10 Juni 2010

Kasih sayang Ilahi

Kalam Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Allah SWT berkata, “Aku telah menyiapkan untuk hamba-hambaKu yang sholeh apa-apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak juga…” [1]

Seseorang yang menerima karunia yang datang dari Yang Maha Penyayang dan kasih sayang yang dipunyai oleh Allah adalah untuk hamba-hambaNya, tidaklah dapat benar-benar meliputi kasih sayang yang Allah berikan kepadanya dan karunia yang dilimpahkan kepadanya karena kasih sayang ini.

Bahkan ketika di surga, ketika ia masuk ke suatu tempat yang Allah curahkan kepada hamba-hamba yang dimuliakanNya dengan karuniaNya, di setiap saat ia hanya mengetahui karunia itu dimana ia berada saat itu, dan pada saat yang selanjutnya, dan di saat setelah itu, dan saat setelah itu sampai keabadian.

Bahkan para malaikat di surga tidak mengetahui bagaimana karunia-karunia itu akan dirasakan ketika surga terbuka untuk orang-orang yang berdiam di dalamnya. Jadi, tidak ada makhluk yang benar-benar dapat membayangkan karunia-karunia itu atau tidak ada pengalaman-pengalaman terhadap karunia-karunia itu yang Allah telah menyiapkannya untuk hamba-hambaNya yang sholeh.


Bahkan pada bentuk pancaindera, orang-orang yang menghuni surga akan mengalami keindahan dan rahmat yang akan bertambah tak henti-hentinya. Jika seseorang untuk menemukan suatu buah yang dia sukai di dalam surga, memetik dan memakannya, Allah Ta’ala akan menumbuhkan buah yang lain di tempat itu tadi yang lebih indah daripada buah yang tadi, dan bahkan jika dia memetik buah yang itu, disana akan tumbuh buah yang lebih indah dibandingkan yang tadi.

Jika dia ingin melihat burung yang indah terbang di dalam surga dan dia ingin burung itu berada di piringnya yang ingin dia makan, maka burung itu akan ada siap hidang kepadanya. Ketika dia merasakan burung itu, rasanya belum pernah ia rasakan sewaktu di dunia. Ketika ia selesai makan, burung itu akan dihidupkan kembali dan akan terbang kembali di surga dalam bentuk yang lebih indah. Semua keindahan itu adalah suatu refleksi dari keindahan Nabi SAW. Ini semua karena Nabi SAW yang merupakan ciptaan yang paling indah, bayangan yang sempurna dari Yang Maha Indah dan Yang Maha Sempurna.

Jika seseorang di surga merasakan manisnya suatu buah ataupun seekor burung yang ia makan di dalam surga, ia akan merasakan seribu rasa manis di mulutnya yang saling berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap rasa akan menetap di memorinya dan ia akan mampu merasakannya selama 70 tahun, dan sekalipun begitu yang berikutnya akan ia rasakan lebih enak dari yang sebelumnya. Jika ia berjalan keluar menuju ke tempat-tempat tertentu di surga dan kemudian kembali ke istana dan tempat tinggalnya di surga dan melihat keluarganya, ia akan berkata kepada mereka, “Kalian bertambah bagus” dan keluarganya akan mengatakan yang sama kepadanya.

http://pondokhabib.wordpress.com/2010/05/27/kasih-sayang-ilahi-%E2%80%93-kalam-al-habib-umar-bin-muhammad-bin-hafidz/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar