Orang mukmin harus mengimani bahwa Allah swt akan menerima syafaat Nabi Muhammad saw untuk umatnya yang telah berbuat dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil, yang seharusnya menyeret pelakunya ke neraka.
Syafaat itu ada yang berlaku umum bagi semua umat yang beriman yaitu sebelum diadakannya proses hisab (perhitungan amal), ada pula yang berlaku khusus bagi umat Muhammad saw yang telah masuk ke dalam neraka.
Dengan syafaatnya, semua orang beriman akan dikeluarkan dari neraka hingga tidak ada seorang pun yang dalam hatinya ada sebutir keimanan, meskipun hanya seberat biji sawi, atau yang pernah mengucapkan la ilaha illallah sekali seumur hidup dengan penuh ketulusan, masih berada di dalamnya. Indikasi adanya syafaat ini ditegaskan Allah swt dalam beberapa firman-Nya :
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari
orang-orang yang memberikan syafaat.”(QS. Al-Muddatstsir: 48).
“Maka kami
(orang-orang kafir dan musyrik) tidak menemukan seorang pemberi syafaat pun,
dan tidak pula mempunyai teman yang akrab [yang akan dapat menolong].”(QS.
Asy-Syu’ara’: 100).
“Maka adakah
bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami (orang-orang
kafir)?.”(QS. Al-A’raf: 53).
Ayat-ayat ini
menjelaskan bahwa syafaat itu ada, namun hanya diperoleh orang-orang beriman.
Sedangkan orang kafir tidak akan mendapatkan sedikitpun syafaat dari Nabi saw.
Sedangkan
argument adanya syafaat dari hadits antara lain diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Ia menyatakan bahwa Nabi saw bersabda :
“Orang yang
pertama kali dibangkitkan dalam kuburnya pada hari kiamat adalah aku, aku
adalah penghulu seluruh anak cucu Adam, akulah yang akan mengibarkan panji
al-Hamd (pujian), akulah orang yang pertama kali masuk surga dan akulah pembawa
kuncinya. Semua keistemewaan yang aku peroleh ini berasal dari karomah Allah saw
kepadaku, karenanya aku tidak pantas untuk membanggakannya. Aku diizinkan
membuka pintu surga dan disambut oleh wajah Allah swt sehingga akupun
tersungkur sujud kepada-Nya.
Allah swt berkata, ‘Wahai Muhammad, angkat
kepalamu! Minta dan berilah syafaat, maka Aku
akan mengabulkan permintaan dan syafaatmu ! Aku pun mengangkat kepalaku,
lalu berkata, ‘Ya Rabb ! Umatku, Umatku.’
Berulang kali aku mengatakannya, dan
Allah swt berkata, ‘Pergi dan lihatlah umatmu! Siapa pun dari mereka yang
memiliki keimanan dalam hatinya, meski hanya sebesar biji sawi, keluarkanlah ia
dari neraka !’ Aku pun mengeluarkan umatku dari neraka yang banyaknya seperti
gunung. Para nabi yang lain berkata kepadaku, ‘Kembalilah kepada Rabbmu dan
mintalah lagi kepada-Nya!’ Aku pun berkata, ’Sungguh aku malu untuk minta lagi
kepada-Nya.’”
Dalam hadits
riwayat Jabir, Nabi saw bersabda :
“Syafaatku
adalah untuk orang-orang yang melakukan dosa besar dari kalangan umatku.” Dalam
hadits lain dari Abu Hurairah ra, beliau bersabda,
“Syafaatku
itu, Insya Allah, akan didapatkan oleh umatku yang tidak mati dalam keadaan
menyekutukan Allah.”
Begitupula
halnya dengan nabi-nabi yang lain, para shiddiqqin (orang-orang yang amat teguh
kepercayaannya atas kebenaran Rasul) dan orang-orang shaleh dari setiap umat,
juga memiliki hak memberi syafaat dengan izin Allah swt.
Rasullah saw
bersabda :
“Pada hari
kiamat, Nabi Ibrahim berkata, ‘Ya Rabb, sungguh Engkau telah membakar anak cucu
Adam.’ Allah swt berkata, ’Keluarkanlah olehmu dari neraka orang yang dalam
hatinya ada keimanan meski hanya seberat biji gandum sekalipun !.”
Abu Sa’id
al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Setiap nabi
memiliki ‘athiyah (doa mustajab), dan aku menyimpan ‘athiyah-ku sebagai syafaat
bagi umatku di akherat. Ada seseorang dari umatku yang dapat memberi syafaat
bagi satu kabilah sehingga Allah swt memasukkan mereka ke surga dengan
syafaatnya. Ada juga yang dapat memberikan syafaat hanya untuk tiga orang, atau
dua orang, bahkan hanya untuk satu orang saja, dan dengan syafaat tersebut
Allah swt memasukkan mereka ke dalam surga.”
Sekelompok
orang beriman akan masuk surga setelah sebelumnya mereka disiksa dalam neraka
berkat rahmat Allah swt dan syafaat orang-orang yang diizinkan-Nya untuk
memberi syafaat, sebagaimana yang terekam dalam hadits Nabi saw dari Ibnu
Mas’ud.
Dari Anas bin
Malik, Nabi saw bersabda, “Aku terus memohon kepada Allah swt agar dapat
memberikan syafaat bagi umatku, dan Dia mengabulkan permohonanku sampai aku
berkata, ’Ya Rabb, izinkan aku untuk dapat memberi syafaat kepada penghuni
neraka yang mengucapkan la ilaha illallah.’ Allah swt berkata, ‘Ini bukanlah
hakmu dan bukan pula hak selainmu. Ini adalah hak-Ku. Demi keagungan, kebesaran
dan rahmat-Ku, aku tidak akan membiarkan seorangpun orang yang pernah mengatakan
la ilah illallah berada dalam neraka.’ ”
----------
Syekh ‘Abdul Qadir Jaelani.
2009. AL-Ghunyah li thalibi thariq al Haqq ‘Azza wa Jalla. Jakarta. SAHARA
intisains
Tidak ada komentar:
Posting Komentar