌷🌷

Guru Mursyid

  ❀✿           بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ      ✿❀
                                                                                                                 

اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Sunan Bonang berkata :
Jangan hanya belajar kepada KITAB,
Haruslah belajar juga kepada KUTUB,

Yaitu KUTUB Alamin ialah seorang Guru Mursyid Pewaris Nur Muhammad dari Rosulullloh SAW,inilah yg disebut ulama Warosatul Anbiya yg mewarisi ilmu Nabi,sebagai QUTUB amal dan QUTUB ilmu

Karena penjelasan islam tidak cukup hanya DIJABARKAN
Tetapi harus dibimbing oleh seorang mursyid agar DITASYJIDKAN.

Yaitu DIHIDUPKAN dan dinyalakan cahaya dzikir dihati kita dg TALKIN DZIKIR.
Agar kita dituntun kepada hadrat Allah sampai marifat billah.
Melalui Dzikir Dzahar, Dzkir Khafi, Dzikir Ruh, Dzikir Sirri dan Dzikir Akhfa..!

Tentang seorang MURSYID di dalam Quran disebut oleh Alloh dalam surat Al Kahfi ayat 17:

"May-yahdillaahu fahuwal muhtad wa may yauhdhil falan tajida lahuu WALIYAM MURSYIDA"

Artinya :
Barang siapa yg diberi petunjuk oleh Alloh dialah yg mendapat petunjuk dan siapa yg dibiarkan-Nya sesat,maka tidak akan dipertemukan dg WALI MURSID yg memberinya petunjuk.

Semoga Akhy dan Ukhty semuanya mendapatkan hidayah dipertemukan dg Qutub Alamin atau WALI MURSYID dalam perjalanan hidup kita yg cahaya dzikirnya mampu menyulut dan menyalakan cahaya iman dan taqwa, , ,
Aamiin

Renungkanlah

  🌻﷽ ⚘ ﷽ 🌻 ﷽ ⚘

♡ اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ♡

Mengapa kita begitu bosan ketika memandangi Kitab Suci *AL QUR'AN* ? Tetapi begitu santai ketika membaca buku-buku yang lain.

🌃Mengapa *MASJID MASJID* itu jadi lebih kecil? Tetapi bar dan klub malam meluas.

🌃Mengapa begitu mudah Mengidolakan (memuja) Selebriti? Tetapi sangat sulit akrab dengan *HAMBA HAMBA ALLAH* yang *SHALEH* 

🏯Ingatlah; *ALLAH (Subhanahu Wa Taala)* Berfirman: _*Jika Kalian Mengingkariku di depan Teman-teman kalian, Aku akan Mengingkari kalian pada Hari Pembalasan.*_

🌃Ketika satu pintu tertutup, ALLAH membukakan yang kedua; Jika  ALLAH telah membuka pintu-pintu untuk ANDA, sampaikanlah dakwah walau satu ayat. 

🌍Allah tidak memiliki BLACKBERRY, Android, tapi Dia adalah Kontak Favorit saya...

🌍Allah tidak ada di TWITTER, tetapi aku masih mengikutinya dan akan mengikutinya selamanya...

🌍Allah tidak ada di WHATSAPP,  tapi Dia selalu online...

*Jadi sekalipun tidak ada  INTERNET, Saya akan selalu terhubung dengannya...*

Telah dikatakan bahwa ketika *Malaikat Maut mengambil Ruh (nyawa) dari tubuh* yang telah meninggal dunia….. itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan. 

Mereka berkata bahwa ketika Orang mati bangkit pada hari Qiyamat, pengaruh dari Ruh yang telah diambil akan tetap disana.

 Oleh karenanya, Allah telah memberitahukan kepada kita untuk *membaca  Ayatul-Kursi* setiap selesai Sholat Fardhu dan itu akan meneguhkan yang membacanya, Ruh mereka akan dicabut sebagaimana Anda mencabut sehelai rambut dari gundukan tepung. 

Akan begitu ringan rasanya, Masha Allah!

🌉 *Semoga Allah Menyelamatkan kita* dari segala macam rasa sakit dan mengizinkan kita Meninggal di atas Imaan di hati Kita dan menyelamatkan kita dari ‘Azabnya. Aamiin….
🌉Tidak ada kata yang Seindah *ALLAH*.
🌉Tidak ada Tauladan yang seindah *RASULULLAH MUHAMMAD*  (Shallallahu ‘Alaihi Wasallam).
🌉Tidak ada Tuntunan seindah *ISLAM*.
🌉Tidak ada nyanyian yang semerdu *ADZAN*.
🌉Tidak ada Darma seberarti *ZAKAT*
🌉Tidak ada ensiklopedi sesempurna *AL QUR'AN*
🌉Tidak ada diet sesempurna *PUASA*.
🌉Tidak ada Pengembaraan sesempurna *HAJI*
🌠 *Islam itu selamanya Indah dan Sempurna*, 

🌠Ini sangat biasa diantara kita, sebagian besar kita berbicara pada waktu Adzan... 

🌠Baca ini..
Rasulullah yang mulia (Shallallahu Alaihi Wasallam) berkata, " *_Hentikan melakukan segala aktivitas selama mendengar ADZAN, meskipun sedang membaca Quran_*..

.. 🏯BACALAH DO’A INI UNTUK HIDUP YANG LEBIH BAIK...

_*Allahumma-Inni-Alaa-Dzhikrika-wa Shukrika-wa-husni-ibaadatika*_.
Sebuah Do’a yang dahsyat telah dikirim kepada Anda. 

SUBHANALLAH !!!*

🌍 Bangkitlah segera ketika Anda mendengar ADZAN, seperti ketika anda mendengar telephone Anda berdering❗

🌍Bacalah AL QUR'AN dengan BENAR, 
Seperti Anda membaca tulisan❗

🌃Takutilah ALLAH, seperti Anda takut KEMATIAN❗

🌃Ingatlah KEMATIAN, seperti Anda  
      Mengingat Nama Anda❗

🎇Berapa menit yang diperlukan Untuk mengerjakan setiap Sholat❗

🍇"SUBUH" 4 - 6 Menit❗

🍇"ZUHUR" 6 - 8 Menit❗

🍇"'ASHAR" 6 - 8 Menit❗

🍇"MAGHRIB" 5 - 7 Menit❗

🍇"ISYAA' " 7 - 10 Menit❗

🍒Total 28 - 39  Menit per hari dari 24 jam❓ 🍒

🌍Mari Pikirkan tentang hal ini, apakah kita betul-betul menghabiskan waktu kita demi kepentingan ALLAH❓

Cahaya-Cahaya Watak Diri An Nafsiyyah


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ

اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Setelah tujuh hari khalwat di ruang al-Fath, di bulan Ramadhan Mas Wardi Bashari keluar dengan wajah berbinar-binar memancarkan kegembiraan. Meski tampilannya kusut, namun wajahnya memantulkan suatu keluas-bebasan jiwa yang tidak diberati beban-beban yang menekan. Dan sewaktu menghadap Guru Sufi yang sedang  berbincang-bincang dengan para sufi dan salik di teras mushola, Mas Wardi Bashari mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Guru Sufi yang telah menunjukkannya ‘jalan’ Kebenaran yang haqqiqi kepadanya sampai ia menemukanNya. “Saya telah menyaksikan-Nya,  romo kyai. Saya telah sampai. Matur nuwun.”

Guru Sufi ketawa mendengar pengakuan Mas Wardi Bashari sambil memandang para sufi yang juga ketawa. Setelah itu, dengan suara lembut Guru Sufi bertanya,”Engkau telah menyaksikan apa? Engkau merasa telah sampai di mana?”

“Saya telah menyaksikan cahaya Kebenaran, romo  kyai,” sahut Mas Wardi Bashari menegaskan,”Saya telah sampai kepada-Nya. Saya sudah menyaksikan cahaya-cahaya aneka warna memancar dari qalbu saya. Saya tidak bisa menceritakan bagaimana cahaya-cahaya itu, tetapi keindahannya tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata dalam bahasa manusia,” sahut Mas Wardi Bashari menjelaskan pengalaman ruhaninya.

“Apakah cahaya yang engkau lihat ada yang merah? Kuning? Kehitaman? Putih? Hijau bening seperti kristal?” tanya Guru Sufi memancing.

“Benar sekali, romo kyai,” sahut Mas Wardi Bashari masih tertegun-tegun dicekam pesona pengalaman ruhaninya, ”Saya melihat cahaya kemerahan yang sangat menyilaukan memancar seperti kilatan petir dari kedalaman qalbu saya dan cahaya itu menyelimuti seluruh cakrawala. Apakah itu bukan cahaya-Nya?”“Ketahuilah wahai sahabat, bahwa Allah kesucian dan keazalian-Nya diselubungi oleh tujuh puluh cahaya dan kegelapan. Syaikh Ahmad Rifa’i malah menyebut 70.000 selubung hijab cahaya dan kegelapan. Jadi jangan sekali-kali engkau menganggap jika sudah menyaksikan cahaya itu sudah sama dengan sudah melihat-Nya,” kata Guru Sufi menjelaskan.

“Tapi romo  kyai,” kata Mas Wardi Bashari berkilah,”Bukankah Allah itu  adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya  adalah ibarat misykat. Di dalam misykat itu ada Pelita. Pelita  itu ada di dalam Kaca. Kaca  itu laksana bintang berkilau yang dinyalakan dengan minyak dari  pohon yang diberkati. Pohon zaitun yang bukan di Timur atau di Barat. Yang minyaknya hampir-hampir menyala dengan sendirinya, walaupun tidak ada Api  yang menyentuhnya. Cahaya di atas Cahaya! Allah  menuntun kepada Cahaya-Nya, siapa saja yang Ia kehendaki. Allah  membuat perumpamaan bagi manusia. Sungguh Allah  mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An Nur : 35). Bukankah ayat Qur’an ini menunjukkan bahwa Allah adalah cahaya?”

“Ketahuilah wahai salik, bahwa Allah itu dalam haqqiqat meliputi satu kesatuan Asma’, Af’al, Shifat, Dzat. Apa yang terungkap dalam Al-Qur’an surah An-Nuur ayat 35 yang engkau sitir, tiada lain adalah ungkapan tentang Af’al-Nya menerangi dan meliputi langit dan bumi. Itu artinya, ayat Al-Qur’an itu mengungkapkan tentang Dia dalam iktibar bahasa yang bisa difahami manusia. Jadi jangan ditafsir-tafsirkan dengan akal pikiranmu, tetapi fahami dengan qalbumu.  Bukankah Rasulullah Saw sudah melarang kita untuk memikirkan Dzat-Nya?” kata Guru Sufi menjelaskan.

“Lalu makna Allah sebagai cahaya dalam ayat itu apa romo kyai?” tanya Mas Wardi.

“Asma’, Af’al dan Shifat-Nya yang menyelubungi haqqiqat  Dzat-Nya yang tersembunyi dan terahasia,” kata Guru Sufi menjelaskan, “Dan ungkapan kata cahaya di dalam Surah An-Nuur: 35 itu jangan sekali-kali engkau anggap sama dengan cahaya yang engkau saksikan. Sebab Cahaya langit dan bumi yang dimaksud di dalam al-Qur’an itu tidak bisa disaksikan mata inderawi karena diselubungi beribu-ribu cahaya dan kegelapan yang menghijab-Nya.”“Woo begitu ya romo  kyai,” sahut Mas Wardi Bashari mengerutkan kening,”Kalau begitu cahaya apa itu yang sudah saya saksikan memancar dari qalbu saya itu?”

“Syaikh Abdul Jalil al-Jawy  menjelaskan bahwa pemahaman cahaya  (nuur) itu mengikuti  limpahan anugerah yang memancar dari qalbu dan keadaannya mengikuti  kadar cahaya dalam  batinnya qalbu. Cahaya sendiri   beragam dan berbeda-beda: ada cahaya watak diri (an-nafsiyyah), ada cahaya akal (al-lubbu), ada cahaya ruh (ruhiyyah), ada cahaya qalbu (fawaid), ada cahaya titik hitam dalam qalbu (suwaidaa’ul qalb), ada pula cahaya batin yang terahasia (sirr), dan ada pula  cahaya rahasia di dalam rahasia batin (sirr al-asrar). Sirr al-Asrar itulah cahaya  yang paling agung dan paling sempurna,” kata Guru Sufi menjelaskan.

“Tapi bagaimana dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan cahaya-cahaya itu?”

Guru Sufi menjawab,”Tiap-tiap cahaya dari semua cahaya itu memang beragam dengan fungsi dan peran masing-masing sebagai selubung cahaya-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam kosmos (‘alam) senantiasa terdapat sesuatu yang bertentangan di mana yang bercahaya (nurani) selalu berlawanan dengan yang gelap (zhulmani). Dan ketahuilah, bahwa sesuatu yang gelap senantiasa berhubungan dengan sesuatu yang bersifat jasmani. Nah keragaman tiap-tiap cahaya itu berhubungan dengan tiap-tiap kegelapan yang menjadi lawannya. Demikianlah, masing-masing anasir cahaya itu eksis dalam keragamannya bersama kegelapan yang menjadi lawannya  sebagai hijab-hijab  yang menyelubungi rahasia Keberadaan-Nya.”

“Lalu cahaya aneka warna yang saya saksikan itu apa romo kyai?” tanya Mas Wardi Bashari ingin tahu.

“Itu adalah cahaya watak diri (an-nafsiyyah) yang memancar dari qalbumu,” kata Guru Sufi menjelaskan,”Cahaya merah adalah pancaran dari nafsu  ammarah (an-nafs al-ammarah). Cahaya kuning adalah pancaran dari nafsu sufliya (an-nafs as-sufliyyah). Cahaya kehitaman adalah pancaran nafsu lwammah (an-nafs al-lwammah). Cahaya putih adalah pancaran nafsu muthmainnah (an-nafs al-muthmainnah). Itu artinya, engkau sudah masuk ke dalam matra alam gaib (‘alam al-ghayb) dengan melalui ketersingkapan (kasyf) alam kecil (‘alam as-shaghir) dirimu sendiri. Itu berarti, pandangan batinmu (bashirah) yang tertutup karat jiwa (al-rayn)  telah mulai sedikit tersingkap.”

“Saya mohon petunjuk, romo kyai!” kata Mas Wardi Bashari memohon.

“Ketahuilah wahai salik, bahwa di balik ketersingkapan (kasyf) pandangan batinmu (bashirah) itu masih cukup kuat peranan angan-anganmu (khayal) yang bersumber dari akalmu (‘aql) untuk memperlambat bahkan menghambat ketersingkapan (kasyf) yang lebih luas, sehingga engkau terhenti pada sekat (barzakh) yang mengantarai alam gaib dengan alam nyata,” kata Guru Sufi.“Apakah gambaran-gambaran yang terbentuk dari cahaya-cahaya yang saya saksikan  itu adalah pantulan dari angan-angan (khayal) saya sendiri, romo kyai?” tanya Mas Wardi Bashari.

“Dalam cahaya merah engkau menyaksikan perwujudan harimau, kan?” tanya Guru Sufi.

“Benar sekali romo kyai,” sahut Mas Wardi Bashari, ”Saya saksikan harimau itu sangat ganas. Meraung-raung kelaparan seperti ingin memangsa segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Berarti, itu nafsu saya sendiri. Nafsu Ammarah. Dan perwujudan harimau itu sejatinya pantulan dari jiwa rendah saya sendiri, yaitu nafsu hewani (an-nafs al-hayawaniyyah) saya sendiri. Apakah seperti itu maknanya  romo kyai?”

“Itu benar demikian,” sahut Guru Sufi, ”Cahaya kehitaman yang engkau saksikan hanya sekilas bukan?”

“Benar romo kyai, saya hanya sekilas menyaksikan cahaya kehitaman yang lenyap ditelan kumparan cahaya kuning yang sangat terang dan meliputi segenap cakrawala kesadaran saya.”

“Itu artinya, engkau bukan golongan manusia yang kemaruk harta benda dan tidak cukup kuat terikat dengan kehidupan duniawi. Artinya, engkau tidak punya bakat menjadi orang matre yang kikir, pelit, bakhil, medhit seperti Qarun,” kata Guru Sufi tegas.

“Apakah setelah ini saya boleh khalwat lanjut ke ruang al-jihad?” tanya Mas Wardi Bashari dengan mata berbinar-binar diliputi kegembiraan dan harapan.

“Oo belum waktunya,” kata Guru Sufi datar,”Engkau justru harus pulang ke rumah dulu dan secepatnya menikah. Setelah cukup waktu hidup berumah tangga, engkau akan dipanggil untuk bisa memasuki ruang al-jihad.”

“Apa, pulang dan kawin?” Mas Wardi Bashari terhenyak kaget,”Saya sangat senang berada di sini, romo kyai. Saya sudah merasa tenang dan damai di sini. Kenapa saya harus pulang dan kawin?”

“Engkau belum bisa tenang secara paripurna, o Mas Wardi,” sahut Guru Sufi tegas, “Sebab jiwamu masih belum berdaya menghadapi kuasa nafsu sufliya yang sangat kuat memancar dari kedalaman jiwamu. Maksudnya, engkau masih banyak melewatkan waktu hidupmu dengan berimajinasi tentang hal-hal yang erotis yang merangsang syahwatmu. Justru itulah, nafsu sufliya yang masih kuat menguasaimu itu akan menjadi penghalang utama bagimu untuk melangkah ke tahap ruhani berikutnya. Jadi engkau harus melampiaskan terlebih dulu gelegak nafsu sufliya hewanimu lewat perkawinan yang sah menurut sarak.”“Aduh benar sekali romo kyai,” sahut Mas Wardi Bashari dengan wajah tersipu malu, “Kilasan-kilasan bayangan erotis itulah yang paling sering mengganggu khalwat saya.”

“Jadi untuk mengatasi kendala itu engkau harus kawin dulu,” kata Guru Sufi ketawa.

“Waduh berarti masih jauh ya perjalanan yang akan saya tempuh untuk sampai kepada-Nya,” kata Mas Wardi Bashari kurang semangat.

“Memang masih jauh dan engkau harus mulai sadar itu,” kata Guru Sufi tersenyum, “Jangan sekali-kali engkau berangan-angan bahwa berjuang (jihad) menuju Dia itu sesuatu yang mudah dan instant dengan cukup berkhalwat 40 hari sudah sampai. Ingat-ingatlah, bahwa Rasulullah Saw berkhalwat di Gua Hira itu sejak usia 25 tahun dan baru menyaksikan Namus (Jibril) pada usia 40 tahun. Ada jedah waktu 15 tahun yang mengantarai khalwat Rasulullah Saw dari awal sampai ketersingkapan awal.”

Mas Wardi Bashari termangu-mangu mendengar penjelasan Guru Sufi. Ia faham bahwa selama ini telah keliru mengasumsikan laku ruhani sebagai sesuatu yang gampang dijalani akibat pengaruh buku-buku tentang sufisme yang sering dibacanya. Bahkan saat ia menyaksikan kilasan-kilasan cahaya nafsiyyah selama bermujahadah dan musyahadah  telah ia sangkakan secara keliru sebagai cahaya Kebenaran Ilahi.

U l a m a

  🌻﷽ ⚘ ﷽ 🌻 ﷽ ⚘

♡ اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ♡

Jika dikembali kepada asal dan usulnya atau usul dan asalnya, maka sesuatu akan didapatkan pengertian.

Jika masih terjebak terhadap berbagai pendapat orang, apakah itu para ahli atau yang lainnya, maka kesulitan ditemukan pengertian atas sesuatu tersebut.

Sedangkan ketika disebutkan "para ahli" saja, itu artinya banyak pendapat dari ahli yang sudah barang tentu masing-masing ahli itu berbeda pendapatnya.

Jika masing-masing berbeda pendapat, bagaimana bisa ditemukan pengertian yang paling tepat??? Kecuali membandingkan antara satu pendapat dengan pendapat yang lainnya, sehingga bukan pengertian yang diperoleh, akan tetapi mungkin pendapat kita sendiri atas dasar perbandingan dari berbagai perbedaan pendapat dari para pendapat manusia.

Maka, hendaknya ada upaya untuk bersedia dan mau kembali dan mengembalikan segala sesuatu itu ke dalam asal dan usulnya atau usul dan asalnya.

Ulama' itu bukan manusia, ia adalah pewaris para Nabi penyambai berita penting dari Allah swt.

العلماء وثرة الأنبياء

Ketika seseorang dengan imannya yang tidak tidur alias ber-rooha-yaruuhu, maka iman tersebut akan menegakkan empat sifatnya yakni shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Berbeda dengan ketika iman itu tidur, sehingga ia tidak menegakkan empat sifatnya iman, maka ia tidak shiddiq, tidak amanah, tidak tabligh dan tidak fathonah.

Bagaimana supaya iman kepercayaan Tuhan tersebut tidak tidur..?

Lakukan dan tegakkan shalat. Maka shalat itu lebih baik dari pada tidur.

الصلاة خير من النوم

Jika shalat, maka iman tidak tidur. Oleh karena itulah iman bisa sambung dengan Allah Akbar, masuklah ke dalam benteng Allah dan barang siapa memasuki bentengnya Allah, aman dar siksa-Nya.

الا إله إلا الله حصني فمن دخل حصني أمن من عذابي

Kembali ke kata "ulama', bahwa secara asal dan usul ia bukan manusia,ulama adalah pewaris para Nabi.

Siapa dan apa yang bisa mewarisi para Nabi???
Tiada lain adalah iman yang bersifat empat, yakni shiddiq, amanah, tablih dan fathonah.

Saat iman bersifat empat  itulah ia sedang mendapatkan warisan, sehingga ia mukmin lalu mampu menyampaikan berita kenabian tanpa harus belajar dari manusia siapapun.

Jika masih harus belajar, atau apalagi masih mengutip dan menyampaikan berbagai pendapat para ahli, maka bukanlah ulama' pewaris para Nabi; Mungkin bisa disebut ulama saja atau majlis ulama atau duduk di majlis yang membahas ilmu dst. Akan tetapi, ia bukanlah ulama' yang dimaksudkan oleh Sabda Nabi Muhammad saw tersebut.

Tentu masing-masing orang dalam hal ini, sesuai kadar taufiq dan hidayahnya Allah swt.

Manusia dalam artian fisik, selamanya tidaklah mampu menjadi pewaris para Nabi. Bagaimana manusia yang "lakanudun" atau bersifat penentang dan keterlaluan menjadi pewaris para Nabi?

Manusia itu sering keluh kesah, manusia itu suka lupa diri ketika dalam posisi yang mapan dan mengeluh ketika dalam posisi yang kurang mapan, bahkan manusia thogho atau TER LAAA LUUU..

Kemudian, kalau seseorang itu mendapatkan warisan berupa sawah ladang atau harta yang lainnya, apakah di dalam mendapatkannya ia musti melakukan transaksi jual beli dan bekerja atau yang lainnya???

Apa si penerima harta warisan itu, harus bekerja keras untuk mendapatkannya???

Tentu tidak..

Warisan itu terwariskan dari pemilik harta yang diwariskan..

Pewaris para Nabi itu tinggal mendapatkan dan tidak perlu bekerka keras untuk mendapatkannya alias ia tinggal menunggu pasrah taufiq hidayah-Nya, berapa pun didapatkan tinggal menerimanya dan menyampaikan atau me-NABA'-kannya.

Lalu persoalan tingkatan Hadits yang dirumuskan oleh para ahli atau peneliti hadits.

Bagaimana kalau hadits itu diyakini sebagai sabda Rasulullah saw, lalu ada yang derajatnya shohih, ada yang hasan dan bahkan ada dhoif serta palsu..?
Berarti apakah Rasul yang mulia dan suci itu:

Pernah bersabda shohih..?
Pernah bersabda hasan..?
Pernah bersabda lemah atau dhoif..?

Dan bahkan pernah bersabda palsu..?

Yaa Robb....kok iso, jika mereka yang merumuskan atau membuat rumusan tentang hadits disebut ulama???

Ulama, apa peneliti tentang ucapan seseorang yang dinisbatkan terhadap rasulullah???
Ini adalah persoalan yang hendaknya dijelaskan sehingga didapatkan penjelasan yang jelas.

Jadi, ulama itu bukan manusia..

Ulama itu pewaris para Nabi..

Makanya yang punya khosy-yah takut terhadap Allah, hanya Ulama' yang ia dipercaya oleh Tuhan, yang tiada lain adalah iman itu sendiri yang ada di dalam dada manusia, bukan manusia..

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ

إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Fathir : 28.

Materi
Kajian sirrul Asrar
Setiap sore jl Wilis 11
Kantor MUI
Oleh Yai Dr. Imam Muslimin

07 November 2017

Rindu dan Cinta

Tasbihku dalam ruas jari jemari..
Detak nadiku mengiringi lafas Nya.
Helaian nafasku mengalunkan bait2 kecintaan ku pada Nya.
Duhai penjaga malam dan hatiku.,
Kecintaan Mu harapan insan penghambaan..

sejuk kalam membaca CintaNYA...
ayat ayatNYA alunkan swara hati milikNYA.......
...DIA sang Maha Kekasih Sejati..
.hiasi mawar putih di cakrawala...

Rinduku membahana...
memanggil nama Cinta milikMU seiring detakan jantung....

Duhai Kecintaan.....
Saat ini aku merindu.....