29 April 2013

Syariat, Hakekat, Ma'rifat

SIM atau Surat Izin Mengemudi konon bisa didapatkan secara normal atau abnormal (nembak).

Sehingga walau secara hakikat si Fulan belum bisa nyetir tapi jika secara syari'at ia sudah punya SIM maka ia boleh nyetir.

Atau, walaupun si Fulan hakikatnya bisa nyetir tapi secara syari'at ia tidak punya SIM maka ia tidak boleh nyetir.

Nah, mending mana, ahli nyetir tp tidak punya SIM, atau punya SIM tp gak pandai nyetir? Tentu saja mending ahli nyetir dan punya SIM. smile

SIM seharusnya menjadi alat ukur bahwa seseorang sudah "mampu" nyetir, bukan sekedar sebagai alat ukur seseorang sudah "boleh" nyetir.

Jalan raya aman bila pengendaranya "mampu sehingga boleh" nyetir di jalan raya, dan menjadi rawan ketika "boleh padahal belum mampu" nyetir.

Nah, "Hakikat" itu mengenai "mampu atau tidak", sedangkan "Syari'at" itu mengenai "boleh atau tidak".

Syari'at hadir untuk menjaga Hakikat. Dengan demikian, jika kita bersyariat tanpa sadar hakikat maka ibarat punya SIM tapi gak bisa nyetir. Sungguh rawan...


Misakan, syariatnya : Mendirikan Sholat, maka hakikatnya adalah Dzikrullah yaitu terhubung dengan Allah sehingga terbebas dari perbuatan keji dan mungkar.

So, mending mana mendirikan Sholat tapi orangnya pemarah dan sombong, atau tidak sholat tapi orangnya baik hati dan pemaaf? Tentu saja mending sholat plus baik hati dan pemaaf...

Nah, jadi mana yang lebih dulu ditegakkan, syari'at atau hakikat? Jawabnya : berbarengan. Lho kok?

Memang sih, harusnya bisa nyetir dulu baru dapet SIM, namun karena kita ini mayoritas Islam Keturunan, maka sejak lahir kita sudah numpang SIM orang tua kita, pas usia baligh kita pun otomatis dapet SIM resmi.

Sehingga tugas kita harus terus menegakkan syariat bareng dengan hakikatnya. Gak boleh hanya sebagiannya saja. Syariat tanpa hakikat adalah buta, hakikat tanpa syariat adalah dusta.


Nah, lalu bagaimana dengan posisi "Ma'rifat"? Ma'arifat itu adalah hadiah spesial dari Allah diberikan kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berhakikat dan bersyari'at di jalan Allah.

Islam ditegakkan dengan Syari'at.
Iman ditegakkan dengan Hakikat.
Ihsan ditegakkan dengan Ma'rifat.

Wallahu a'lam
(( Cahayamu Cahayaku))






Tidak ada komentar:

Posting Komentar