15 Januari 2012



Hakikat Mahabbah di Dalam Islam

Islam menetapkan bahwa tiada sosok yang berhak untuk dicintai karena sosok itu sendiri kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sementara cinta kepada selain Allah haruslah dilandas-dasarkan kepada semangat mencintai Allah. Seorang mukmin yang mencintai sesuatu atau seseorang bukan karena cintanya kepada Allah, maka ia telah menduakan Allah di dalam cinta. Seperti seorang mukmin yang mencintai sesuatu karena keindahan, kemewahan dan kebagusannya semata.


Atau mencintai seseorang karena kekayaan, kedudukan, kegagahan dan kecantikannya belaka.


 Cinta kpd Makhluk, dianggap menduakan Allah,

karena seringkali cinta seperti ini mendorong orang lebih berpihak pada yang dia cintai, meskipun itu nyata-nyata bertentangan dengan kehendak Yang juga dia cintai....................


Karena itu seorang mukmin tidak akan mampu, karena memang tidak akan mungkin, memikul dua cinta pada waktu yang bersamaan, yakni mencintai Allah sekaligus mencinta selain-Nya bukan karenan-Nya.
Berapa banyak diantara kaum mukminin yang tetap bersama “yang dicintainya”, meskipun Allah Ta’ala, Yang juga Dicintainya, memanggil-manggil mereka untuk beramal kebaikan, seperti shalat, shadaqah, shaum, da’wah, jihad dan lain sebagainya.

Pada akhirnya model cinta seperti ini bisa menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan syirik, yakni ketika seseorang mencintai atau menyenangi seseorang atau sesuatu yang dibenci Allah, seperti menyenangi ma’shiyat dan orang yang suka melakukannya.

Allah Ta’ala berfirman :

Dan sebagian manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan. Mereka mencintai tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat mencintai Allah…..( al Baqarah : 165 ).

Ibnu ‘Athaillah berkata :

Ketika kamu mencintai sesuatu maka kamu pasti menjadi hamba dari apa yang kamu cintai itu, dan Allah tidak suka bila kamu menjadi hamba bagi sesuatu selain-Nya.

Abu Qasim Al Junaid juga berkata  :

Engkau tak akan mencapai hakikat ubudiyah (penghambaan yang sempurna kepada Allah) selama engkau masih menjadi hamba bagi sesuatu selain-Nya, yakni harta, istri, pangkat dan lain sebagainya.

Dalam ungkapan lain Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan :

“Barang siapa yang mencintai Allah maka ia akan mencintai siapa saja yang dicintai Allah. Dan barang siapa yang mencintai siapa yang dicintai Allah,  ia akan mencintai apa saja yang dicintai Allah. Dan barang siapa  yang mencintai apa yang dicintai Allah, maka ia akan cinta kepada ketidak-masyhuran.“

Rasulullah SAW juga bersabda  :

“Kejujuran cinta itu terletak pada tiga hal, yaitu :
  1. Lebih memilih kata-kata   Kekasihnya, ketimbang kata-kata selainnya.
  2. Lebih memilih bermujalasah ( berteman duduk ) dengan Kekasihnya ketimbang dengan selainnya. 
  3. Lebih memilih ridha Kekasihnya ketimbang ridha selainnya
 Kini jelaslah sudah bagi kita, bahwa cinta seorang mukmin itu sebetulnya  hanya untuk Allah.

Kalau pun mencintai selain-Nya, maka itu semata-mata karena cintanya kepada-Nya.

Dia hanya akan mencintai sesuatu atau seseorang  kalau cinta  tersebut akan memperkukuh cintanya kepada Allah.

Kalau tidak, maka dia tidak akan mungkin dipaksa untuk mencintainya.

 °˚ Moga bermanfaat Sahabat °˚  
~Syarifah Jameela~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar