Mudah curiga,
suka mengeluh,
kurang percaya diri,
merasa takut,
cepat
menyerah,
mengatakan " Tidak Bisa " sebelum memulai sesuatu,
dan
sebagainya ...............
sama saja menanamkan nilai-nilai negatif dalam pikiran kita.
Jika hal ini berlarut dan menjadi kebiasaan maka semakin banyak sampah
yang bertumpuk di dalam otak kita.
Sampah-sampah itu, jika dibiarkan menumpuk maka akan mengganggu kesehatan, baik fisik maupun spiritual kita.
Sampah-sampah itu, jika dibiarkan menumpuk maka akan mengganggu kesehatan, baik fisik maupun spiritual kita.
Akibatnya, akan mudah
stress dan tidak ada kebaikan yang kita peroleh.
Hidup yang seharusnya
indah menjadi tidak bisa ternikmati.
Buatlah daftar catatan perilaku negatif pada diarymu dan Ingatkan diri untuk tidak mengulanginya lagi.
Biasakanlah
untuk tidak mengeluh, berani, pantang menyerah, dan mengatakan " Bisa ".
Tanamkan selalu sikap positif dalam benak kita.
Ubahlah sampah-sampah
dalam otak kita menjadi untaian mutiara positif yang akan membawa pada
perasaan nyaman dan bahagia.
Ketahuilah, apa saja yg kita fikirkan, baik dan buruknya akan terwujudkan , manfaat serta mudharat hasil dari fikiran kita akan kembali pd diri sendiri ..
Maka, Optimislah wahai Sahabat, jangan Pesimis !!!
Islam mengajarkan sikap dan tindak optimis,
karenanya karakter optimis adalah salahsatu modal dasar keberhasilan
hidup, konsep “fastabiqul khairat”—common virtues, atau
berlomba-lomba dalam kebaikan.
“fastabiqul khairat”—common virtues .... , menunjukkan bahwa sukses itu harus dimulai
dengan niat yang lurus, semangat tinggi, kebersamaan serta sikap
optimis karena yakin Allah akan meridhoi segala usaha kita sepanjang itu
dilandasi dengan tekad yang kuat untuk semata-mata mengabdi kepadaNya...
Ada Sebuah Pepatah, bahwa “Pelaut Ulung tidak lahir dari laut yang tenang”
Perjuangan hidup itu memerlukan pengorbanan, “No pain no gain”
Sahabat, Tak ada yang “gratis” dalam hidup ini, semuanya harus diperjuangkan dengan kerja keras, kerja cerdas serta kerja ikhlas, selama hayat masih dikandung badan.
Seseorang
yang optimis tidak ‘buta kebahagiaan’ atau mengabaikan permasalahan.
Tapi sebaliknya melakukan pilihan secara terus menerus untuk merespon
dalam tindakan yang membangun baik dalam keadaan positif ataupun
negatif.
Tapi sebenarnya setiap orang bisa mengembangkan diri untuk
selalu berpikir positif.
Perbedaan dari orang yang berpikiran positif
dan orang berpikiran negatif adalah bagaimana mereka menghadapi sebuah
situasi.
Seorang yang pesimis melihat sebuah kejadian buruk sebagai
sesuatu yang mempengaruhi seluruh kehidupannya, terlihat dari pernyataan
seperti ‘Tak pernah ada hal bagus yang terjadi padaku.’ Atau ‘tentu
saja ini akan berakibat buruk…bagaimana jadinya hidupku nanti?’ Saat
mengalami kejadian buruk membuat si pesimis semakin yakin kalau mereka
korban ketidakberuntungan.
Beda dengan seorang yang optimis, biasanya
memiliki kemampuan untuk mengisolasi hal-hal negatif dan menjaga sikap
serta pemikiran bahwa apa yang dialaminya hanya sebuah kejadian, bagian
dari keseluruhan hidupnya.
Rasulullah
Shollallahu 'alaihi wasallam telah mengajarkan agar umatnya selalu optimis, termasuk dalam hal
menghadapi kematian.
Ingatlah !!,
Orang yang paling cerdas
adalah orang yang banyak mengingat kematiannya, untuk kemudian giat
mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.
Rasululah Shollallahu a'laihi wasallam mengatakan, sekalipun engkau mengetahui bahwa esok adalah kiamat
dan ditanganmu ada sebutir biji kurma, maka tanamlah !,
Artinya ada
pesan moral yang luhur dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam , agar umat Islam senantiasa yakin dan
optimis dengan masa depan, tidak mengeluh, cengeng apalagi putus asa
menghadapinya.
Lakukan saja semua ikhtiar sesuai dengan kemampuan, “do what you have to do”, setelah itu serahkan hasilnya dengan ikhlas (nothing to lose)
serta tawakkal kepada Allah.
Dengan demikian tak ada beban hidup ang
sia-sia, karena setiap pekerjaan kita adalah dalam rangka ibadah
kepadaNya.
Seorang yang berpikiran optimis, melihat kegagalan sebagai
kemunduran sesaat, bukan sebuah kondisi yang permanen.
Seorang yang memiliki
pemikiran optimis ,memahami bahwa saat mereka gagal bukan berarti mereka
tidak mendapatkan kesempatan untuk meraihnya, melainkan hanya sebuah
pelajaran yang akan membawa mereka mencapai tujuan dengan cara lebih
sempurna.
Dengan belajar dari kesalahan, ke depannya mereka akan dapat
mengurangi kesalahan dalam melakukan sesuatu dan pada akhirnya melakukan
cara yang benar.
Orang-orang optimis memilih bersikap tenang dalam
segala situasi buruk yang dihadapinya.
Orang-orang optimis memahami
bagaimana memisahkan emosi dari situasi yang dihadapinya ini dengan
situasi yang sebenarnya, dan mereka memiliki kemampuan untuk tetap
bertindak rasional, mengatasi situasi dengan kepala dingin di tengah
tekanan.
Orang-orang optimis tidak menghadapi permasalahan
secara pribadi tapi tetap bersikap obyektif dalam keadaan apa pun. Jika
kita telah memahami bagaimana menjadi seorang yang optimis di atas, dan
mempraktekannya dalam keseharian, lalu mengubah kita menjadi seseorang
yang berpikir positif.
Jangan mengharapkan orang-orang di sekeliling
kita langsung menghargai sikap optimis ini, persiapkan diri untuk
mengatasi segala hal negatif tersebut.
Berfikir positif- (positifve thinking) juga perlu kewaspadaan. Dalam keseharian kita perlu berfikir positif. Tentu saja tanpa harus kehilangan kewaspadaan. Ayo optimis !…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar