22 September 2013

Kisah Kasih Guru tercinta, Habibana Munzir

 
 
 by : Sahabat Abu Nawas

Tidak banyak yg tahu, Beginilah Keadaan yang dialami guru kita Habibana Munzir setiap malam kala beliau berdakwah...

Berikut beliau mengisahkan :
(Mengenai salaman-red), saya lebih setuju jamaah bersalaman dg hatinya dg saya, karena hubungan cinta ruhani tak bisa putus, beda dengan jabat tangan yg hanya beberapa detik lalu berpisah dan terlepas..

namun saya tak berani pula membiarkan tangan seorang muslim terulur pada saya tanpa saya berusaha menyambutnya, saya risau jika saya berlaku begitu maka saya akan diperlakukan hal yg sama oleh Rasul saw kelak jika milyaran tangan terangkat ingin dijabat agar mendapat syafaat beliau saw, maka saya terus bersabar, walau sering terkilir dan sering saya ke cimande untuk ngurut tangan yg terkilir, atau kaki yg menginjak lobang atau trotoar, karena saya tak bisa melihat kaki saya sendiri dimana dilangkahkan dari dahsyatnya desakan, bahkan sering saya tidak tahu arah harus kemana, terkadang pintu masjid malah semakin menjauh dan salah arah, atau saya tak bisa lihat dimana mobil saya hingga saya harus mengarah kemana, subhanallah..

dan desakan itu makin dahsyat setiap malamnya, kini sudah banyak yg ingin memeluk dan mencium pula, saya kesal namun haru juga, mereka menangis gembira setelah memelintir leher saya dan menarik kepala saya kewajahnya,

saya ridho, saya senang, asal muslimin puas, apalah artinya tubuh penuh dosa ini hingga seorang muslim bisa menangis gembira karena berhasil memeluk saya?,

yg lain menyodorkan botol aqua kewajah saya dan wajah saya ditumpahi aqua itu karena saling desak dan kacamata saya basah hingga saya tak melihat apa apa lagi,

yg lain menyodorkan tasbihnya kewajah saya agar saya bisa menciumnya dan tidak jarang tasbih kay itu menyakiti wajah saya,
saya hanya berharap ia akan memakainya berdzikir, biarlah wajah ini hancur demi tasbih seorang muslim yg akan dipakainya dzikir,

seandainya mereka minta untuk menginjak pipi saya ditanah agar mereka mau hadir majelis maka saya akan dengan senang hati melakukannya

saya masuk mobil terengah engah dan badan bagai hancur, itulah nasib saya setiap malam..

sudah banyak saran agar saya diborder ketat hingga tak satupun yg bersalaman, jika saya tak perduli pada keadaan saya maka saya harus pertimbangkan juga bahaya anak anak kecil bahkan bayi bayi yg diusungkan pada saya, atau orang orang tua yg terdesak atau bisa cidera atau terinjak??

saya masih pertimbangkan..

saya keberatan dg tugas yg sangat berat ini, saya tak berani berdoa minta umur panjang lagi, jamaah semakin banyak, tiap malam majelis dihadiri 10 ribu hingga 50 ribu jamaah di wilayah sekitar jakarta yg saya kunjungi, ribuan tangan terulur tak bisa saya salami, desakan jamaah, anak anak terhimpit, orang orang tua terlempar, ibu ibu terpental, para kyai tersingkir, semua hanya karena semangat jamaah untuk menyalami, maka tim pengawalan dari crew kami memang ada, tapi saya selalu menghardik mereka pula agar jangan kasar pd massa, merekapun berjuang tiap malam membentengi saya dg tdk terlalu ketat, asal saya bisa lewat saja tanpa menghalangi jamaah yg inin bersalaman, namun usaha demi usaha semakin hari massa semakin banyak, lalu siapa yg akan menanggung dosa ini?

saya harus berhadapan dg pelbagai golongan masyarakat, diantara hadirin ada para shalihin, ada para kyai dan ulama, ada para habaib, ada para pendosa, pezina, penjudi, narkoba, karyawan, pelajar, pria, wanita, anak kecil, orang tua, lalu saya harus konsentrasi penuh untuk bisa menyampaikan tausiyah yg mengena ke seluruh golongan ini agar semua bisa mendapat manfaat, 1 x setahun saja bertugas seperti ini perlu persiapan berbulan bulan untuk konsentrasi bahan, konsentrasi khusyu, konsentrasi ketenangan jiwa, konsentrasi membaca situasi, bagaimana kalau ini berlangsung tiap malam?

Allah swt memberi kekuatan pd saya, karena jika tidak maka kepala sudah pecah menahan beban ini semua, namun semakin hari saya semakin suram, bingung, risau, takut..

mungkin sebagian orang melihat alangkah hebat dan nikmatnya disanjung dan dipuja sedemikian banyak orang, namun pribadi ini sebaliknya, alangkah susahnya dan beratnya menghadapi sanjungan banyak orang,

bagaimana harus menjaga perasaan para ulama yg lebih sepuh yg terlempar saat akan menyalami saya, betapa hancur hatinya, bagaimana perasaan orang yg datang dari jauh jauh sampai berjam jam perjalanan menuju majelis, namun saat tangannya terulur ia terdesak jatuh ke kali atau terinjak injak massa, bagaimana menjaga perasaan orang orang yg baru saja tergugah untuk tobat, lalu ia menangis memeluk saya dan ia disingkirkan oleh crew karena perbuatan itu membuat ratusan lainnya ingin berbuat hal yg sama,

satu orang menyodorkan kepalanya dengane membuka pecinya untuk dicium pendosa ini, ratusan lainyya berlompatan pula ingin mendapat hal yg sama.

sedangkan 1 muslim yg hancur hatinya kecewa bisa membuka pintu kemurkaan Allah swt, lalu bagaimana nasib pendosa ini..?, apa yg harus saya perbuat..?

mobil saya bagian kiri sudah penyok2 dan bergurat2 karena dahsyatnya desakan jamaah, sampai pengendara mobil mengadu, kalau habib sudah mendekat ke mobil, maka mobil ini bagai diatas laut terguncang guncang oleh desakan jamaah, mobil saya sedan, bukan mobil minibus yg mudah bergoyang, mobil berderak derak bagai ditindih beban berat jika saya sudah mendesak ke mobil, berkali kali pintunya rusak terkena desakan jamaah,

mobil meluncur, anda kira masalah selesai?, tangan rapuh ini sudah terasa pedas ditarik2 dan sering luka terkena kuku para pemuda yg mungkin tak sadar perbuatannya melukai saya, dan saya ridho saja, luka itu menghapus dosa ini, biar tangan saya yg luka jangan hati orang itu yg luka..

saya hanya mengurut urut tangan dimobil, masalah belum selesai, mereka terus mengejar dg puluhan motor dari belakang, begitu terkena lampu merah, maka mereka turun meninggalkan motornya ditengah jalan berebutan lagi menyalami dari jendela mobil, saya tak tega tak membuka kaca untuk seorang tamu Allah yg tidak minta apa apa, cuma minta bersalaman saja, apakah saya berani menolaknya?,

jika mereka minta nyawa saya untuk mau hadir di majelis sekali saja, saya akan korbankan, jika mereka minta meludahi wajah saya dan menginjak kepala saya ditanah untuk syarat agar mereka mau hadir akan saya lakukan, lalu ini yg diminta cuma ingin bersalaman.....

apa jadinya?, mobil2 dan motor umum menjadi menonton terheran heran, sebagian ketakutan, mereka kira ada tauran, melihat puluhan motor parkir sembarangan dilampu merah dan puluhan orang berlarian ditengah jalan mengejar kearan mobil saya, lampu hijau sudah menyala, mereka masih malang melintang ditengah jalan untuk menyalami,

sebagian menyusul dg motor ingin bersalaman dalam keadaan kendaraan sama sama berjalan, lalu berteriak teriak : habib saya cinta habib.., doakan saya.., saya tiap malam hadir majelis habib..,

begitu nasib saya tiap malam..

pulang kerumah tubuh serasa hancur lelah, sedih dan risau pula atas mereka yg kecewa, dan berfikir teringat hari esok hal ini akan terulang lagi, lagi, dan lagi..

namun jika saya teringat perjuangan Rasul saw saya trenyuh dan istighfar, Nabi saw dulu orang orang berebutan dan berdesakan mengejar beliau untuk diludahi wajah beliau saw dan dilempari kotoran binatang dan batu.., lalu kau munzir pendosa mengeluh dengan keadaan ini..?

saya tak tahu sampai kapan saya bisa bertahan.., tidak tahu harus berbuat apa, berdoa panjang umur atau berdoa segera jumpa Rasul saw..

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar