02 Juni 2018

Rumahku Surgaku

🌻  ﷽ 🌻 ﷽ 🌻

Sahabatku, apakah  gambaran Wujud Surga yang ada di Rumah Tangga adalah  sebuah Rumah  dan isinya yang mewah sehingga terciptalah Rumahku Surgaku...?
Tidaklah demikian...👋

Pada hakekatnya,
Rumaku Surgaku adalah sebuah keluargà yang  semua anggota keluarganya adalah taat dan cinta pada Allah ﷻ, taat  dan cinta pada Rosulullah ﷺ ,penuh kasih sayang serta sabar dalam takdirNYA,
Sehingga Allah ﷻ memberikan kebahagiaan dan manisnya Iman serta kekayaan Jiwa dalam Mawaddah wa RohmahNYA, tenang dan damai....

Inilah rasa surgawi yang  sudah bisa di rasakan di Dunia saat ini.....

Maka apapun yg terjadi yang Allah ﷻ
Takdirkan, Hati Ridho menerima sepenuh jiwa sebagai bentuk rasa syukur yg mendalam ......
Karena kebaikan KaruniaNYA adalah sangat banyak sekali, tak pandai kita menghitungnya, dan tak bisa ditimbang dengan sebuah penderitaan.

Sungguh Kenikmatan Iman jika ditimbang dengan penderitaan, maka jaauuuh  lebih berat timbangannya, bagaikan menimbang Alam Semesta dengan debu.....

Penderitaan adalah sebuah titik debu yg tiada artinya dibandingkan dengan karunia nikmat Iman,qalbu, sehat, panjang umur, karunia akal,  mata, telinga,  mulut _lidah, hidung, tangan, kaki, nafas, Ilmu, dll masih banyak lagi...
Tidak terhitung, tdk terhingga...
Fabi Ayyi aalaa Irrobbikumaa Tukadz Dzibaan.....

Maka selalulah bersyukur dimanapun berada sebagaimana wujud Syukur sebuah Keluarga Surga yang Mulia yaitu Keluarga   Ali ibn Abi Thalib ra dengan Sayyidah Fathimah az-Zahra rah dibawah ini ⬇️

PADA saat malam Takbiran, Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma.

Bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma.

Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Fathimah menuntun Hasan dan Husein.

Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.

Esok harinya tiba salat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti salat jama’ah dan mendengarkan khutbah.

Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah ﷺ itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.

Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah ﷺ.

Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.

Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, *gandum basi* yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu.

Seketika  itu Ibnu Rafi’i berucap istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana. Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.

Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah ﷺ.

Tiba di depan Rasulullah, “Ya Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah. Putra baginda, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i.

“Ada apa wahai sahabatku?”
tanya Rasulullah.

“Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.”

“Kenapa keluargaku?”

“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.”

Rasulullah ﷺ pun bergegas menuju rumah Sayyidatuna Fathimah az-Zahra r.a.

Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah dan kedua anaknya.

Mata Rasulullah pun berlinang.
Butiran mutiara bening menghiasi wajah Rasulullah ﷺ nan suci.

Air mata Rasulullah berderai, melihat kebersahajaan putri beliau bersama keluarganya. Di hari yang Fitri, di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah ﷺ penuh tawa bahagia dengan gandum yang baunya tercium tak sedap, dengan makanan yang sudah basi.

“Ya Allah, Allahumma Isyhad.
Ya Allah saksikanlah, saksikanlah.
Di hari ‘Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi.

Di hari ‘Idul Fitri keluargaku berbahagia dengan makanan yang basi.

Mereka membela kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai kaum fuqara dan masakin.

Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat.

Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah,” bibir Rasulullah berbisik lembut.

Sayyidatuna Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, bapaknya sedang berdiri tegak.

“Ya Abah..........
ada apa gerangan Abah menangis?”

Rasulullah  ﷺ tak tahan mendengar pertanyaan itu....
Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, “Surga untukmu, Nak. Surga untukmu.”

Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah ﷺ pada hari ‘Idul Fitri senantiasa menyantap makanan yang basi berbau apek.

Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri.

Aku pun simpan kisah itu dalam hatiku. Namun, selepas Rasulullah ﷺ wafat, aku takut dituduh menyembunyikan hadits, maka aku ceritkan agar jadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.” (Musnad Imam Ahmad, jilid 2, hlm. 232).

Ya Rasulullah, begitu mulianya hati baginda bersama keluarga.
Siapa gerangan yang tak malu?
Siapa orangnya yang tak kelu?
Kami di hari nan fitri, makanan kami lezat-lezat, makanan kami enak-enak. Harus kami apakan diri ini, ya Rasul?

Kami malu....Kami Maluuuu yaa Rooobb...dipojok sana masihnada orang yang kelaparan, mereka membutuhkan sesuap nasi, namun malu untuk meminta,..mereka memilih diam berpura pura menjadi orang kaya padahal mereka membutuhkannya...

Yaa Rooobb.....qq.
Hati ini menjadi tidak peka....
Hati ini terlalu bermandi Dunia sehingga tidak peka terhadap orang yang butuh disekitar kita....
Ampuni kami yaa Roobb....

Ya Robbi...
Melalui KekasihMu  Rasulllah,
teteskan kemuliaan jiwa Bliau kepada kami...
teteskan walau hanya setitik,
agar jiwa kami semua tiada tandus dari kasih....

Ya Robbi.....melalui kemuliaan Rasulallah, ....
berikanlah  kedermawanan jiwa baginda dan keluarga kepada kami dan keluarga kami.....

Lapangkan dada kami untuk tidak terpukau oleh kemilau dunia sementara kaum fakir-miskin menderita...

Luaskan hati kami untuk bisa mencintai kaum papa sebagaimana KekasihMU Rasulullah ﷺ telah memberikan teladan yang begitu sangat mulia pada kami semua...

We  Love RasulAllah ﷺ

۞ﺁﻟﻠّﻬُﻢَ ﺻَﻠّﯿ! ﻋَﻠﮱ ﺳَﻴّﺪﻧَﺂ ﻣُﺤَﻤّﺪْ ﻭَ ﻋَﻠﮱ ﺁﻝِ ﺳَﻴّﺪﻧَﺂ ﻣُﺤَﻤَّﺪ۞

Allahumma Solli Ala Sayyidina Muhammad, Wa'ala Aa Lii Sayyidina Muhammad.

“ Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada penghulu kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga penghulu kami Nabi Muhammad "

Al Fatiha ilaHadrotinNabiyyilMustafa Muhammad ﷺ  wa Ashhabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahlul baitihi...
al fatihah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar