ღ☆ღ *✿°••••◈🌹﷽ 🌹◈••••°✿*
*Pelajaran AqidahTauhid*
*MUSYAHADAH*
*Musyahadah* adalah *penyaksian dan melihat Allah ﷻ*, dengan memandang kepada alam dan dirinya sendiri.
Makna melihat Allah ﷻdisini , *bukanlah berarti melihat Zat Allah*, kerana Dzat atau Diri Allah itu *tidak boleh dibayangkan dan di imaginasikan*..
Laisa kamishlihi sya'un...
Namun Allah ﷻ yang salah satu namanya adalah *al-Zahir* yaitu *yang terang dan jelas tanpa hijab, tanpa tabir dan tanpa pendinding sebenarnya dapat dilihat, dipandang dan dikenal*...
Tapi bagaimana caranya ?
Sebenarnya Allah ﷻ dapat dilihat dan dipandang, *bukan pada DzatNYA tapi pada sifat dan perbuatanNYA dengan melihat alam ini, makhluk dan diri kita sendiri*...
*Alam, makhluk dan diri kita tiada lain melainkan ayat-ayat Allah ﷻuntuk menunjukkan diriNYA*....
Kepada kita DIA menunjukkan *WUJUDNYA*, menunjukkkan *SIFATNYA*, menunjukkan *ASMA'NYA* dan menunjukkan *AF'ALNYA* yakni *perbuatanNYA*.
Perkara-perkara inilah yang dikatakan sebagai
*WAJAH ALLAH*....
Firman Allah *Dimana saja kamu menghadap, disitulah wajah Allah* (al-Baqarah:115)
*MUSYAHADAH* yaitu maqam yang *perlu diusahakan untuk mencapai tingkatan tertinggi dalam Ihsan* yaitu rukun agama ketiga.
*MUSYAHADAH* ini adalah suatu *maqam lebih tinggi dari maqam muraqabah* yang mana cara memilikinya adalah dengan jalan *MUJAHADAH(memaksakan diri dengan niat yang sangat kuat)* seperti *latihan zikir, tafakkur* dan *menghilangkan hijab-hijab pemisah antara pandangan mata kita kepada wajah Allah dengan cara menyucikan hati dari nafsu ammarah, sombong, riya, hasad dengki, dendam, cinta dunia, cinta sanjungan dan pujian, ujub, tinggi diri dan lain-lain*.....
Kalau sekadar telah mempelajari *ilmu tauhid, itu masih di area martabat *ilmu yaqin* Yakni sekadar maklumat saja.
Apabila telah *mencapai muraqabah (perasaan sentiasa dilihat Allah ﷻ), ini masih di area ainul yaqin* yaitu masih di dalam kadar *rasa dan perasaan*...
Kemudian apabila *telah mencapai tingkatan musyahadah*, ini bukan lagi berada di area perasaan dan rasa , tetapi *secara hakikat dia sudah melihat Allah ﷻ, memandangNYA, menyaksikanNYA dan mengenalNYA, ini sudah MASUK KE AREA HAQQUL YAKIN*
Sekali lagi ingin dijelaskan bahwa melihat Allah ﷻ disini bukanlah pada melihat *DZATNYA , tapi pada WAJAHNYA* yaitu *kesan-kesan perbuatan Allah ﷻ yang ada di seluruh alam ini dan yang ada pada diri kita*....
*Kesan perbuatan itu tiada berpisah dari perbuatan, perbuatan pula tiada berpisah dari sifat manakala sifat tiada berpisah dari Dzat*..
Ini bermakna *melihat alam ini dengan melihat perbuatan Allah ﷻ yang menghidupkan, mematikan, mewujudkan, menggerakkan, memperjalankan, mengatur, mentadbir, mengawasi ,menggenggam alam dan memerintahnya*....
Semua ini adalah makna dari musyahadah yang kita sedang bincangkan diatas....
Maka dengan ini *setiap segala sesuatu tidak akan terlepas dan terluput dari perbuatan Allah ﷻ*. Hatta degupan jantung kita , kelipan mata kita , aliran darah kita, adalah *dalam genggaman perbuatan Allah ﷻ*.
Disinilah hadirnya makna kebersamaan Allah ﷻ dengan kita.
Firman Allah *Dan Dia(Allah) bersama kamu dimana saja kamu berada*.. (al-Hadid:4)
Dan Kami(Allah) lebih hampir dengannya *lebih dekat dari urat lehernya sendiri*.(Qaf: 16)
“ Dan Allah telah *mencipatakan kamu dan menciptakan apa yang kamu lakukan* (al-Saffat:96)
Maka, kalau kita melihat alam ini , ajarilah jiwa kita bahwa sebenarnya kita sedang melihat semua perbuatan Allah ﷻ, dari Allah ﷻ berarti melihat Allah ﷻ jua.....
*Namun perlu difahami bahwa perbuatan adalah perbuatan manakala DZat adalah DZat. Perbuatan bukan DZat dan Dzat bukan perbuatan. Namun keduanya tidak berpisah*
Mari kita coba fahami melalui contoh dibawah ini :
Wawan seorang yang mempunyai sifat kuat, selagi dia tidak memperlihatkan (mewujudkan) kekuatannya, maka kita takkan bisa melihat hakikat sifatnya itu ..
Ketika Wawan memukul tembok dinding hingga pecah, nampaklah sifat Wawan yang terpendam itu..
Intinya, Wawan telah mewujudkan sifat kuatnya atau dengan kata Wawan telah menzahirkan sifat kuatnya melalui sebuah perbuatan memukul tembok tersebut.
Yang menyebabkan tembok itu pecah yaitu karena ada hubungannya dengan kesan perbuatan Wawan yang bersifat kuat.
Maka kesan, perbuatan dan sifat tidak berpisah dari Wawan...
Ini hanyalah perumpamaan untuk kefahaman kita saja..
Dan Allah ﷻ adalah Maha Tinggi Dan Maha Suci dari di persamakan dengan makhlukNYA...
Allah ﷻ yang bersifat Maha Menciptakan, Maha Kuat, Maha Perkasa, Maha Pengasih dan Penyayang, ingin DiriNYA dikenali , maka tujuan Allah ﷻ menciptakan alam ini supaya perbuatanNYA dapat diwujudkan, dizahirkan, dinampakkan melalui sifatNYA.
Maka alam dan diri kita adalah semata mata sebuah kesan dari ---->perbuatan Allah ﷻ, dan dari ---->sifat sifat Allah ﷻ-----> dari Dzat Allah ﷻ..
Intinya , segala sesuatunya di Alam Raya ini sedikit pun tidaklah terpisahkan dari Allah ﷻ...
Yang memisahkannya itu hanyalah akal kita saja, karena akal mudah dikuasai oleh hawa nafsu tercela...
Contoh lain adalah MATAHARI....
Matahari berada 150 juta km dari bumi.
Sifatnya adalah bercahaya dan ..
Perbuatannya adalah menyinari ....
Kesannya yang terasa adalah sinaran hangat matahari.
Kita tidak mengatakan bahwa sinaran itu adalah Dzat sosok bulatan matahari, akan tetapi keduanya tidaklah dapat di pisahkan...
Namun dengan melihat sinaran mentari, secara automatik kita tahu sinaran itu ada hubungan yang tidak putus dari matahari nun jauh disana.
Nah , contoh diatas hanyalah gambaran visualisasi untuk memudahkan diri dalam memahamiNYA bahwa DIA selalu mengalirkan kasih sayangNYA sebagaimana sinar Mentari selalu bersinar....
Hanya saja bedanya, kalau Matahari jauh dan sinarnya saja yang terasa, namun Allah ﷻ adalah sangat dekat kepada kita. Sangat sangaat dekatnya tanpa jarak, tanpa ruang, tanpa tempat dan tanpa masa, sehingga kedekatanNYA pada diri menjadi sebuah rahasia khusus untuk diri sendiri saja... (istilah bahasanya adalah sudah melihat wajah Allah) .(bagi yang sudah memasuki rahasia inilah dinamakan sdh masuk ke area musyahadah)
Firman Allah *Sesungguhnya Aku sangat hampir, Aku menyahut seruan orang yang menyeruKu* (al-Baqarah:)
Dan ternyata Musyahadah ini terbagi dalam beberapa tingkatan ..
1.ada yang pandangannya terhenti pada kesan dan bekas perbuatan Allah(martabat musyahadah infi’al)..
2.lebih tinggi dari itu yaitu ada yang pandangan dirinha yang terhenti pada perbuatanNya (martabat musyahadah af’al),
3. lebih tinggi lagi yaitu yang pandangan qalbu dirinya terhenti pada sifatNYA (martabat musyahadah sifat) dan
4. Yang paling tertinggi adalah martabat yang amat di idamkan dan ditunggu-tunggu oleh sekalian makhluk,yaitu tenggelam, lebur diri dan fana dalam wajah Allah saja sehingga Wajah diri kita dan wajah makhluk alam seluruhnya telah terbuang, terpadam, karam, tenggelam, binasa, lebur dan setelah wajah tidak lagi kelihatan , yang pasti wajah Allah-ﷻ yang kelihatan, yang akan terpandang dan yang akan terzahir senyata-nyatanya dan terpancar dengan sejelas-jelasnya diseluruh ruangan hembusan dan tarikan nafas kita.
Intinya,
*Cara memandang dan mengenal Allah ﷻ itu adalah dengan jalan memandang alam ciptaanNYA*
Setelah alam dipandang, alihkan pandangan itu kepada alam diri kita sendiri.
Dari situ nantinya, wajah Allah ﷻ akan terpandang dan akan terlihat cahayaNYA meliputi sekalian alam dan meliputi diri kita sendiri ,dengan segala kebesaranNYA, kemuliaanNYA, kesucianNYA dan keajaibanNYA..
Diri sendiri menjadi mengerti bahwa jalan yang paling mudah untuk mengenal Robb adalah melalui dirinya sendiri karena biasanya perbuatan Allah ﷻ yang mengendalikam dirinya, Allah yang mehidupkannya, memperhayatkannya, memperjalankannya, memperlihatkannya, memperdengarkannya, memperkalamkannya, memperilmukannya, mengenyangkannya, menidurkannya, merehatkannya, memperkudratkannya, memperkehendakkannya dan lain-lain.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah ﷻ adalah terang dan jelas lagi zahir dan wujud dalam keyakinan, dalam aqidah, dalam perasaan bahkan juga dalam penglihatan dan pandangan hamba-hambaNYA yang bertauhid kepadaNYA dengan tauhid yang mendalam dan mantap.
Maka sempurnalah Iman dan Islam ...
Sehingga hakikat al-Ihsan menjadi pakaian batinnya...
Menjadi hiduplah lampu cahaya rohaninya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Allah dan RasulNYA..
Semoga Allah ﷻ mengurniakan kita hakikat Iman ,Islam dan Ihsan ini.
Amiin Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin
Wallahu 'alam bish showwab
ღ*صلوا على النبي* ° ღ
*˛˚ღ • *ﷺ* * ★
˚. .❀¸.••.❀ ..••.¸✿ ✿¸.
✿*•☆°•Rafi'ah Jameela•°☆•*✿
Tidak ada komentar:
Posting Komentar