20 November 2009

CANTIK....................PAKAI CADAR DONG..................

Berawal dari kisah seorang akhwat, sebut saja namanya Fulanah. Pada suatu pagi dia mampir di sebuah warnet untuk browsing. Beberapa menit kemudian, dia pikir urusannya untuk browsing dan sebagainya telah selesai.
Akhirnya dia pun membayar ke penjaga warnet. Tanpa diduga, si penjaga warnet memberinya sebuah lembaran kertas yang tergulung. Si Fulanah bertanya “Apa nih mas?” dengan tanpa ekspresi Mas itu menjawab “Dibaca saja, itu katalog buku.” Iya sih, memang itu terdapat katalog buku yang sepertinya didownload dari internet, kemudian di print dengan tinta yang hampir habis. “Tidak menarik” batin si akhwat sambil beranjak pergi, tapi tak lupa berucap “Makasih ya mas..”
Tapi saat lembaran itu dibukanya kembali sesampai di tempat parkir, ternyata itu tidak hanya katalog buku saja. Halaman sebaliknya, terketiklah tulisan yang lebih rapi, sebuah puisi. Cukup panjang. Tapi yang paling menarik adalah bait terakhir puisi tersebut.
Sebuah pantun “Buah salak buah kedondong. Nona cantik, pake cadar dong.. “
Deg. Antara rasa malu, merasa bersalah, dan sedikit membuat kepikiran, Fulanah pun pergi meninggalkan Warnet tersebut dengan beribu pemikiran yang muncul di kepalanya.
Dan memang, setelah diresapi kembali, dan mencoba membaca puisi tersebut, Fulanah tersadar, puisi itu isinya tentang pesan moral, betapa kehancuran itu, kerusakan moral itu bisa berasal dari paras cantik seorang wanita… Subhanallah…
Kisah di atas, memang lumayan cukup membuat berpikir. Menurut anda, apakah si Penjaga Warnet tersebut ‘kurang ajar’ atau justru malah ‘bertindak benar’?
Coba bandingkan dengan seorang pria yang terpesona dengan kecantikan seorang akhwat, dan berharap dapat bertemu dengan akhwat tersebut setiap hari, supaya bisa memandangi akhwat tersebut. Bandingkan dengan si Penjaga Warnet itu, yang menyadari bahwa fitnah terbesar di depan matanya. Dan dia berharap sang Akhwat menutupinya…
Hmmmm…. Silahkan kita semua berpikir….
Bagi para akhwat, apakah hati ini tergerak untuk ‘menghijab’ diri, atau malah senang ‘dinikmati’?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar