02 Januari 2010

PENYIMPANAN KARBON DIOKSIDA

face_00013


Karbon dioksida bisa disimpan dengan aman selama jutaan tahun dalam waduk-waduk bawah tanah, menurut sebuah penelitian baru yang dilakukan dilakukan salah satu tim peneliti internasional. Hasil penelitian ini, yang menyelidiki bagaimana CO2 disimpan dalam medan gas alam, menunjukkan bahwa kebanyakan CO2 larut dalam air. Penjebakan dan penguburan gas rumah kaca dengan cara ini bisa menjadi pilihan jangka-panjang yang efektif untuk mengatasi pemanasan global.
“Yang coba kami lakukan dengan penelitian ini adalah mencari skala-waktu yang lebih lama dan menemukan dimana CO2 pada akhirnya tersimpan, dan kesimpulan utama kami adalah bahwa kebanyakan gas CO2 masuk ke dalam air tanah,” kata Stuart Gilfillan di University of Edinburgh, yang memimpin penelitian tersebut. “Beberapa dari medan ini telah menyimpan CO2 hingga sampai 40 juta tahun – disini kita berbicara tentang masa penyimpanan geologis.”
Penelitian sebelumnya tentang penyimpanan CO2 didasarkan pada model-model teoritis atau dengan menginjeksikan sedikit gas ke dalam tempat-tempat uji. Akan tetapi, penelitian baru ini, berfokus pada CO2 yang berasal dari kerak bumi dalam sembilan waduk alam yang terletak di seluruh dunia – kebanyakan pada kedalaman lebih dari 7000 meter. Tidak ada bukti tentang adanya kebocoran air pada waduk-waduk alam ini, sehingga menandakan bahwa gas CO2 tersimpan dengan aman. “Tahap selanjutnya adalah pemasukan CO2, mengukur apa yang terjadi pada gas ini dalam jangka pendek dan melihat apakah model yang diusulkan ini absah,” kata Gilfillan.
Para peneliti ini mengukur rasio CO2 dan 3He dan isotop-isotop gas Mulia lainnya dari masing-masing medan gas. CO2/3He berkurang pada sampel dibanding kadar standar pada kerak, sehingga menunjukkan bahwa kadar CO2 harus telah berkurang dari waktu ke waktu. Dengan menganalisis fraksionasi isotop-isotop karbon dalam sampel, mereka memperkirakan persentase karbon dioksida yang hilang ke dalam air pada pori-pori batuan – atau, presipitasi mineral sebagai karbonat – pada masing-masing tempat. Pelarutan dalam air mewakili 90 persen kehilangan karbon dioksida.
Cor Hofstee, seorang ahli penyimpanan CO2 di Dutch research institute TNO, mengatakan dia terkejut dengan berkurangnya aktivitas kimia di medan-medan tersebut. Akan tetapi, berdasarkan analisis TNO sendiri, dia setuju bahwa kehilangan CO2 melalui mineralisasi merupakan sebuah proses kecil.
Bernhard Mayer, seorang ahli geokimia di University of Calgary di Alberta, mengatakan metode yang menggabungkan gas mulia dan isotop karbon ini cukup inovatif. Tetapi dia memperingatkan, penelitian ini tidak membuktikan keamanan menyeluruh penyimpanan CO2 di kedalaman. “Memang benar bahwa jika CO2 dikonversi menjadi bentuk yang terlarutkan, bentuk ionik, atau bentuk mineral, keamanan penyimpanan akan sangat meningkat,” paparnya. “Tetapi ini tidak berarti bahwa CO2 tidak dapat dihilangkan pada fase awal proyek-proyek penyimpanan CO2.
Disadur dari: Chemistry World

Tidak ada komentar:

Posting Komentar