Bagaimana caranya membangkitkan Aura wajah dan seluruh tubuh
Banyak cara yang dilakukan orang untuk dapat memunculkan aura wajah dan seluruh tubuh. Mulai dari cara fisik sampai cara batin. Secara fisik, dapat dilakukan dengan facial, olah raga,serta asupan nutrisi. Sedangkan cara batin orang banyak melakukannya dengan olah rasa melalui peribadatan, meditasi, tafakur, sampai cara ekstrim yaitu melalui dukun (susuk).
Sebenarnya kecantikan secara fisik itu akan cepat pudar, sedangkan kecantikan /pesona yang muncul dari dalam akan bertahan lama, bahkan sampai lewat kematian.
Wajah manusia ibarat cermin, ia dapat memantulkan kondisi kejiwaan, fisik, dan kesehatan seseorang. Wajah juga bisa menjadi menjadi gambaran keistimewaan pemiliknya. Melalui wajah seseorang mengekspresikan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
Didalam Islam ada beberapa cara untuk membangkitkan Aura tersebut, diantaranya dengan melakukan Wudhu, Zikir, dan membaca Al Quran. Bagaimana mekanismenya aura tersebut bisa muncul ?? kita lihat penjelasan berikut ..
Berwudhu
"Sesungguhnya pada hari kiamat umatku dipanggil dalam keadaan wajah yang putih berseri karena bekas wudhu. Barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk memperbesar cahayanya, hendaklah ia melakukannya (dengan banyak berwudhu)." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Keistimewaan lain dari wudhu yaitu membuat muka bercahaya, awet muda, wajah shinning meskipun tanpa facial, wudhu juga salah satu pengugur dosa-dosa kecil karena dosa besar diharuskan dengan taubat nasuha… membuat pelajaran mudah dicerna dan keistimewaanya lainnya….. dimudahkan mendapatkan jodoh bagi yang sulit mencari jodoh …..cobalah…dan rasakan keistimewaanya.
Membasuh wajah secara rutin setiap hari akan menstimulasi sel pada kulit wajah sehingga kulit wajah lebih halus, kuat, elastis dan tidak lembek. Selain dapat menambah energi dan semangat hidup tinggi, wajah terlihat cerah, dan dapat mencegah serta menghilangkan kerutan-kerutan pada kulit wajah … jadi wudhu bisa dukata obat awet muda.
Kalau hanya membasuh muka, semua orang juga bisa … jadi yang berbeda apanya ?
Berwudhu dengan hati yang ikhlas dengan niat menyucikan jiwa, akan memperkuat cahaya qolbu, yang pada akhirnya akan cahaya tesebut akan mengimbas keluar tubuh.
Cara mendatangkan Cahaya
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bakal masuk Surga atau masuk Neraka? Salah satunya digambarkan Allah lewat idiom cahaya. Orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya, kata Allah, akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sebaliknya, orang-orang yang kafir dan banyak dosanya akan ‘memancarkan’ kegelapan.
Kenapakah orang-orang yang beriman dan banyak pahalanya memancarkan cahaya, sedangkan yang banyak dosa ‘memancarkan’ kegelapan alias kehilangan cahaya?
Ini memang rahasia yang sangat menarik. Allah sangat sering menggunakan istilah cahaya di dalam Al Qur’an. Dia mengatakan bahwa Allah adalah cahaya langit dan Bumi (QS. 24:35). Firman firmanNya juga berupa cahaya (Qur’an QS. 4:174; Taurat QS. 5:44; Injil QS. 5:46). Malaikat sebagai hamba-hamba utusanNya juga terbuat dari badan cahaya. Dan pahala adalah juga cahaya (QS. 57:19). Karena itu orang-orang yang banyak pahalanya memancarkan cahaya di wajahnya (QS. 57:12).
Kunci pemahamannya adalah di Al Qur’an Surat An Nuur: 35. Di ayat itu Allah membuat perumpamaan bahwa DzaNya bagaikan sebuah pelita besar yang menerangi alam semesta. Pelita itu berada di dalam sebuah lubang yang tidak tembus. Tetap di salah satu bagian yang terbuka, ditutupi oleh tabir kaca
Dari tabir kaca itulah memancar cahaya ke seluruh penjuru dunia, bagaikan sebuah mutiara. Pelita itu dinyalakan dengan menggunakan minyak Zaitun yang banyak berkahnya, yang sinarnya memancar dengan sendirinya tanpa disentuh api. Cahaya yang dipancarkan pelita itu berlapis-lapis, mulai dari yang paling rendah frekuensinya sampai yang tertinggi menuju cahaya Allah.
Ayat tersebut memberikan perumpamaan yang sangat misterius tetapi sangat menarik. Dia mengatakan bahwa hubungan antara Allah dengan makhlukNya adalah seperti hubungan antara Pelita (sumber cahaya) dengan cahayanya. Artinya makhluk Allah ini sebenarnya semu saja. Yang sesungguhnya ADA adalah DIA. Kita hanya ‘pancaran atau pantulan’ saja dari eksistensiNya.
Nah, cahaya yang dipancarkan oleh Allah itu berlapis-lapis mulai dari yang paling jelek (Kegelapan) sampai yang paling baik (Cahaya Putih Terang). Allah telah menetapkan dalam seluruh ciptaanNya itu bahwa Kegelapan mewakili Kejahatan dan Keburukan. Sedangkan Cahaya Terang mewakili Kebaikan.
Maka, kalau kita ingin memperoleh kebaikan dan keberuntungan, kita harus memperoleh cahaya terang. Dan sebaliknya kalau kita mempoleh kegelapan berarti kita masuk ke dalam lingkaran kejahatan dan kerugian.
Yang menarik, ternyata ‘cahaya’ dan ‘kegelapan’ itu digunakan oleh Allah di dalam firmannya sebagai ungkapan yang sesungguhnya. Misalnya ayat-ayat yang saya kutipkan di atas. Bahwa orang-orang yang beriman, kelak di hari kiamat, benar-benar akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sedangkan orang-orang kafir, justru kehilangan cahaya alias wajahnya gelap gulita.
Dari manakah cahaya di wajah orang beriman itu muncul? Ternyata berasal dari berbagai ibadah yang dilakukan selama ia hidup di dunia.
Setiap ibadah yang diajarkan rasulullah kepada kita selalu mengandung dua unsur, yaitu ingat kepada Allah (dzikrullah) dan membaca firmanNya yang berasal dari KitabNya. Baik ketika kita membaca syahadat, melakukan shalat, mengadakan puasa, berzakat, maupun melaksanakan ibadah haji.
Dzikrullah
Nah, dari kedua kedua unsur itulah cahaya Allah muncul. Bagaimanakah mekanismenya? Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa Allah adalah sumber cahaya langit dan Bumi. Maka ketika kita berdzikir kepada Allah, kita sama saja dengan memproduksi getaran getaran cahaya. Asalkan berdzikirnya khusyuk dan menggetarkan hati. Kuncinya adalah pada ‘hati yang bergetar.’
Hati adalah tempat terjadinya getaran yang bersumber dari kehendak jiwa. Ketika seseorang marah, maka hatinya akan berdegup keras. Semakin marah ia, semakin kencang juga getarannya. Demikian pula ketika seseorang sedang sedih, gembira, berduka, tertawa, dan lain sebagainya.
Getaran yang kasar akan dihasilkan jika kita sedang dalam keadaan emosional. Sebaliknya getaran yang lembut akan muncul ketika kita sedang sabar, tenteram dan damai.
Ketika sedang berdzikir, hati kita akan bergetar lembut. Hal ini dikemukan oleh Allah, bahwa orang yang berdzikir hatinya akan tenang dan tenteram.
Ketika seseorang dalam keadaan tenteram, getaran hatinya demikian lembut. Amplitudonya kecil, tetapi frekuensinya sangat tinggi. Semakin tenteram dan damai hati seseorang maka semakin tinggi pula frekuensinya. Dan pada, suatu ketika, pada frekuensi 10 pangkat 13 sampai pangkat 15, akan menghasilkan frekuensi cahaya.
Jadi, ketika kita berdzikir menyebut nama Allah itu, tiba-tiba hati kita bisa bercahaya. Cahaya itu muncul disebabkan terkena resonansi kalimat dzikir yang kita baca. lbaratnya, hati kita adalah sebuah batang besi biasa, ketika kita gesek dengan besi magnet maka ia akan berubah menjadi besi magnetik juga. Semakin sering besi itu kita gesek maka semakin kuat kemagnetan yang muncul daripadanya.
Demikianlah dengan hati kita. Dzikrullah itu menghasilkan getaran-getaran gelombag elektromagnetik dengan frekuensi cahaya yang terus menerus menggesek hati kita. Maka, hati kita pun akan memancarkan cahaya. Kuncinya, sekali lagi, hati harus khusyuk dan tergetar oleh bacaan itu. Bahkan, kalau sampai meneteskan air mata.
Membaca ayat-ayat Qur’an.
Dengan sangat gamblang Allah mengatakan bahwa Al Qur’an ada cahaya. Bahkan, bukan hanya Al Qur’an, melainkan seluruh kitab-kitab yang pernah diturunkan kepada para rasul itu mengandung cahaya.
Ketika kita membaca kalimat-kalimat Allah itu kita juga sedang mengucapkan getaran-getaran cahaya yang meresonansi hati kita. Asalkan kita membacanya dengan pengertian dan pemahaman. Kuncinya, hati sampai bergetar. Jika tidak mengetarkan hati, maka proses dzikir atau baca Al Qur’an itu tidak memberikan efek apa-apa kepada jiwa kita. Yang demikian itu tidak akan menghasilkan cahaya di hati kita.
Apakah perlunya menghasilkan cahaya di hati kita lewat kegiatan dzikir, shalat dan ibadah-ibadah lainnya itu? Supaya, pancaran cahaya di hati kita mengimbas ke seluruh bio elektron di tubuh kita. Ketika cahaya tersebut mengimbas ke miliaran bio elektron di tubuh kita, maka tiba-tiba badan kita akan memancarkan cahaya tipis yang disebut ‘Aura’. Termasuk akan terpancar di wajah kita.
Cahaya itulah yang terlihat di wajah orang-orang beriman pada hari kiamat nanti. Aura yang muncul akibat praktek peribadatan yang panjang selama hidupnya, dalam kekhusyukan yang sangat intens. Maka Allah menyejajarkan atau bahkan menyamakan antara pahala dan cahaya, sebagaimana firman berikut ini.
Dan ternyata cahaya itu dibutuhkan agar kita tidak tersesat di Akhirat nanti. Orang-orang yang memililki cahaya tersebut dapat berjalan dengan mudah, serta memperoleh petunjuk dan ampunan Allah. Akan tetapi orang-orang yang tidak memiliki cahaya, kebingungan dan berusaha mendapatkan cahaya untuk menerangi jalannya.
Getaran Hati
Secara umum getaran tersebut berasal dari 2 sumber, Hawa Nafsu dan Getaran Ilahiah. Hawa Nafsu adalah keinginan untuk melampiaskan segala kebutuhan diri. Getarannya cenderung kasar dan bergejolak - gejolak tidak beraturan. Dalam tinjauan Fisika, getaran semacam ini disebut memiliki frekuensi rendah, dengan amplitudo yang besar yang termasuk dalam getaran hawa nafsu ini diantaranya adalah kemarahan, kebencian, dendam, iri, dengki, berbohong, menipu, kesombongan dan lain sebagainya.
Sedangkan Getaran Ilahiah adalah dorongan untuk mencapai tingkatan kualitas yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut dan halus, dengan frekuensi getaran yang sangat tinggi dan teratur. Termasuk dalam getaran Ilahiah ini adalah membaca Firman Allah di dalam Al Quran. Berdzikir menyebut Asmaul Husna. Sifat sabar, ikhlas, dan kepasrahan diri dalam beragama.
Sebagai contoh, adalah seseorang yang sedang marah. Ketika marah, seseorang akan mengeluarkan getaran kasar hawa nafsu dari hatinya. Jantung hatinya akan bergejolak dan berdetak-detak tidak beraturan. Mukanya merah, telinganya panas, dan tangannya gemetaran. Frekuensinya rendah dan kasar, dengan amplitudo yang besar. Jika dilihat pada alat pengukur getaran jantung (ECG Electric Cardio Graph), akan terlihat betapa grafik yang dihasilkan sangatlah kasar dan bergejolak.
Getaran yang demikian memiliki efek negatif terhadap, tubuh kita. Sebuah benda yang dikenai getaran kasar terus-menerus akan mengalami kekakuan dan kemudian mengeras. Demikian Pula jantung kita. Orang yang pemarah akan memiliki resiko sakit jantung dan mengerasnya pembuluh-pembuluh darahnya. Dan secara psikologis dikatakan hatinya semakin mengeras dan tidak mudah bergetar oleh kebajikan.
Bukti lain bahwa hati semakin keras jika dipengaruhi hawa nafsu terus adalah orang yang suka berbohong dan menipu. Pada awalnya, orang yang berbohong selalu bergetar hatinya. Akan tetapi, kalau ia sering berbohong, maka hatinya tidak bergetar lagi saat ia membohongi orang lain. Ini menunjukkan betapa hatinya semakin keras dan sulit bergetar.
Karena itu, apa yang diungkapkan oleh Allah di dalam. Quran tentang lima tingkatan hati, sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, bahwa hati memang akan menuju kualitas yang semakin jelek jika digunakan untuk kejahatan terus-menerus.
Kata Allah, di dalam berbagai firmanNya, hati yang semakin jelek adalah hati yang semakin keras, tidak bisa bergetar. Seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, tingkatan hati yang jelek itu ada 5, yaitu :
1. Hati yang berpenyakit (suka bohong, menipu, marah, dendam, iri, dengki disb),
2. Hati yang mengeras.
3. hati yang membatu.
4. Hati yang tertutup. dan
5. Hati yang dikunci mati oleh Allah.
Jika hati kita berpenyakit, dan kemudian sering mengeluarkan getaran-getaran yang kasar, maka getaran itu akan menyebabkan hati kita mengeras. Kekerasan hati kita Itu akan terus meningkat, hingga dikatakan Allah seperti batu atau lebih keras lagi.
Hati yang keras adalah hati yang sulit bergetar. Semakin lama semakin tidak bisa bergetar. Hati yang seperti itulah yang tidak bisa memancarkan aura. Wajah mereka gelap dan suram.
Jika ini diteruskan maka hati kita tidak mampu lagi beresonansi. Hati yang demikian adalah hati yang tidak peka tehadap lingkungannya. Maka, pada tingkatanIni hati kita seperti tertutup karena tidak mampu lagi beresonansi alias bergetar. Bagaikan lubang gitar yang tersumpal oleh kain atau benda-benda lain. Tidak bisaMenghasilkan getaran dan suara yang merdu. Dan akhirnya, kata Allah, hati yang seperti itu dikunci mati. Na'udzubillahi Min dzaalik.
Sebaliknya, hati yang baik adalah hati yang lembut. Hati yang gampang bergetar. Bagaikan buluh perindu yang menghasilkan suara merdu ketika ditiup. Kenapa bisa demikian? Karena, hati yang lembut bagaikan sebuah tabung resonansi yang bagus. Getarannya menghasilkan frekuensi yang semakin lama semakin tinggi. Semakin lembut hati seseorang, semakin tinggi pula frekuensinya. Pada frekuensi 10 pangkat 8 akan menghasilkan gelombang radio. Dan jika lebih tinggi lagi, pada frekuensi 10 pangkat 14, akan menghasilkan gelombang cahaya.
Menurut ilmu fisika, cahaya itu memiliki frekwensi, nah frekwensi itulah yang akan menularkan getaran (meresonansi) kepada hati kita. Ditahap awal, kalau kita membaca ayat-ayat Al-Quran berulang-ulang maka frekwensinya akan mengimbas hati kita, apa akibatnya ?, hati kita akan ikut bergetar oleh cahaya yang dihasilkan ayat-ayat tersebut.
Kalau hati kita sedang terimbas oleh cahaya Al-Quran berarti hati kita sedang terimbas oleh frekwensi yang sangat tinggi dan lembut… Subhanallah ….., dan ini terjadi karena adanya proses Resonansi (penularan getaran dari suatu benda ke benda lain.
JADI : GETARAN itu ada karena RESONANSI yang ditimbulkan dari FREQUENSI CAHAYA (Al-Qur’an)itu sendiri.
Ini artinya saat kita membaca ayat-ayat Al-qur’an secara berulang-ulang maka sebenarnya kita sedang mengeluarkan cahaya yang frequensinya akan mengimbas kepada hati kita, yg mengakibatkan hati kita jadi bergetar, kenapa kepada hati kita ?.... Karena dalam proses resonansi itu, HATI atau Jantung kita berfungsi sebagai TABUNG RESONANSI.
Jika proses resonansi tersebut sering dilakukan, maka hati yang lembut itu akan meresonansi seluruh bio-elektron yang ada di seluruh tubuhnya, hingga kulitnya akan ikut lembut, akibatnya : keluarlah AURA dari wajah dan badan orang tersebut.…..
Ini bisa kita lihat dari RONA wajah ahli ibadah nampak menyejukkan
Jadi, seseorang yang hatinya lembut akan bisa menghasilkan cahaya di dalam hatinya.
Dan jika cahaya ini semakin menguat, maka ia akan 'merembet' keluar menggetarkan seluruh bio elektron di dalam tubuhnya untuk mengikuti frekuensi cahaya tersebut. Hasilnya, tubuhnya akan mengeluarkan cahaya alias aura yang jernih. Dan Jikakelembutan itu semakin menguat, maka aura itu akan merembes semakin jauh mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Karena itu, kalau kita berdekatan dengan orang-orang yang ikhlas dan penuh kesabaran, hati kita juga merasa tentram dan damai. Sebab hati kita teresonansi oleh getaran frekuensi tinggi yang bersumber dari hati dan aura tubuhnya.
Makanya Rosulullah menyarankan kepada kita untuk banyak-banyaklah bergaul dengan orang-orang sholeh, jangankan menuntut ilmunya, dekatnya saja sudah dapat pahala (manfaat), kenapa… ? karena hati kita akan ikut terpengaruh oleh getaran energi positifnya.
Satu contoh lagi, bila disiang bolong terik matahari lalu kita memasuki sebuah Mesjid, apa yang kamu rasakan..? Adem, sejuuuk,….penuh ketenangan…
Kenapa ? …. Ini karena di mesjid mengandung energi yang cukup BESAR dari imbasan orang-orang yang membacakan ayat-ayat Al-Qur’an terus menerus, dari dzikir-dzikir yang selalu dilantunkan para pecinta Allah ?
Sebaliknya, kalau kita berdekatan dengan seseorang yang pemarah, maka hati kita akan ikut merasa 'panas' dan gelisah. Semua itu akibat adanya resonansi gelombang elektromagnetik yang memancar dari tubuh seseorang kepada sekitarnya
Ternyata kegelapan itu ada kaitannya dengan kemampuan indera seseorang ketika dibangkitkan. Di sini kelihatan bahwa orang-orang kafir itu dibangkitkan dalam keaaan tuli, bisu, buta, dan sekaligus berada di dalam kegelapan. Sehingga mereka kebingungan. Dan kalau kita simpulkan semua itu disebabkan oleh hati mereka yang tertutup dari petunjuk-petunjuk Allah swt.
Jadi, kembali kepada persoalan semula, bahwa seluruh sistem energi tubuh kita itu bisa kita pengaruhi dari sisi mana saja. Bisa kita stimulasi lewat organ, lewat sel, maupun lewat bioelektron. Dan yang paling mendasar adalah bahwa sistem itu memiliki frekuensi tertentu.
Jika seseorang sedang marah, maka seluruh sistem energi dalam tubuh kita itu akan bergetar dengan frekuensi kemarahan tersebut. Yang mula-mula terserang adalah jantung hati kita. Jantung akan berdetak detak dengan frekuensi yang kasar. Getaran jantung itu lantas akan menyebar ke seluruh organ tubuh, menjalar ke jutaan sel dalam tubuh kita, dan akhirnya menggetarkan milyaran. bioelektron di dalam tubuh kita. Karena itu, ketika seseorang marah, maka bukan hanya jantungnya yang berdenyut tidak beraturan, melainkan juga seluruh tubuhnya gemetaran.
Demikian pula sebaliknya., orang yang sedang dalam kondisi kejiwaan yang stabil. Orang yang sedang tenang hatinya, maka denyut jantungnya juga akan tenang, stabil dan lembut. Getaran itu juga akan mengimbas ke seluruh tubuhnya lewat organ, sel-sel dan bioelektron.
Karena itu Allah mengatakan di dalam Al. Quran, QS. Ar Ra’duu (13) : 28; “Yaitu orang-orang yang beriman dan tenang hatinya ketika mengingat Allah, ketahuilah sesungguhnya dengan mengingat Allah itu hatimu akan menjadi tenang.”
QS. Az Zumar (39) : 23; “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (Mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan bati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikebendaki-;Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.”
Betapa jelasnya Allah mengatakan dalam ayat-ayat di atas, bahwa hati manusia yang tentram itu akan mengimbas sampai ke kulitnya. Kulitnya akan ikut ‘tenang’ dan lembut.
Hal ini bisa kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Orang-orang yang rileks dan tentram, kulitnya akan terasa lembut dan cerah di wajahnya.
Sebaliknya orang yang stress, tegang dan marah, maka kulitnya akan ikut tegang. Juga roman wajahnya.
Maka relaksasi biasanya dilakukan dengan cara pemijatan untuk mengendurkan otot-otot dan kulit yang tegang. Kulit yang tegang juga bisa menjadi indikasi terjadinya ketidak seimbangan energi dalam tubuh seseorang. Pemijatan yang benar akan bisa mengembalikan ketidak seimbangan itu.
Yang lebih menarik, Allah mengatakan bahwa ketentraman itu bisa diperoleh lewat dzikir-dzikir kepada Allah. Dengan kata lain, keseimbangan energi dalam tubuh dan kelembutan serta kesehatan kulit kita bisa kita dapatkan lewat dzikir kepada Allah. Kenapa dzikir bisa menghantarkan kita pada ketenangan dan kesehatan?
Allah menceritakan dalam beberapa ayat bahwa berdzikir dan membaca Quran itu sama dengan melakukan stimulasi berupa resonansi getaran-getaran elektromagnetik kepada sistem energi tubuh kita.
Firman Allah di atas mengatakan kepada kita bahwa jika ayat-ayat Al Quran ini dibaca berulang-ulang akan bisa menyebabkan munculnya gelombang elektromagnetik yang menggetarkan kulit kita, dan menenangkan hati. Asalkan waktu membaca itu kita dalam keadaan yang khusyuk dan penuh ketakwaan.
Kenapa demikian? Karena sesungguhnyalah ayat-ayat Al Quran itu mengandung energi yang dahsyat bagi mereka yang mengimaninya. Memang kuncinya adalah keimanan alias keyakinan. Dengan keyakinan itu, energi yang tersimpan di dalam Al Quran akan bisa dikeluarkan dan mengimbas ke segala benda yang ada di sekitar kita. Sebaliknya orang yang tidak yakin, tidak akan bisa mengeluarkan energi itu.
QS Ar ra’du (13) : 31; “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”
Sungguh dahsyat gambaran Allah di dalam ayat tersebut. Energi itu bukan hanya bisa berpengaruh pada diri kita, tetapi gunung, bumi dan manusia yang sudah meninggalkan pun bisa distimulasi oleh energi Al Quran itu. Sungguh ini kekuatan yang luar biasa dahsyatnya.
Tetapi sekali lagi, energi itu hanya bisa dikeluarkan oleh orang orang yang sudah sangat dekat dengan Allah. Seperti yang dilakukan oleh Musa ketika membelah Laut Merah dengan tongkat mukjizatnya : Atau dilakukan oleh Ibrahim ketika mendinginkan api yang membakar dirinya. Atau dilakukan nabi Muhammad saat memancarkan air dari sela sela jari tangannya.
Namun demikian, dalam skala yang jauh lebih kecil kita bisa memohon energi itu untuk kemaslahatan kita. Di antaranya adalah untuk menentramkan hati dan pengobatan misalnya. Allah memberikan jaminan secara universal kepada setiap manusia yang mau berdzikir kepada Allah dan membaca Al Quran berulang-ulang, maka tubuh dan hatinya akan terimbas oleh gelombang elektromagnetik yang bersifat positif.
Ayat-ayat Quran itu sebenarnya adalah cahaya. Karena cahaya memiliki frekuensi, maka cahaya ini bisa memberikan resonansi kepada hati kita. Artinya, jika kita membaca ayat Quran berulang-ulang maka frekuensinya akan mengimbas kepada hati kita. Apa Akibatnya? Hati kita akan ikut begetar dengan frekuensi cahaya yang dihasilkan oleh ayat-ayat Quran itu.
Selain membaca ayat-ayat Quran, berdzikir dan menyebut Nama Allah juga akan menghasilkan cahaya di hati dan seluruh tubuh kita. Dengan demikian menyebut nama Allah sama saja dengan memancarkan cahaya dari mulut kita, yang kemudian meresonansi hatidan milyaran bioelektron di tubuh kita.
Buta Hati Di Dunia Buta Di Akhirat
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa sasaran penggarapan peribadatan dalam Islam adalah Hati. Sebelumnya juga telah dijelaskan bagaimana cara melembutkan hati agar bisa memunculkan aura jernih, yang menjadi ciri khas ahli Surga nantinya.
Disisi lain Allah juga memberikan gambaran bahwa hati ternyata menjadi indera utama kita ketika hidup di akhirat nanti. Hal tersebut dikemukakan oleh Allah di dalam ayat berikut,
QS. Al Israa (17) : 72; “Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta, dan lebih sesat lagi jalannya.”
Sangat jelas Allah memberikan gambaran dalam ayat di atas bahwa kalau hati kita buta di dunia ini, maka nanti di akhirat kita tidak akan bisa melihat, dan kemudian hidup kita menjadi sangat susah di sana karena tidak tahu jalan. Tersesatlah kita. Kenapa bisa demikian? Bagaimana menjelaskannya?
Supaya getaran bisa terasa banyak-banyaklah membaca Al-Quran dengan ikhlas, hiasilah ucapan kita dengan kalimat-kalimat toyyibah, jadikan dzikir sebagai rutinitas. Jangan tinggalkan Istigfar selalu, Rosulullah saja 100 x dalam sehari memohon ampun sama Allah,…kita berapa kali ?, kenapa harus banyak istigfar……, karena banyak dosa-dosa yang kita sendiri tidak menyadarinya, banyak kelalaian kita dalam ibadah , banyak sikap dan ucap kita yang menurut kita wajar adanya ternyata membuat hati orang lain tersinggung perasaannya atau bahkan sakit, banyak kemaksiatan-kemaksiatan karena kita sering melakukannya hingga tidak terasa lagi sebagai sebuah dosa,…… hal-hal seperti itulah yang membuat hati kita penuh dengan noda-noda hitam,
menurut Imam Al Gazali dalam kitabnya Minhajul Abidin, ‘ terus menerus berbuat dosa, akan membuat hati menjadi hitam, kelam dan keras, tidak ada kebersihan dan kejernihan, akan hilang keikhlasan dan senang beribadah (jika Allah tidak memberikan Rahmat, maka hati yang demikian itu akan menjerumuskan kita kedalam kekufuran dan kecelakaan)’. NAUDZUBILLAH .....nah kalau tidak cepat-cepat membersihkannya lama-lama akan menumpuk hingga menutupi hati, yang akan mengakibatkan hati kita jadi mengeras,… kaku……dan tidak mampu lagi bergetar…… dengan kalimat-kalimat Allah lah dengan Istigfarlah noda-noda hitam itu sedikit demi sedikit akan terhapus, satu kali istigfar satu noda hitam hilang , satu kali kita membaca ayat-ayat Allah satu titik noda hilang,…..begitulah seterusnya
Kesimpulannya : Jika ayat-ayat Al-Quran dibaca berulang-ulang, maka akan menyebabkan munculnya gelombang elektromagnetik yang menggetarkan kulit kita dan menenangkan hati, asal hati ikhlas, khusyu penuh ketaqwaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar