Di
belahan bumi manapun, perempuan sering dilihat dan
dinilai hanya dari segi fisiknya, semakin cantik atau menarik seorang
wanita, kans untuk mendapatkan pasangan akan semakin terbuka lebar,
bahkan kalau bisa mendapatkan pasangan yang bisa mengangkat derajad
perempuan tersebut.
Setidaknya pomeo ini berlaku sampai saat ini,
dimanapun. Menyedihkan sekaligus memprihatinkan. Terkesan tidak adil
memang, tapi inilah faktanya. Oleh karena itulah, berbagai cara
dilakukan untuk menjadi cantik secara fisik.
Dan ini sama, berlaku di manapun di dunia ini selama masih ada makhluk yg namanya
perempuan.
Seringkali para perempuan melakukan apa saja demi memperoleh
status CANTIK di mata lelaki. ).
Bahkan tidak jarang sampai menyakiti diri sendiri. Tentu saja standard
cantik di berbagai daerah dan negara berbeda-beda. Beauty is the eye's
of beholder.
Yang dianggap cantik di negara tertentu, mungkin saja dianggap mengerikan bagi negara lain..hmmmmm
Intinya, CANTIK ITU RELATIF..... tergantung siapa yg memandang......
Nah, gambar diatas adalah seorang wanita yg di anggap tercantik pada
daerah terpencil dengan beberapa suku minoritas yang tinggal di
perbatasan Burma dan Thailand, khususnya suku Padaung atau Pa Dong.....
Wanita Suku
Kayan Lahwi atau Padaung yang dikenal dengan ciri khasnya yaitu
pemakaian neck ring atau kerangkeng leher. Leher yang dililit kalung
berbentuk spiral yang dibuat dari tembaga berwarna kuning. Selain
sebagai asesori juga sebagai lambang kecantikan wanita suku tersebut............
semua
perempuan penduduk desa tersebut mulai dari kanak-kanak sampai
nenek-nenek berusia lanjut mempunyai ciri khas, lilitan di lehernya.........
Pemakaian
kalung istimewa ini dimulai ketika seorang anak berusia sekitar lima
tahun. Yang biasanya pada anak seumur itu, hanya berupa dua lilitan.
Setiap dua atau tiga tahun, kalung yang lebih merupakan sebagai
kerangkeng yang mencengkeram leher, ditambah lilitannyaa misalnya dari
dua menjadi empat atau lima lilitan. Demikian seterusnya, makin tua usia
makin banyak lilitan di lehernya.
Makin panjang pula lehernya. Dan
karena beban kalung semakin berat seiring dengan bertambahnya umur,
membuat tulang leher akan terus turun melesek dan menekan tulang
punggung sehingga kedua pundak nampak tidak balance melorot. Dan leher
kian panjang lurus bak leher jerapah.
Pemakaian kerangkeng ini tentu saja dalam prakteknya tidak akan membuat
perempuan merasa tercekik, dan susah bernafas dan akan mengganggu
aktifitas sehari-harinya. Yang ada bukannya mereka merasa terganggu
namun mereka nampak wajar seperti perempuan normal lainnya. Mereka
melakukan pekerjaan sehari-hari dari memasak sampai menenun tanpa
hambatan.
Nah...Mereka merasa bangga dengan leher seperti jerapah ini, banyak turis datang ke sana hanya karena ingin melihat wanita berleher jerapah ........dan mereka di jadikan obyek wisata yang menghasilkan uang.....jika turis ingin melihat wanita ini dan ber foto bersama , harus bayar....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar