17 Januari 2012

Oleh : Toni Ardi

Sebelum pembahasan بسم الله الرحمن الرحيم  dilihat dari beberapa versi pan Ilmu, maka perlu diketahui bahwa بسم الله الرحمن الرحيم  sering diucapkan dengan lapadz بسملة (Basmallah), lapadz tersebut adalah bentuk       مصدار القياسى(Masdar  Qiyasi) dari lapadz بسمل (basmala) termasuk Ruba’I Mujarod yaitu sama dengan دخرج يدخرج دخرجة
Dan itu adalah termasuk kedalam bab Nuhtun ( باب النحت), yaitu meringkas dua kalimah atau lebih (potong leter)

. Seperti halnya contoh lain  هلّل تهليلا  adalah singkatan dari lapadz لا اله الا الله , jadi tahlilan itu adalah mengucapkan lapadz لا اله الا الله .

Kemudian apa yang menjadi alasan kenapa setiap manusia baik itu pengarang (مصنّف ( ataupun bukan mereka memulai suatu pekerjaannya di mulai dengan bacaan Basmallah.
 
Alas an pertama, إقتداء بالكتاب العزيز   (Iqtidaan billkitabil ‘aziz), “karna mengikuti kitab al-Qur’an”. 
 
Kedua, karna mengamalkan sebagaimana hadits Nabi :
كل أمر دى بال لا يبداء فيه ببسم الله فهو أقطع اى قليل البركة           
“ setiap perkara yang baik menurut syara’ tidak diawali dengan lapadz Bismillah maka akan putus” artinya  kurang berkah 
 
Pembahasan بسم الله الرحمن الرحيم  yang ada hubungannya dengan ‘ilmu nahwu, maka ba (الباء ) yang ada dalam lapadz Bismillah adalah termasuk Harap Jar Asliyah(حرف الجر الأصلية) , sedangkan Harap Jar Asliyah mempunyai muta’alaq (متعلق ), ”guna untuk menghasilkan suatu perkataan yang sempurna”
 
Pembuatan  muta’alaq (متعلق ) bisa dari fi’il dan bisa juga dari isim, sedangkan keberadaannya bisa didahulukan dan bisa juga diakhirkan dari ma’mulnya, tetapi yang paling baik adalah muta’alaq (متعلق ) yang diakhirkan, dan muta’alaq (متعلق ) untuk lapadz بسم الله الرحمن الرحيم adalah Abtadiu (أبتدء) , muta’alaq (متعلق ) tersebut disimpan di akhir setelah lapadz bismillah jadi بسم الله الرحمن الرحيم أبتدء , tarkib  (susunan) kalimatnya بسم الله الرحمن الرحيم  jadi maf’ul dari fi’il fa’il Abtadiu (أبتدء) .
 
Diakhirkannya muta’alaq (متعلق )  tersebut karna ada faidah-faidah yang dimaksud diantaranya sebagaimana dalam ’ilmu ma’ani menyebutkan :
و جاء للتخصيص قبل الفعل * تهمم تبرك و فصل
 
Keberadaan maf’ul datang sebelum fi’il yaitu untuk memberi faidah “mengkhususkan, mementingkan, ngalap berkah, dan sebagai fashol”

Perlu diketahui bahwa asal maf’ul itu berada diakhir kalimah yaitu sesudah fiil yang dipisah oleh fa’ilnya (fiil, fa’il, dan maf’ul), sebagai mana dalam bet Al-fiyah :
 
والأصل فى الفاعل ان يتصل * و الأصل فى المفعول ان ينفصل 
 
وقد يجاء بخلاف الأصل * وقد يجئ المفعول قبل الفعل
 
“ asal keberadaan fa’il adalah muttasil (paantel) dengan fiilnya, sedangkan asal maf’ul terpisah dan terkadang berbeda (nyulayaan) terhadap asal aturan, yaitu terkadang kedatangan maf’ul sebelum fiilnya”

Kemudian dalam lapadz الرحمن  dan الرحيم adalah dua isim yang kedudukannya jadi sifat dari maosup (yang disifati) yaitu lapadz الله dimana sifat tersebut untuk menunjukan ma’na mubalaghoh (مبالغة ).
 
الرحمن  dan الرحيم dilihat dari pan ilmu bayan disebut Majaz Mursal (مجاز المرسل ), majaz (مجاز) adalah “kalimah yang dipakai bukan dalam ma’na madhu’lahnya (موضوع له) atau ma’na asalnya” karna adanya ‘alakoh (علاقة ), yaitu yang memustahilkan dima’nai dengan ma’na asal 
 
 
( الكلمة المستعملة فى غيرما وضعت له لعلاقة اى مانعة عن ارادة معنى الأصلى)
 
seperti contoh اسد dima’nai dengan رجل الشجاء (laki-laki yang gagah) tidak dima’nai asal (حيوان المفترس ) yang artinya binatang buas 
 
Sedangkan Majaz Mursal (مجاز المرسل ) adalah dalam ‘alakohnya (علاقة )/antara ma’na asal dan ma’na furu’nya tidak ada persamaan (تلك العلاقة غير مشابهة ) sebagaimana dalam 3 bet ‘dalam pan bayan :
 
او لغوى و المجاز مرسل * او استعارة فأماالأول
فما سوى تشابه علاقته * جزء و كل او محل الته
ظرف و مظروف مسبب سبب * وصو لماض او مال مرتقب
 
“ dan majaz itu ada majz mursal dan ada majaz isti’arah, maka adapun yang pertama (majaz mursal), yaitu yang ’alaqohnya tidak ada persamaan  antara ma’na asal dengan ma’na furu’nya, yaitu ada yang membahasakan majaz mursal itu dengan جزء (sebagian) dalam كل (keseluruhan) atau sebaliknya,atau حال (tingkah) dalam محال (tempat), atau alat dalam pekerjaan, atau sabab (سبب) dalam musabab (مسبب) atau sesuatu/perkara yang sudah terlewati dalam perkara yang sedang, atau yang sudah datang dalam sesuatu yang pasti datang yang ditunggu-tunggu”

Sedangkan الرحمن  dan الرحيم termasuk kedalam sabab (سبب) dalam musabab (مسبب), yaitu :
من باب إطلاق السبب و ارادة المسبب
Yaitu lapadz yang ma’nanya bukan asal ma’na tersebut (سبب), tetapi yang dimaksud adalah musabab (مسبب).
sabab (سبب) atau ma’na asal الرحمن adalah “pengasih” sedangkan yang dimaksud adalah musabab (مسبب), yaitu الإحسان  (yang membuat kebaikan).
 
Dan alasan kenapa ma’nanya bukan ma’na asal? Sebab mustahil ma’na asal untuk Alloh Swt, yaitu :
رقة القلب تقتضى الإنعام و الإحسان
 
“ yang terbersit dalam hati yang mendorong untuk/ingin  memberi dan membuat kebaikan”
 
Nah! terbersit dalam hati mustahil bagi Alloh Swt, jadi yang dimaksud adalah Al-ihsan-Nya(الإحسان) /yang membuat kebaikan.
 
Jadi, lapadz رقة itu disebut sabab (سبب) dan الإنعام و الإحسان disebut musabab (مسبب).

I’ROB DALAM الرحمن  dan الرحيم
I’rob dalam  الرحمن  dan الرحيم bisa diropakan, dinasabkan, atau dijeerkan, sebab menurut Ibnu Malik dalam kitab Al-fiyahnya menyebutkan “apabila yang disifati sudah jelas (متضّحا ) atau sudah diketahui (معلوما) meskipun sifatnya tidak diceritakan dan keadaan sifatnya banyak/lebih dari satu , maka ketika diceritakan I’rob dalam sifatnya bisa : 
 
þ   Diitba’kan semuanya/mengikuti I’rob yang disifatinya
          (جميعها الإتباع)
þ   Dikoto’kan /tidak diitba’kan (القطع)
þ   Ba’dul koto’ /sebagian sifatnya mengikuti I’rob yang disifatinya dan sebagian lagi tidak (بعض القطع)
واقطع أو اتبع إن يكن معينا * بدونها أو بعضها اقطع معلنا

 
Maka dengan ini saya berkesimpulan dalam lapadz الرحمن  dan الرحيم karna seperti halnya kita ketahui meskipun الرحمن  dan الرحيم tersebut tidak diceritakan kita sudah tahu bahwa  الله itu mempunyai kedua sifat tersebut (الرحمن  dan الرحيم), maka ketika kita melengkapi pembacaan Bismillah     (بسم الله الرحمن الرحيم) dalam الرحمن  dan الرحيم bisa sampai 9 pembacaan, yaitu :
 
þ   Diitba’kan semuanya/mengikuti I’rob yang disifatinya
          (جميعها الإتباع), yaitu بسم الله الرحمن الرحيم
þ   Dikoto’kan /tidak diitba’kan (القطع) ,Yaitu  :
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم

þ   Ba’dul koto’ /sebagian sifatnya mengikuti I’rob yang disifatinya dan sebagian lagi tidak (بعض القطع), yaitu :
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
 
Alas an dalam I’robnya :
{ Dikasrohkan, karna sudah jelas itba’/mengikuti i’rob yang disifatinya (هو)
{ Diropakan, karna jadi khobar dari mubtada yang dibuang (خبر المبتداء المحدوف ) takdirnya بسم الله هو الرحمن هو الرحيم
{ Di nasabkan, karna jadi maf’ul dari ‘Amil (fiil fa’il) yang dibuang. Takdirnya بسم الله أمدح الرحمن   
 
Sebagaimana Ibnu Malik menyebutkan dalam kitab Al-fiyahnya :
 
وارفع او انصب ان قطعت مضمرا * مبتدأ أو ناصبا لن يظهرا
 
Kemudian ada yang tidak boleh di baca, yaitu بسم الله الرحمن الرحيم dan
 بسم الله الرحمن  الرحيم, sebab إتباع بعد القطع  (Itba’ sesudah koto’)
والله أعلم بالصّواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar