17 Januari 2012

Penemuan Kota Kuno Suku Maya



Kota kuno suku Maya, Holtun, atau Head of Stone, yang tersembunyi selama berabad-abad ditemukan di dalam hutan hujan Guatemala.


Menurut penelitian yang dipresentasikan awal bulan ini, sebuah peta tiga dimensi mampu memperlihatkan ratusan bangunan yang tertutup oleh pohon. Demikian seperti yang dikutip dari New Kerala, Jumat (29/4/2011).


Warga setempat di sekitar lokasi sebenarnya sudah mengetahui bahwa ada bangunan besar yang tersembunyi di balik hutan tersebut, namun baru sekarang para arkeolog bisa menemukan kota tersebut.


Salah satu situs temuan di kota Holtun
                                                                                               
Dengan menggunakan GPS dan perangkat elektronik canggih, para arkeolog berhasil melacak lokasi kota dan sebuah piramid dengan tujuh tingkat.


Pimpinan peneliti, Brigitte Kovacevich, seorang arkeolog di Southern Methodist University, Dallas, mengingatkan kalau beberapa bangunan digunakan sebagai temapt penguburan raja-raja.


"Seringkali para arkeolog mencari piramid atau kuil terbesar untuk menemukan makam raja, tapi pada era 600 sampai 300 tahun sebelum masehi, raja bukanlah pusat dari kebudayaan, jadi mungkin saja ia dikubur di dalam rumah biasa," ujar Kovacevich.


"Hal itulah yang menyebabkan banyak raja dari jaman tersebut luput dari para arkeolog," tambahnya.


Kota kuno Head of Stone atau Holtun, yang berukuran panjang satu kilometer dan lebar 0,5 kilometer, menjadi salah satu pusat kebudayaan suku Maya, dan menjadi tempat bermukim dari 2 ribu warga.


Tapi saat ini, bangunan tersebut terkubur oleh tanah dan pepohonan, hingga hampir sulit terlihat oleh mata telanjang.


Para peneliti berharap dapat mulai menggali dan meneliti bangunan tersebut, termasuk piramid yang menjadi pusat kota tersebut.


Penemuan Kota Maya yang Misterius di Guatemala


 KOTA GUATEMALA adalah Sebuah kota suku Maya yang hasil keseniannya membuat kagum para kolektor selama beberapa dekade, tetapi lokasi sebenarnya masih menjadi misteri, telah ditemukan di hutan bagian utara Guatemala.

‘Lokasi Q' telah menjadi lahan suci arkeologi sejak hasil kesenian suku Maya yang sangat indah dari masa antara tahun 600 sampai 900 masehi muncul di museum dan galeri di Amerika dan Eropa di tahun 1970-an.


Para peneliti telah menemukan patung di rerentuhan yang telah lama dikenal sebagai La Corona di Guatemala yang sesuai dengan serpihan balkon yang misterius, demikian dikatakan Salvador Lopez, ketua monumen bersejarah Guatemala.

Peneliti Internasional telah memperkirakan bahwa La Corona adalah ‘Lokasi Q’ dan penemuan terakhir membuktikan hal itu, kata Lopez.

"Potongan bangunan tersebut mengkonfirmasikan bahwa ini adalah Lokasi Q" demikian dikatakannya pada Reuters.

Banyak pahatan patung batu yang mulai muncul tiga dekade yang lalu, memiliki ukiran berbentuk kepala ular yang aneh. Mereka banyak memiliki kesamaan sehingga para ahli memperkirakan bahwa mereka dirampok dari satu kota Maya yang sama.

Namun akhir-akhir ini, beberapa arkeolog mulai berpikir bahwa ‘Lokasi Q’ adalah mitos dan pahatan kepala ular tersebut berasal dari beberapa tempat yang berbeda.


Lopez berkata bahwa patung bangunan yang baru-baru ini ditemukan menunjukkan bahwa La Corona telah didirikan oleh pemimpin kerajaan besar Maya dari Meksiko, Calakmul, untuk menolong kerajaannya dalam perang besar dengan Tikal, kerajaan terbesar kedua suku Maya di Guatemala.

"Ini menceritakan sejarah dari dua kekuatan, Tikal dan Calakmul," katanya.
La Corona terletak di perbatasan taman nasional Laguna del Tigre, bagian yang berbahaya dari Guatemala dimana ilmuwan bekerja diantara penyelundup obat bius, penebang kayu gelap, dan perkebunan ilegal.
Lokasi ini digali oleh tim ahli dari Universitas Yale, the National Geographic Society dan yang lainnya.




MEXICO CITY – Sebuah tim ilmuwan Meksiko telah menemukan reruntuhan dari sebuah istana suku Maya berusia dua ribu tahun, di wilayah Chiapas.

"Penemuan ini merupakan bukti dari pendudukan awal kota-kota suku Maya kuno di wilayah Upper Usumacinta, hutan Lacandona, Chiapas" ujar pihak National Institute of Anthropology and History dalam sebuah pernyataannya.

Seperti yang dikutip dari Fox News, Minggu (4/9/2011), Luis Alberto Martos, pimpinan dari proyek tersebut mengatakan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti pendudukan di wilayah tersebut pada 50 tahun sebelum masehi sampai 50 tahun sesudah masehi.

Martos menambahkan bahwa bukti awal pendudukan wilayah tersebut oleh suku Maya sebelumnya tercatat hanya pada waktu 250 tahun sesudah masehi.

Dikatakan oleh Martos bahwa istana tersebut terdiri dari ruangan-ruangan dengan tembok selebar satu meter, yang bagian ujungnya melingkar. "Karakteristik awal dari arsitektur suku Maya," jelasnya.

Selain itu ditambahkan pula oleh Martos bahwa suku Maya kemudian membongkar bangunan asli istana tersebut dan menambahkan tingkatnya. "Hal itulah yang menjelaskan mengapa bangunan aslinya tetatp berada di bagian bawah dan terkubur," ungkapnya.

Konstruksi-kontruksi tambahan tersebut dibangun antara periode 250-800 tahun sesudah masehi, dan menjelaskan periode Klasik dalam sejarah suku Maya.

"Penelitian ini akan menyediakan pemahaman mendalam menenai interaksi sosial dan politik di wilayah tersebut, di mana juga terjadi beberapa konflik dan pertempuran," ujar Martos.

Para ilmuwan yang menyelidiki situs tersebut sepakat bahwa penemuan tersebut mampu menjelaskan sejarah wilayah tersebut, dimulai dari era Biasa sampai ke 1.000 tahun sesudah masehi. "Periode 10 abad bisa dijelaskan dalam arsitektur istana ini," pungkas Martos.
(ATA)


 Lagi, penemuan seputar suku maya yang mempunyai misteri tentang peradaban mereka di masa lalu.

Tim peneliti dari Amerika Serikat baru saja menemukan kanal atau saluran air karya suku Maya di Kota Palenque, Meksiko, yang merupakan contoh pertama rekayasa tekanan air di dunia.

Tim peneliti dari Universitas Pennsylvania itu seorang arkeolog dan ahli hidrologi. Mereka menemukan bukti bagaimana suku Maya menggunakan saluran air yang diatur dengan tekanan, tetapi masih belum diketahui proses detailnya.

“Sistem tekanan air sebelumnya diperkirakan diperkenalkan oleh bangsa Spanyol ketika kedatangannya,” ujar peneliti dalam Journal of Archaeological Science edisi terbaru. Tetapi kini ada bukti baru yang lebih tua.

Berdasarkan data arkeologis, kondisi iklim musiman, bentuk geomorfologi, dan teori hidrolik jelas menunjukkan bahwa suku Maya di Palenque Chiapas telah menerapkan pengetahuan empiris dari saluran air bertekanan tertutup sebelum hadirnya bangsa Eropa.


Teknologi tersebut pertama kali teridentifikasi pada 1999 saat survei pemetaan. Sementara saluran air yang mengalir di bawah kawasan kota belum diketahui. Kemudian pada tahun 2006, seorang arkeolog kembali ke Palenque bersama ahli hidrologi untuk memeriksa fitur air yang tidak biasa.

Area Palenque pertama kali dihuni pada tahun 100 Masehi, tetapi tumbuh lebih besar ketika periode klasik Maya berlangsung, yakni tahun 250 hingga 600 Masehi. Kota tersebut ditinggalkan sekitar tahun 800 Masehi.

“Di bawah kondisi alamiah rasanya sulit membayangkan suku Maya membuat contoh tekanan air yang teratur di dunia mereka,” ujar Christopher Duffy, profesor rekayasa teknik sipil dan lingkungan.

Saluran air bawah tanah sebagai akuaduk bukan hal yang umum di Palenque karena suku Maya membangun kota dalam area kecil di atas tebing besar yang panjang. Untuk membuat lahan yang tersedia layak dihuni, suku Maya di Palenque membuat rute saluran di bawah kota melalui akuaduk.

“Mereka menciptakan ruangan kota,” ujar Kirk French, dosen antropologi. “Ada saluran di dalam area setiap 300 kaki atau menyeberangi tebing. Sangat sedikit tanah yang bisa dibangun.”

Saluran tersebut juga berguna pada musim hujan sehingga bahaya banjir bisa diantisipasi setidaknya sebagian dialirkan dan dikontrol. Saluran yang diteliti oleh para ahli bernama akuaduk Piedras Bolas yang berlokasi di atas permukaan tanah yang terjal dengan ketinggian 20 kaki. (Satwiko Rumekso)



Ukiran bangsa Maya pada situs arkeologi El Zotz, Utara Guatemala. (Reuters)
Sejumlah arkeolog telah menemukan sebuah makam raja suku Maya yang diawetkan dan dikemas dengan baik. Dalam penggalian tersebut juga ditemukan sejumlah ukiran, keramik serta tulang anak-anak.
Sejumlah peneliti telah menemukan ruang pemakaman di kawasan hutan Peten, Guatemala, Mei lalu, namun baru dipublikasikan.
Makam yang terletak di bawah piramida El Diablo, kota El Zotsz ini, diperkirakan berasal dari 300-600 M. 

Makam ini disegel dengan baik. Panjangnya sekitar sepuluh kaki dan lebar empat kaki. Makam dilindungi oleh beberapa kain, ukiran kayu serta dekorasi keramik merah-kuning yang dihiasi dengan motif-motif ikan dan babi hutan.

Tim ini telah meneliti situs tersebut ketika mereka menemukan rangkaian mangkuk yang terkubur berisi peninggalan gigi-gigi dan jari manusia. Mereka terus menggali lebih jauh dan menurunkan cahaya ke dalam lubang, yang mana telah mengungkap "sebuah ledakan warna, merah, hijau dan kekuningan ke segala arah."

"Ketika kami membuka makam itu, saya menjulurkan kepala saya ke dalam dan perasaan menakjubkan benar-benar terasa, aroma bebatuan serta rasa dingin menyusup ke tulang-tulang saya," Mr. Houston, salah seorang peneliti. 

Ruang yang disegel begitu baik selama 1.600 tahun, tidak terdapat sedikitpun udara dan air yang menyusup. Bangsa  Amerika Tengah tersebut dipenuhi piramida dan reruntuhan dari peradaban Maya kuno, yang mencapai kejayaan antara 250 dan 900 M, menutupi wilayah Honduras Modern hingga Meksiko.

Sejumlah arkeolog mengatakan, penggalian pada El Zotz atau yang disebut "kelelawar" oleh bangsa Maya, memberikan pengertian yang sangat mendalam pada upacara pemakaman peradaban saat itu.
Anak remaja seringkali dikorbankan selama pemakaman raja Maya. Namun dalam sebuah penemuan mengejutkan, sejumlah arkeolog yang menggali El Zotz telah menemukan tulang balita 12 bulan.

Penggalian itu juga menunjukkan bukti bahwa raja dikubur menggunakan busana penari tradisional, dihiasi kerang keong dan potongan batu giok, yang diyakini sebagai yang pertama kali dilakukan.
El Zotz adalah hutan lebat di Tikal, yang populer bagi wisatawan AS. Para sejarawan mengatakan El Zotz seringkali menjadi ajang pertempuran antara Tikal dan Calakmul, yang terletak di utara Meksiko modern.
Seperti banyak  situs arkeologi di wilayah pedalaman Peten Guatemala, El Zotz sangat beresiko dari ulah para penjarah, pemburu dan penebang gelap yang mencoba hidup di hutan. Tempat ini juga merupakan tempat transaksi narkoba ke Meksiko.

"Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Makam-makam kerajaan sangat padat informasi dan butuh waktu bertahun-tahun belajar untuk memahaminya," ujar Houston. (Erabaru/ telegraph/sua)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar