19 Juli 2016

Siapa Bilang Orang tua Rasulullah saw masuk Neraka

Bismillaahirrohmaanirrohiim

“Menjawab Fatwa sdr Kholid Basalamah Bahwa Orang Tua Nabi di Neraka.”

Fatwa ini di ungkapkan pada suatu pengajian yang diunggah ke youtube oleh Khalid Basalamah yang dipublikasikan
Dalam video tanya-jawab tersebut, Khalid Basalamah berulang kali menyebutkan “ulama hadits”. Padahal ulama yang berhak melakukan ijtihad dan istinbat (menetapkan hukum perkara) atau ulama yang berhak untuk menggali hukum dari Al Qur’an dan as Sunnah (Hadits) adalah para fuqaha (ahli fiqih) bukan ulama hadits (ahli hadits).
Pada menit ke 37:20 Khalid Basalamah menjawab pertanyaan “apakah Ayah dan Ibu Nabi shallallahu alaihi wasallam termasuk orang kafir ?”

Ust khalid menjawab “Ya, Ayah dan Ibu Nabi shallallahu alaihi wasallam meninggal dalam keadaan menyembah berhala” Khalid berdalil dengan hadits shahih, “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka (HR Muslim)
Haditsnya shahih, namun yang menjadi pertanyaan, apakah pemahaman Khalid Basalamah pasti shahih atau pasti benar ?

Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, seorang menterinya mengangkat seorang dari sebuah keluarga non-Muslim sebagai kepala daerah. Padahal, daerah itu dihuni mayoritas Muslim. Umar bin Abdul Aziz memanggil pejabat tersebut dan meminta pertanggung jawabannya. Menurut si pejabat, tidak ada bedanya antara Muslim dan non Muslim. Karena, orang tua Nabi sendiri adalah nonMuslim. Dengan menggunakan bahasa yang lebih keras, si pejabat mengatakan ayah Nabi adalah orang Musyrik.

Sama seperti ayah dari pejabat lokal yang baru diangkatnya. Umar bin Abdul Aziz marah dan memberikan teguran keras. Apa aku perlu memotong kepalamu? Apa aku perlu menggorok lehermu? Umar bin Abdul Aziz memandang bahwa kelakukan pejabat tersebut sangat menghina Nabi saw. dan keluarganya. Kejadian itu kemudian tersebar ke masyarakat. Mereka mulai membicarakan nasib orang tua Nabi saw. Apakah mereka Muslim? Apakah mereka termasuk ahli surga? Apakah mereka beriman seperti mereka? Kemudian apakahkakek Nabi juga Muslim? Bagaimana leluhur Nabi yang lain? Bagaimana ibu, nenek, dan moyang Nabi? Apakah mereka semua Muslim? Masyarakat awam yang tidak mengetahui duduk persoalan turut nimbrung dalam diskusi ini. Dengan bermodal akal cetek, mereka turut mempromosikan isu tersebut. Dalam sebagian kasus, seorang Muslim bahkan berani mengolokolok orang tua Nabi sebagai penghuni neraka.

Di level masyarakat awam, perdebatan itu berubah menjadi plesetan dan bahkan olok-olok. Bahwa mereka lebih mulia dibanding orang tua Nabi. Bahkan, mereka merasa lebih mulia karena dilahirkan dari orang tua yang Muslim. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nabi mendengar umatnya mengolok-olok keluarganya. Bagi kita yang mencintai beliau secara tulus, pasti tidak akan rela mendengar keluarga Nabi menjadi bahan olok-olok. Lalu bagaimana sebenarnya status orang tua Nabi? Bagaimana pula dengan leluhurnya? Buku ini berpihak kepada pendapat yang menyatakan bahwa orang tua Nabi adalah orang-orang yang selamat. Dengan tegas, penulis menyatakan bahwa orang tua Nabi adalah Muslim

Berikut ulasan kami dalam menjawab dan mengkritisi fatwa khalid basalamah secara detail dan menyeluruh. Bismismillahirrohmanirrohim…

Pertama Nabi Muhammad s.a.w merupakan nabi paripurna yang menyempurnakan agama islam. Nabi Muhammad dilahirkan dari rahim seorang wanita suci yang bernama Aminah binti Wahbin dan ayahnya Abdulloh bin Abdul Mutholib.

Kedua orang tua nabi hidup dimasa sebelum islam. Yaitu suatu fase kekosangan dari dakwah nabi. fase tersebut disebut FATROH, dan orang yang hidup dimasa itu disebut Ahli Fatrah yaitu, orang-orang yang hidup diantara masa dua rasul, dan rasul yang pertama tidak diutus untuk berdakwah kepada mereka, sedangkan mereka tidak menemukan masanya rasul yang kedua.

Ulama Ahli fiqh mengatakan bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah orang Arab yang hidup setelah masa hidupnya Nabi Isa AS dan belum bertemu masa Nabi Muhammad Saw.
Imam Suyuthi menjelaskan tentang Ahli Fatroh: “Ketika dalil yang pasti dan tidak terbantahkan lagi telah menenjukkan bahwasannya tiada penyiksaan (di akhirat) kecuali setelah datangnya hujjah atau agama (di dunia), maka kami bisa mengetahui bahwa mereka Ahli Fatrah tidak akan disiksa.”
Para ulama Maturidiyah berkata: “Orang yang mati sebelum melewati waktu yang sekiranya bisa berangan-angan tentang agama, sedangkan dia belum sampai iman atau kufur, maka tiada siksaan baginya (selamat). Berbeda jika dia telah mempercayai kekufuran atau meninggal setelah melewati waktu sekira bisa berangan-angan dan dia tidak mempercayai apa-apa, maka dia tidak selamat.”

Maka dari itu Ahli Fatrah ada tiga Kriteria::
1. orang yang tidak bertauhid pada Allah dihatinya. Dan sebagian tidak mengikuti syariat nabi-nabi, seperti Qis bin Saida dan Zaid bin Amr. Dan sebagiannya lagi ada yang sampai mengikuti syari’at yang benar & berlaku, seperti Tubba’.
2. orang yang mengganti, merubah, menyekutukan, menciptakan syari’at sendiri, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Contoh seperti Amr bin Lahay. Yaitu, orang yang memprakarsai penyenbahan berhala. Bukan hanya itu, dia juga membuat hukum-hukum syari’at sendiri, dan mendakwahkan pada orang lain, dan orang orang menyembah jin, dan malaikat.
3. Orang yang tidak menyekekutukan dan tidak pula bertauhid serta tidak mengikuti syari’at nabi siapapun, tidak membuat hukum syari’at, dan tetap dalam keadaan seperti itu. biasanya mereka yang hidup di hutan pedalaman
Apabila ada hadits-hadits yang mengatakan tentang siksaan kepada seseorang dari mereka para Ahli Fatrah, maka dimasukkan ke bagian yang kedua. Adapun bagian yang ketiga, adalah para Ahli Fatrah yang selamat dan tidak disiksa.
Hukum Kedua Orang Tua Rasulullah Saw.
Berkata imam ibnu hajar dalam kitab Syarh Hamaziah karya Imam Bushiri:
لم تزل في الضمائر الكون تختا * ر لك الأمهات والأباء
“Senantiasa dalam rahasia alam ini*
engkau (nabi) selalu dipilihkan dari ibu ayah pilihan”
Alloh berfirman Allah ta’ala:
وتقلُّبَك فى السَّاجدين
“dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS Asy-Syuara’ [26]: 219).
Menurut salah satu penafsiran ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut adalah pindahnya nur Muhammad dari orang yang sujud kepada orang yang sujud.. Ayat ini merupakan legalisasi bahwa garis keturunan nabi Muhammad s.a.w diwariskan dan diturunkan dengan jalur suci dari masing masing individu yang dipilih alloh s.w.t dari nabi adam. Dan sabda Nabi Muhammad Saw:
(لمْ أَزَلْ أُنْقَلُ مِن الأَصْلَابِ الطّاهراتِ إلى الأَرحام الزَّكِيَّات)
“Tiada henti-hentinya aku dipindah dari punggung-punggung yang suci ke rahim-rahim yang bersih.”
Hadits ini merupakan pengejawantahan bahwasannya tidak ada sama sekali dari sekian banyak utusan nabi yang menyekutukan Allah Swt. Dan garis keturunannya merupakan garis keturunan yang terpilih. Dan tidak ada dari datuk nabi Muhammad kecuali menjadi pemimpin di masanya seperti kata sebuah syair menyebutkan:

فألئك السادة لم ترى مثلهم * عين على متتابع الاحقاب
زهر الوجوه كريمة احسابهم * يعطون سائلهم بغسر حساب
Namun masih banyak orang yang salah faham dan mengatakan bahwa kedua orang tua nabi Muhammad s.a.w Ahli Neraka. Dengan dalih bahwa mereka tidak mengucapkan dua kalimat syahadat selama hidupnya.

Al-Imam Abu Hanifah, ia mengutarakan bahwa semua para nabi itu maksum (terpelihara) dari hakikat kekufuran begitu pula segenap orang tuanya. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa kelahiran para nabi harus dari kedua orang tua yang muslim atau matinya orang tua yang bukan muslim sebelum kelahiran mereka. Akan tetapi yang kedua ini, sangatlah langka ditemukan. Bahkan tidak mungkin dan tidak terjadi dikalangan orang tua perempuan (karena ia yang melahirkan).

Dikisahkan bahwa Nabiyulloh Adam dan Sayyidatuna Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kandungan (setiap lahir kembar) kecuali nabi “Tsis” karena Allah ingin menunjukkan karomah bagi Nabi Muhammad s.a.w dan kemudian sesaat sebelum wafat berpesan kepada anaknya agar tidak meletakkan Nur yang diwariskan ini kepada wanita sembarangan kecuali kepada yang suci.

Sebenarnya kalau kita kroscek ternyata hadits-hadits dijadikan tendensi sebagian orang yang apatis terhadap kedua orang tua Rasulullah, semuanya kurang relevan dan kontradiktif. Haditsnya-pun derajatnya ‘ahad. Oleh karenanya, hadits tersebut tidak masuk dalam hal akidah atau yang berhubungan dengan kepercayaan. sebab dalam hal akidah atau kepercayaan yg dipakai adalah hadits mutawatir.

· Jika anda bertanya : “bukankah Azar ayah nabi ibrohim juga masuk neraka???
jawabannya : adapun hadits tentang “Azar”yang benar bahwa dia bukanlah ayahanda dari nabi Ibrahim A.S. Tetapi dia adalah paman beliau. Sedangkan ayahanda beliau bernama Faruh. Sedangkan orang arab jika memanggil paman dengan sebutan ayah. Sebab mereka menganggap paman mereka seperti ayah sendiri. Bahkan Al-Qur’an sendiri menyebutkan hal ini:
وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ
“Dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail.” (QS Al-Baqarah [1]: 133) Padahal yang dimaksud adalah paman Ayyub as.

· Jika anda protes dengan bertanya : “lalu apa jawaban anda atas pengakuan nabi bahwa ayahnya di neraka seperti yang disebutkan di hadits muslim???

Jawabannya : Tentang hadits yang diriwayatkan Muslim: Seorang laki-laki berkata, dimanakah ayahku wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Di Neraka.” lalu setelah dia berpaling, Rasulullah memanggil kembali seraya berkata: “Sesungguhnya, ayahku dan ayahmu berada di Neraka.”

Ada dua opsi untuk menjawabnya yang pertama kita Wajib melakukan penakwilan. Paling jelasnya pentakwilan menurut kami, yaitu Rasulullah Saw. bermaksud dengan ucapan ‘ayah’ adalah paman beliau sesuai adat Arab yang memanggil paman dengan panggilan ayah. Inilah yang dinamakan majaz. Adapun tanda adanya majaz dalam hal ini, yaitu ayat yang akan datang penyebutannya, yang menunjukkan kebalikan dari redaksi ayat menurut yg diakui madzhab Ahlus Sunnah pada pendapat yang paling shahih (benar). sedangkan paman beliau Nabi menanggung dan merawat nabi setelah kakeknya Abdul Muthallib.

Yang kedua maksud dari jawaban beliau Nabi dalam hadits tersebut yaitu demi menyenangkan hati pemuda tersebut agar tidak murtad. Karena yang didengar pertama kali oleh dia adalah, ayahnya berada di Neraka. Jawaban ini diperkuat dengan Argument, bahwa beliau Nabi berkata yang kedua kalinya, setelah dia berpaling untuk pergi. Atau, jawaban beliau tersebut sebelum turunnya ayat kepada beliau:
وَمَاكُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُوْلًا
“tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS Al-Isra’ [17]: 15). Seperti kejadian ketika beliau ditanya tentang anak-anak orang musyrik, beliau menjawab bahwa mereka bersama ayah-ayahnya (di Neraka). lalu ketika ditanya kembali masalah itu, beliau menjawab mereka di Surga
Diriwayatkan ibnu Mardawaih saat memaknai ayat
لقد جاءكم رسول من انفسكم بفتح الفاء انا انفسكم نسبا وصهرا وحسبا ليس في ابائي نت لدن ادم سفاح كلها نكاح
Beliau mengatakan bahwa nabi berkata aku paling mulia diantara kalian nasab, keturunan, dan keluarga tidak ada diantara ayahku yang terjerumus perzinahan semuanya menikah.

· Kalau anda protes dengan berkata : “Bukankah Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa orang tua nabi di neraka??
Jawabannya : Kita perlu Kritis disini sebab tidak semudah itu sekaliber Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang mulia. sebagian naskah ternyata mengatakan begini:

ووالدا رسول الله صلى الله عليه وسلم ماتا على الكفر, وأبو طالب مات كافرا
Artinya “Dan kedua orang tua Rasulullah Saw. meninggal dalam kekufuran sedangkan paman beliau meninggal dalam keadaan kafir.”
Dan ini jelas tidak serasi. Karena, jika beliau Abu Hanifah bermaksud berkata begitu, maka dia akan menyebutkan semua dalam satu lafazh. Yang benar adalah bahwa ada kebohongan dari oknum yang tidak bertanggung jawab yang merubah dari naskah aslinya. Mereka menyangka, bahwa huruf mim adalah mim zaidah(tambahan). Mereka ceroboh dan membuang mim itu. Karena yang benar naskahnya adalah:

ووالدا رسول الله ما ماتا على الكفر وأبو طالب عمه مات كافرا
Artinya “Dan kedua orang tua Rasulullah Saw. tidak meninggal dalam kekufuran sedangkan paman beliau meninggal dalam keadaan kafir.”
Dalam hal ini Imam Ibnu Hajar menuturkan dalam kaitabnya Al fatawa, mengutib dari kitab Saddaduddin: “Apa yang dikutib dari Abu Hanifah, beliau berkata dalam kitabnya al fiqhul akbar, bahwasannya kedua orang tua Nabi meninggal dalam keadaan kafir itu tidak benar. Karena naskah yang dapat dipercaya dalam kitab tersebut, tidak disebutkan hal seperti itu. Yang benar naskah tersebut, adalah karangan Abu Hanifah Muhammad bin Yusuf Al-Bukhari bukan Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit Al-Kufi. Kami sebutkan hal itu agar supaya, orang yang berfikir tentang kutibannya selalu berfikir dan berhati-hati dalam menulis. Wallahu A’lam.

· Jika anda bertanya; “Bukankah yang mengatakan selamatnya orang tua nabi hanya Syiah Rofidloh seperti ucapan Abi Hayyan??”
Jawabannya : Ibnu Hajar mengatakan bahwa banyak kerancauan pada pendapat Abi Hayyan yang mengatakan; “Sesungguhnya hanya penganut Syiah Rafidlah yang mengatakan bahwa kedua orang tua Nabi Muhammad Saw termasuk orang-orang mukmin yang tidak disiksa. Dengan berargumen menggunakan firman Allah ta’ala: “dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS Asy-Syuara’ [26]: 219).”
Kita menolak pendapat ini Dengan Dua alasan. Pertama sebab Abi Hayyan merupakan Pakar Gramatika Nahwu Shorrof saja. sementara untuk masalah akidah dan usul, dia tidak memiliki kapasitas di dalamnya.

Kedua disini terjadi kontradiksi dengan realita yang ada Karena Ulama madzhab Asy’ari, juga mengatakan bahwa mereka Para Ahli Fatrah termasuk orang mukmin. Penisbatan yang dilakukan Abi Hayyan hanya kepada syiah Rafidlah sedangkan disana sebegitu banyaknya para Imam Ahlus Sunnah yang mengatakan seperti itu merupakan sikap yang sangat mengentengkan dan menyepelekan.”
Sudah banyak kisah mukjizat nabi yang diberikan kepada beliau seperti mengembalikan matahari saat beliau akan tertinggal sholat asar, begitu juga membelah bulan yang satu bagian di atas jabal Abi Qubais dan yang separuhnya di jabal Qoiqo’an. Segala sesuatu yang dikehandaki nabi akan dituruti oleh alloh s.w.t termasuk juga permohonan untuk menghidupkan ayah ibunya.

Imam suyuti mempunyai sepuluh karya kitab yang menekankan kewajiban menjaga Etika kepada Rasulullah & bagi orang yang menyakiti beliau, maka ia telah menyakiti Allah ta’ala. Dan satu kitab khusus membahasa secara eksplisit mengenai kedua orang tua nabi diberi nama abaway rosul.

Suatu ketika seorang qodli bernama AlFaqih AlMuhaddits Ibnul Araby AlMaliki pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang berkata, bahwa kedua orang tua Rasulullah Saw. telah masuk Neraka. beliau menjawab: Dia telah dilaknat, karena Allah Swt. telah berfirman:

إِنَّ الَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَة
“Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknat di dunia dan di akhirat, dan menyediakan adzab yang menghinakan bagi mereka.” (QS Al-Ahzab [33]: 57).

Dan tiada yang lebih menyayat hati dari pada dari ucapan yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasulullah Saw. masuk Neraka. As-Suhaili telah meriwayatkan hadits Ibnu Mas’ud ra. Ketika itu, ia (Ibnu Mas’ud) bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang kedua orang tuanya. Beliau menjawab: “Aku senantiasa meminta kepada Tuhanku, Dia telah mengabulkan permintaanku. Akulah yang nantinya akan menolong mereka (kedua orang tuaku) menuju tempat yang terpuji (Surga).” Hadits ini memberikan isyarat, bahwa Rasulullah Saw. akan memberi syafa’at kepada kedua orang tuanya di tempat tersebut, agar supaya kedua orang tuanya mendapatkan taufik berupa keta’atan ketika adanya cobaan besar yang terjadi di hari kiamat nanti. Seperti yang diterangkan dalam beberapa hadits pula.
Imam Qurtubi dalam tafsirnya berkata: “Secara akal dan syara’, tidak ada yang mustahil dan ketidak mungkinan tentang menghidupkan kedua orang tua Rasulullah lalu mewafatkan kembali. Karena hal seperti itu, juga diterangkan dalam Al-Qur’an Al-Karim tentang menghidupkan orang yang dibunuh dari Bani Israil, hingga dia memberi kabar tentang siapa pembunuhnya.

Al habib umar bin sumaith berkata dalam kitab hidayatul ikhwan: banyak orang berpendapat dari kalangan ahli hadits bahwa nabi menghidupkan dan mengislamkan orang tuanya dengan dalil hadits aisyah yaitu Dari Sayidah Aisyah ra.: “Rasulullah Saw. turun dari bukit Al-Hajun (bukit di Makkah, berupa pemakaman) dalam keadaan sangat duka cita dan bersedih. Lalu, mendaki kembali dengan kehendak Allah Azza wa Jalla. Setelah itu, keluar dengan keadaan sangat senang dan gembira. Kemudian dia berkata: “Aku telah meminta kepada Tuhanku –Azza wa Jalla-, Lalu, Dia menghidupkan ibundaku untukku. Setelah ibundaku beriman kepadaku, Dia mengembalikan lagi.”

walaupun hadits ini dikatakan lemah menurut sebagian tapi menurut ahli haqiqat tidak. ulama berkata dalam syairnya:

ايقنت ان ابى النبي وامه * احياهما الرب الكريم الباري
حتى له شهدا بصدق رسالة حقا وتلك كرامة المختار
هذا الحديث ومن يقول بضعفه * فهو الضعيف عن الحقيقة عاري

* Jika anda protes dengan berkata: “kalau anda katakana ahlil fatroh bukan ahli neraka lantas untuk apa orang tua nabi dihidupkan??
Jawabannya: faidahnya agar orang tua nabi mendapat keutamaan atas apa yang tidak didapatkan ahli fatroh karena Endingnya orang tua nabi harus berkumpul dengan muslimin agar selamat dari siksa. Begitu pula tingkatan derajat orang yang meyakini alloh dan islam seutuhnya lebih mulia daripada yang tidak sempat meyakini.

Al Imam nashiruddin addimsyiqi mengatakan dalam gubahan sya’ir nya:
Karena cinta Allah kepada Nabi dengan menambah keutamaan-Nya
Atas keutamaan (yang sudah diberikan) dan Dialah Maha Menyantuni
Lalu menghidupkan ibundanya begitu pula ayahandanya
Demi beriman kepadanya dari keutamaan dan kebaikan-Nya
Terimalah kabar itu, karena Allah Maha Kuasa atas segalanya
Meskipun hadits yang mengatakan itu dlo’if adanya
Dan Hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi derajat hasan:

(إنّ الله خلَق الخَلْقَ فجعلني من خيرِ فِرَقِهِمْ
ثمّ تَخَيَّر القبائلَ فجعلني من خير قبيلةٍ، ثمّ تخيّر البيوتَ وجعلني في خير بيوتهم، فأنا خيرُهم نفسًا –أي روحا وذاتا- وخيرهم بيتا –أي أصلا-)
“Sungguh, Allah telah menciptakan makhluk lalu menjadikanku dari sebaik-baiknya golongan dari mereka. Kemudian memilih dari beberapa kabilah dan menjadikanku dari sebaik-baiknya kabilah. Kemudian memilih dari beberapa rumah dan menjadikanku dari sebaik-baiknya rumah. Akulah sebaik-baiknya diri (ruh dan dzat) dari mereka dan sebaik-baiknya rumah (garis keturunan).”

· Jika anda kembali protes dengan berkata: “Mengapa anda bersikukuh bahwa kedua orang tua nabi tidak disebut Kafir???
Jawabannya : Karena, orang kafir tidak berhak dikatakan ‘orang pilihan’, ‘orang mulia, ‘orang suci’. Bahkan alquran menyebutnya Najis. Seperti dalam ayat:
“Sesungguhnya orang-orang musyrik terhukumi najis.”
Sedangkan Doktrin hadist secara eksplisit menjelaskan bahwa semua orang tua Rasulullah adalah terpilih, mulia, suci. Dan juga, Dan juga Allah Swt. berfirman: “dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS Asy-Syuara’ [26]: 219).

· Jika anda protes dengan bertanya; “Bukankah Imam Nawawi berkata bahwa Ahli fatroh menjalani rutinitas sesuai adat arab yang percaya berhala masuk neraka???
Jawabannya : “Mengenai perkataan Imam Nawawi dalam mengomentari hadits Muslim: “Orang yang meninggal dalam masa fatroh dengan menjalani rutinitas sesuai adat Arab yaitu menyembah berhala, dia akan masuk Neraka yang dimaksud adalah karena mereka menyembah berhala sedangkan sebelumnya sudah ada dakwah ismail dan nabi ibrohim. Dan mengetahui bahwa itu (ajaran ibrohim) ajaran yang benar. Dan bisa saja ucapan imam Nawawi tersebut ditakwil (tafsir) dengan membawakan ucapan itu bagi orang-orang yang menyembah berhala yang sudah diriwayatkan dalam hadits-hadits bahwa mereka akan masuk Neraka.

Berhati hatilah dalam menyebutkan kekurangan kedua orang tua Rasulullah Saw. tentusaja itu akan menyakiti beliau. Karena menyakiti beliau, akibatnya akan fatal dengan adanya hadits yang diriwayatkan Ath-Thabari: “Janganlah kalian semua menyakiti orang-orang hidup dengan memaki orang-orang yang sudah meninggal.” .

orang tua nabi bukan orang sembarangan, ayahnya Abdulloh Bin Abdul Mutholib lelaki tampan yang jauh dari pergaulan jahiliyah,.beliau juga saat bayi tidak jadi disembelih dan diganti dengan fidyah 100 ekor unta. hal ini senada dengan syair pujian atas Ayahanda Nabi yang dilantunkan ibundanya menjelang wafat dan pengakuan ibundanya atas kenabiannya. Sambil menangis Aminah berkata:
بارك الله فيك من غلام * يابن الذي من حومة الحمام
نجا بعون الملك المنعام * فودي غدات الضرب بالسهام
بمائة من ابل سوام * ان صح ما ابصرت في المنام
فأنت مبعوث الى الانام * من عند ذي الجلال والاكرام
تبعث في الحل وفي الحرام * تبعث بالتحقيق والاسلام
دين ابيك البر ابراهاما * فالله انهاك عن الاصنام
Sementara ibundanya sendiri merupakan wanita cantik, suci yang jauh dari pergaulan jahiliyah. bahkan disaat wafatnya segenap Jin menangis dan melantunkan syair:
تبكي الفتات البرة الامينة * ذات الجمال العفة الرزينة
زوجة عبد الله والفرينة * أم نبي الله ذي السكينة
وصاحب المنبر في الندينة * صارت لدى حفرتها رهينة
Kesimpulannya bahwa Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah bersepakat bahwa orang tua nabi termasuk Ahli surga atas dua kemungkinan yaitu keimanannya setelah di bangkitkan atau karena mereka berada pada masa Fatroh. Sementara yang bersikukuh mengatakan bahwa orang tua Nabi kafir adalah muktazilah dan pengikutnya.
kita harus mengindari agar tidak mengingkari kejadian ini. Sebab jika kita mengingkari maka kita bertentangan dengan Al-Qur’an dan Ijma’, selain itu kejadian bangkitnya orang tua nabi ini sangat mungkin terjadi secara akal dan syara’ atas dasar kemulyaan dan kehususan yang tidak tertolak oleh Al-Qur’an dan Ijma’. Adapun perkataan yang mengatakan bahwa tidak berguna iman setelah wafat dikecualikan bagi yang mendapat kehususan dan kemulyaan..

Silahkan dishare!
____________

Referensi :
– Kitab Mujizul Kalam Syarah Aqidatul Awam karya Syidi Syeh Muhammad Ba’atiyah Cet. Maktabah Tarim Haditsah Tarim. Hal.37- 42
– Kitab Ghoyatul Muna Syarh Safinatun Najah karya Syidi Syeh Muhammad Ba’atiyah Cet. Maktabah Tarim Haditsah Tarim. Hal.47-53
– Kitab Abaway Rosul karya imam suyuthi Cet. Darul Jawamik. Hal.10-15

Shollu 'ala Rosulullah saw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar