26 Maret 2013

Ka'bah Pusat Bumi



وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

“Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya.” (QS. Al-An’am: 92)

Dalam ayat lain, yakni pada Surat asy-Syura ayat 7, Allah juga menyebut Makkah dengan Ummul Qura, dan negeri-negeri lain dengan “negeri-negeri di sekelilingnya”.

Mengapa Allah menyebut Makkah sebagai Ummul Qura (induk kota-kota)? Mengapa Allah menyebut daerah selain Makkah dengan kalimat “negeri-negeri di sekelilingnya”?

Dipastikan melalui berbagai penemuan mutakhir di abad ini bahwa hal itu terkait dengan pusat bumi dan hal-hal yang mengelilinginya. Kata “Ummul Qura’” berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, sementara yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu yang menjadi sumber keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata “ibu” memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain. Karena Makkah juga disebut Bakkah, tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu, terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan.

Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas). Kemudian gunung api di dasar samudera meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar dan membentuk “bukit”. Bukit inilah yang kemudian menjadi tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.

Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran ini. Adakah hadits nabi yang menunjukkan fakta mengejutkan ini? Jawabannya adalah “ya!” Nabi bersabda, “Ka’bah itu seperti tanah di atas air, dari tempat itu bumi ini diperluas.”

Menjadi tempat yang pertama diciptakan menambah sisi spiritual tempat tersebut. Allah telah memuliakan Makkah saat Dia menjadikannya sebagai pusat ibadah umat Islam, terutama ibadah haji. Allah juga berkehendak menjadikan rumah yang digunakan untuk menyembah-Nya terletak di Makkah, sebagai kota tujuan umat muslim dalam haji dan umrah.

Ketika seseorang beribadah Haji, salah satu cita-citanya adalah berdoa di Multazam. Ini adalah tempat yang paling Mustajab untuk berdoa kepada Allah. Mulatzam adalah suatu tempat di dekat Ka’bah, antara Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah. Konon berdoa di sini gampang dikabulkan oleh Allah. Dan bisa dipastikan semua orang yang bertawaf menyempatkan diri berdoa di Multazam ini. Adakah rahasia yang bisa dijelaskan? Kenapa berdoa di tempat ini begitu Mustajab? Bapak AGUS MUSTOFA, di dalam bukunya yaitu Serial Diskusi Tasawwuf Moderen yang berjudul PUSARAN ENERGI KA’BAH berpendapat bahwa ada 3 faktor yang menyebabkan Multazam menjadi tempat yang Mustajab.


Yang Pertama adalah FAKTOR NABI IBRAHIM.

Ka’bah dibangun oleh Nab IBrahim dan Putranya yang bernama Nabi Ismail. Nabi Ibrahim adalah manusia yang berhati lembut, sehingga karyanya menjadi suatu karya yang Besar dan mempunya Energi yang sangat Besar pula. Lalu apa hubungannya? Secara Logika diibaratkan dengan batang besi yang digosok-gosokkan oleh magnet. Jika batang besi tersebut digosok-gosok magnet, maka batang besi biasa itu akan berubah menjadi magnet juga. Meskipun kemagnetan bisa hilang, namun kalau digosok berulang-ulang selama kurun waktu yang panjang maka besi biasa itu bisa menjadi magnet permanen. Seperti itulah Nabi Ibrahim dengan Ka’bah, sehingga ka’bah menyimpan energi Nabi Ibrahim yang positif.


Ke dua FAKTOR HAJAR ASWAD.

Hajar Aswad artinya Batu Hitam. Ia ditempatkan di sebuah lubang di salah satu bangunan Ka’bah. Konon, batu hitam itu turun dari langit. Diduga, ini adalah batu meteor yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi. Pada jaman dahulu, pembuat keris sering menggunakan batu meteor sebagai bahan membuat senjata, karena logamnya diketahui memiliki kualitas yang sangat tinggi. Hajar Aswad berfungsi sebagai “pintu” masuk dan keluarnya energi ka’bah, karena ia memiliki daya hantar elektromaknetik yang sangat tinggi. Orang yang paling dekat dengan Hajar Aswad itulah yang mengalami pengaruh paling besar dan doanya paling cepat dikabulkan. Disitulah letak Multazam.


Ke tiga JUTAAN MANUSIA YANG BERTAWAF.

Sesungguhnya setiap perbuatan manusia selalu menghasilkan gelombang elektromagnetik. Energi itu selalu memancar ketika kita melakukan hal apapun, termasuk ketika kita berdoa. Hal itu karena di dalam tubuh kita terdapat bio electron yang selalu berputar pada orbitnya di setiap atom-atom penyusun tubuh kita. Di sisi lain, ternyata jutaan orang yang berthawaf menyimpan energi yang sangat besar. Digambarkan dalam ilmu fisika yang disebut dengan “kaidah tangan kanan”.

Kaidah Tangan Kanan mengatakan:
“Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka di konduktor itu akan muncul medan gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas.” Hal ini, dalam Kaidah Tangan Kanan, digambarkan dengan sebuah tangan yang menggenggam empat jari, dengan ibu jari yang tegak ke atas. Empat jari yang menggenggam itu diibaratkan sebagai arah putaran arus listrik, sedangkan ibu jari itu digambarkan sebagai arah medan elektromagnetik.

Orang-orang yang bertawaf mengelilingi ka’bah berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Atau dalam kaidah tangan kanan itu mengikuti putaran empat jari yang menggenggam. Satu manusia saja yang bertawaf bisa menghasilkan energi karena di dalam tubuhnya mengandung bio electron, apalagi kalau berjuta-juta orang yang berthawaf? Jelas energi yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan Hajar Aswad yang berada di tengah ka’bah terjadi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas. Kenapa? Karena Hajar Aswad berfungsi sebagai konduktornya, seperti yang dijelaskan dalam Kaidah Tangan Kanan. Orang yang berada di dekat Multazam, bagaikan seorang penyiar radio yang sedang bertugas. Dia berada di depan ‘microfon’ Hajar Aswad. Maka ketika dia sedang berdoa, pancaran energi doanya itu akan ditangkap oleh superkonduktor Hajar Aswad untuk kemudian dipancarkan bersama-sama gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas akibat aktifitas orang berthawaf. Maka energi itu akan ‘menumpang’ gelombang elektromagnetik yang keluar dari ka’bah itu, mirip dengan pancaran radio yang. Kekuatan doa akan menjadi berlipat-lipat kali, karena dibantu oleh Power yang sangat luar biasa dari ka’bah menuju Arsy Allah. Dalam hal ini, Ka’bah telah berfungsi sebagai system pemancar radio. Karena power yang besar itu pula, maka berdoa di di Multazam menjadi sedemikian Mustajab. Doa itu jauh lebih cepat samapai kepada Allah, dan cepat pula mendapat balasannya. Karena itu ‘jangan sembrono melakukan perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu sedemikian spontan. Hal ini telah banyak dibuktikan oleh orang-orang yang melakukan ibadah haji.

Ke Empat KA’BAH SEBAGAI KIBLAT SHALAT.

Orang yang melakukan Sholat di seluruh dunia memancarkan energi yang positif. Apalagi mereka semua selalu berkiblat ke Ka’bah. Sholat kita mengikuti pergerakan matahari, artinya, setiap saat sesuai dengan gerakan matahari itu selalu ada yang sholat. Jika sekarang kita sholat Dhuhur, maka sesaat kemudian, orang islam yang berada lebih ke barat dibandingkan Indonesia akan melakukan sholat Dhuhur. Demikian pula beberapa saat kemudian, wilayah yang lebh ke barat lagi akan memasuki waktu dhuhur, dan seterusnya. Setiap saat selalu ada orang yang sedang sholat menghadap ke Ka’bah dimanapun dia, atau sholat apapun dia. Akibatnya, ada sebuah resonansi energial antara orang yang sedang sholat dan ka’bah, yang disebut dengan medan elektromagnetik. Setiap saat. Jadi bisa Anda bayangkan betapa besarnya energi yang terpancar dari ka’bah akibat berbagai aktifitas di atas. Yaitu, energi-energi yang disebabkan oleh factor Ibrahim, Faktor orang yang berthawaf, Faktor Hajar Aswad, dan Faktor oranng-orang yang melakukan Sholat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar