Sesungguhnya, Allah ta'ala itu BAIK , tidak menerima kecuali yang BAIK , dan
bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan perintah yang
disampaikan-Nya kepada para rasul dalam t bam firman-Nya,
'Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang BAIK BAIK
dan kerjakanlah AMAL SHOLIH !
Sesungguhnya, Aku Maha mengetahui segala perbuatan yang
kamu kerjakan.'
(Q.S. Al-Mu'minun:51)
(Q.S. Al-Mu'minun:51)
Sangat mempengaruhi antara makan dan amal sholih..
Perhatikan ayat di atas…
Pertama kita di beri gambaran Bahwa Allah Ta’ala itu baik
dan tidak menerima kecuali yg baik baik saja…..
Nah.. dalam hal ini yg di bahas adalah makanan…….
Maka Allah menyambungkan kebaikan Milik Nya dengan Makan
makanan yg baik baik….
Kita Tahu, Bahwa kebaikan adalah CAHAYA…..
Jadi Makanan yg dimakan dengan membaca Basmalah… dan di
makan sambil berdzikir, ini akan memberikan energy Cahaya bagi tubuh kita, dan
merupakan Vitamin yang sangat penting bagi tubuh kita………….
Yg terpenting adalah, bagaimana makanan itu memasuki
perut kita dg diiringi dzikir kita sendiri…….
Nah lebih Ahsan lagi, jika asal makanan itu adalah dari uang Halal,
bukan uang hasil korupsi…..
Jika yg memasak makanan itu sambil berdzikir, tentunya
ada keberkahan tersendiri dari makanan itu, krn dzikir adalah kebaikan dan
kebaikan adalah cahaya………..
Berbicara ttg dzikir,
luas bahasannya…….
Misal, yg masak memotong Kubis, sambil memikirkan
kebesaran Allah yg ada pd Kubis, nah ini pun di sebut dzikir……
Dan memang pd
lapisan lapisan daun Kubis, ada kebesaran Allah , juga pada bawang merah,
bawang putih, kacang2ngan, timun, dll…semua ada kebesaran Allah Ta’ala disana……
Subhanallah….. tentunya yg berdzikir , pasti akan ber
efek kepada diri sendiri krn itu adalah energy
positif….
*Efeknya
pada Makanan adalah, Hidangan menjadi nikmat tanpa bumbu penyedap,…dan makanan
menjadi penuh Keberkahan….
Namun Jika yg memakan tdk membaca Basmalah , dan tdk
berdzikir saat memakannya, maka ini
tidak akan menjadi Cahaya bagi dirinya meski si juru masak memasaknya sambil
dzikir………
wallahu a’lam …
Kembali pada Ayat di atas, bahwa Allah Ta’ala bilang , makanan
ada pengaruh pd amalan…
Setelah Allah Ta’ala menerangkan tentang makanan yg baik
baik, maka DIA menyuruh kita “ kerjakan AMAL SHALIH”(dari membahas ttg makanan
yg baik2, kmd Allah Ta’ala mempertautkan dg Amal Shalih) yg menunjukkan bhw
makanan ternyata sangat berpengaruh pd prilaku sehari hari kita………..
Dalam waktu 5 menit stlh kita menelan makanan, langsung usus kita menyerap sari2 makanan dan
di kirim ke seluruh tubuh kita….prosesnya cepat…
Kita tahu bahwa setan mengalir di aliran darah kita,…coba
bayangkan jika kita memakannya dg nafsu atau sambil nonton tv atau sambil
membaca, atau sambil bercanda…dan lupa baca Basmalah, juga Lupa Dzikir,..maka
daging2 kita tumbuh dari hasil ta’limnya setan….dan tentunya Amalan2 kita jadi
goyah….Akhlak kita mengikuti Akhlaknya
setan…dan Jadi Mudah marah2, tdk bias sabar, Iri, dengki, timbul penyakit
Malas,…dll penyakit Hati…penyakit Rohani....di tambah lagi penyakit Jasmani…
Na’udzubillahi min dzaaliik…..
Maka MAKANAN adalah Sumber Utama Akhlak kita …
Syari ‘at yg pertama kali di bebankan ke Manusia Adalah
MAKANAN…..ingatlah bhw Nabi Adam as dan Istrinya , di larang makan Buah Khuldi …..(inilah Syariat pertama yg di terima Nabi Adam as dan Istrinya)
Maka kita jangan sepelekan Makanan kita…..Makan jangan
terlalu kenyang….
ALLAH berfirman dalam Hadis
Qudsi:
"Tidak ada perlindungan yg lebih kuat bagi hamba-hambaKu kecuali menyedikitkan makan."
(HQR ad-Dailami dan Abdullah Ibnu Abbas R.A.)
Al A'raaf( (7;31). Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid & makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
"Tidak ada satu wadah pun yg diisi oleh Bani Adam,Lebih buruk daripada perutnya,cukuplah baginya beberapa suap,untuk memperkukuhkan tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari,baiklah sepertiga makanannya,sepertiga lagi untuk minumannya sepertigan ya untuk nafasnya
(HR Tarmidzi,Ibnu Maja dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar