14 November 2012

Cantik Adalah Relatif

Di belahan bumi manapun, perempuan  sering dilihat dan dinilai hanya dari segi fisiknya, semakin cantik atau menarik seorang wanita, kans untuk mendapatkan pasangan akan semakin terbuka lebar, bahkan kalau bisa mendapatkan pasangan yang bisa mengangkat derajad perempuan tersebut.

 Setidaknya pomeo ini berlaku sampai saat ini, dimanapun. Menyedihkan sekaligus memprihatinkan. Terkesan tidak adil memang, tapi inilah faktanya. Oleh karena itulah, berbagai cara dilakukan untuk menjadi cantik secara fisik.

Dan ini sama, berlaku di manapun di dunia ini selama masih ada makhluk  yg namanya  perempuan.


 Seringkali para perempuan melakukan apa saja demi memperoleh status CANTIK  di mata lelaki. ). 

Bahkan tidak jarang sampai menyakiti diri sendiri. Tentu saja standard cantik di berbagai daerah dan negara berbeda-beda. Beauty is the eye's of beholder.

Yang dianggap cantik di negara tertentu, mungkin saja dianggap mengerikan bagi negara lain..hmmmmm

Intinya,  CANTIK  ITU RELATIF..... tergantung siapa yg memandang......

Nah,  gambar diatas adalah seorang wanita yg di anggap tercantik pada daerah terpencil dengan beberapa suku minoritas yang tinggal di perbatasan Burma dan Thailand, khususnya suku Padaung atau Pa Dong.....

 Wanita Suku Kayan Lahwi atau Padaung yang dikenal dengan ciri khasnya yaitu pemakaian neck ring atau kerangkeng leher. Leher yang dililit kalung berbentuk spiral yang dibuat dari tembaga berwarna kuning. Selain sebagai asesori juga sebagai lambang kecantikan wanita suku tersebut............

 semua perempuan penduduk desa tersebut mulai dari kanak-kanak sampai nenek-nenek berusia lanjut mempunyai ciri khas, lilitan di lehernya.........

 Pemakaian kalung istimewa ini dimulai ketika seorang anak berusia sekitar lima tahun. Yang biasanya pada anak seumur itu, hanya berupa dua lilitan. Setiap dua atau tiga tahun, kalung yang lebih merupakan sebagai kerangkeng yang mencengkeram leher, ditambah lilitannyaa misalnya dari dua menjadi empat atau lima lilitan. Demikian seterusnya, makin tua usia makin banyak lilitan di lehernya.

 Makin panjang pula lehernya. Dan karena beban kalung semakin berat seiring dengan bertambahnya umur, membuat tulang leher akan terus turun melesek dan menekan tulang punggung sehingga kedua pundak nampak tidak balance melorot. Dan leher kian panjang lurus bak leher jerapah.

  Pemakaian kerangkeng ini tentu saja dalam prakteknya tidak akan membuat perempuan merasa tercekik, dan susah bernafas dan akan mengganggu aktifitas sehari-harinya. Yang ada bukannya mereka merasa terganggu namun mereka nampak wajar seperti perempuan normal lainnya. Mereka melakukan pekerjaan sehari-hari dari memasak sampai menenun tanpa hambatan.

Nah...Mereka merasa bangga dengan leher seperti jerapah ini, banyak turis datang ke sana hanya karena ingin melihat wanita berleher jerapah ........dan mereka di jadikan obyek wisata yang menghasilkan uang.....jika turis ingin melihat wanita ini dan ber foto bersama , harus bayar....





Tidak ada komentar:

Posting Komentar