01 Juni 2016

Jalan Sufi yang ditapaki

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Saya tertarik pada postingan teman saya.....
Zaman globalisasi, ternyata masih ada potret sosok manusia tangguh yang berusia sepuh....
Di pelataran Dunia yang keras penuh debu kesengsaraan.....
Namun DIA Maha Sayang dengan aneka RahasiaNYA yg terdalam.....

Mereka ini yang oleh Rasulullah  sebagai penghuni surga, Orang fakir yang pandai bersyukur,  malaikat pun akan kebingungan jika menghisab beliau,

Pada puncak zuhudnya mereka ini menolak kenikmatan yang halal, 

Mereka ini seperti kisahnya uwais al qarni, namanya tidak terdengar tapi terkenal di langit, jika mereka sakit tidak ada yang menjenguk, jika tidak hadir tidak ada yang menanyakan, tapi doa mereka yang membuat azab dan bencana tidak diturunkan.........

---------------------

Poluhan,24/04/2016.

   Kisah ini bermula dari sebuah perjalanan kami sepulang menyampaikan amanah untuk mbah kedah di kawedusan ponggok, seorang dwafa tuna netra yg hidup seorang diri.

  Dalam perjalanan pulang tepatnya di timur perempatan poluan di tikungan grogol Utara musola kami menjumpai seorang tukang becak tua tidur di becaknya.

  Untuk mengurangi penasaran kami lalu kami balik untuk menghampiri beliau. Dan terjadilah sebuah dialok antara kami.
  Mbah janggol injeh? tanyaku. Mboten mas niki istirahat. Saget ndugekaken kulo mbah?? Ngapunten mboten saget mas niki kulo lagi sakit jawab kakek tua itu. Sakit nopo mbah? Sakit madaran mas. Mpun ngunjuk obat dereng mbah? Sampun mas.
Nopo kulo dugekne teng puskesmas nopo teng dokter kagem berobat? Kumenawarkan diri untuk beliau. Matur nembah nuwun mas, pun kersane mawon, niki kulo lagi diuji sakit dening Allah, tapi kulo gadah kenyakinan bade angsal tombo saking kersane Allah..
oo aku bergumam dalam hati... lalu kutanya lagi, Mbah njenengan mpun maem dereng? Mpun mas niki injeh taseh,maeme dereng telas.jawab beliau sambil menunjukan kaleng susu yg didalamnya ada sisa kuah dan dedaunan yg direbus. La niku namung sayur lo mbah mboten wonten nasine,timpalku..

Beliau berkata kulo mboten maem nasi mas namung maem dedaunan. Njenengan tumbas injeh puniko mbah? Mboten mas niki kulo masak piyambak, saking kebonan sayur2anipun mas. Niki kaleh tirakat.
La mbah aslinipun tiyang pundi? Kulo dugekaken wangsul injeh?
Mboten usah mas, asli kulo saking desa bandulan Sukun Malang, rt rwne kulo supe, amergi mpun ket tahun 2004 kulo medal nggriyo sak sampunipun pisahan kaleh garwo kulo, niki kulo lelono dugi jombang, ngawi, blitar nitih becak niki mas,
Anak apa ga punya mbah,? Punya mas ada di malang jawab beliau.
Kenapa gak pulang ketempat anak mbah tanyaku lagi, Mboten mas, kulo mboten pengen ngeropotne anak, anak.jawab beliau..
 
  Lantas dlam hatiku timbul satu ide lalu aku brkata lagi.
Mbah punya uang ga, kalo punya saya belikan obat untuk persediaan. Lalu kakek itu merogoh seluruh sakunya dan hanya menemukan satu butir promag dan uang recehan 5 butir berjumlah rp 2.500.
Injeh hanya ini yg saya punya mas. Sambil menunjukan padaku.
Mbah uang segitu apa cukup untuk makan dan beli obat mbah tanyaku.
Insa Allah cukup, saya hidup dari allah berjalan karna Allah dan mati kembali kepada Allah. Insa Allah,Allah senantiasa melindungi dan memberi rizki padaku untuk menyambung hidup. Dan disini saya berjalan hanya mengharap ridhoNya..

  Masya Allah,, merinding jiwaku. Namun aku masih mencoba ingin tau lebih tentang beliau.
  Aku lalu mengeluarkan sebungkus rokok tanpa korek. Mbah ngapunten mbah saya mau merokok tapi tak punya korek, mau beli tapi tak pegang uang. Mohon maaf sekali ya mbah, bagaimana bila uang itu saya minta untuk beli korek. Apakah diijinkan tanyaku.Lalu beliau mengeluarkan kembali dari dalam sakunya uang receh sebanyak 2500 rupiah. Injeh sumonggo mas ini, sambil menggenggam tanganku dan menaruhkan di tanganku.

  Disaat itu air mata ini udah mulai menetes, mbah iklas uang ini untuk saya?? Lillahita,ala iklas mas ini rizki untuk mase dari Allah SWT. monggo di terima..
  Dan air mata ini langsung tak mampu aku bendung, badanku bergetar merasa mendapatkan ilmu yg sangat luar biasa yg jarang diberikan secara langsung dari para guru..

  Dalam senduku seakan hati ini menuntun jemariku untuk mengeluarkan dompetku, dan mengambil lima lembar ratusan. Seperti jumlah yg kakek berikan padaku. Lalu aku hulurkan kepada sang kakek itu. Kek ini rizki dari Allah yg saya emban dari zakat sahabat2ku semoga mampu memberi manfaat buat perjalanan panjenengan.

  Beliau tercengang, sambil berusaha menolak pemberian ini. Namun saya coba menjelaskan. Bahwa uang itu adalah amanah dari zakat sahabat2 yg sebagian memang hak sabilillah dan ibnu sabil..
Trimalah kek itu rizki dari Allah, saya hanya perantara semata.

  Alhamdulillah ahirnya diterima. Dan kuperkenalkan diri ku dan komunitas wajah pribumi solidarity. Ternyata kakek itu bernama mbah Arif.. asal bandulan Sukun Malang.
Lalu ku berusaha untuk mengajak beliau mampir dirumahku, namun beliau menolak halus. Dan suatu saat beliau juga ingin berkunjung ketempat kami..
  Sebelum kami berpisah dg kakek tersebut beliau menyampaikan salam untuk para sahabat2 dikomunitas wapri.

   Moga ini merupakan satu ilmu yg sangat bermanfaat untuk kita semua. Dan mohon keiklasannya untuk saya sampaikan amanah dari zakat sahabat untuk membantu bekal kakek yg sakit ini..
   Semoga kakek ini dan kita semua senantiasa dirahmati Allah dimanapun berada dalam lindunganNya...
  Aamiin Allahuma Aamiin...

Penulis: ahmad arif afandi)

---------------------------

Cuplikan kisah Sahabat Ra yang bisa di jadikan Indah buat kisah diatas

Imam Uwais Al-Qarni mengatakan: “Allah SWT tidak menerima ibadah dan ketaatanmu meskipun itu sebanyak ibadah seluruh penghuni langit dan bumi, sampai engkau percaya kepada jaminan-Nya.”

Lalu, beliau ditanya, “Apa yang engkau maksud dengan percaya kepada jaminan-Nya itu?”

Beliau menjawab, “Yakinlah kepada jaminan Allah untuk memberi rezeki kepadamu. Yakinlah dengan itu, lalu curahkan dirimu untuk beribadah kepada-Nya.”

--Dikutip dari Kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Al-Ghazali

-----------------

Shollu 'alannabiiy saw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar