Kata
yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi dan nasib anak Indonesia
adalah memprihatinkan!. Seperti yang telah diberitakan, sekitar 2,5
juta anak berusia 7-15 tahun yang belum dapat menikmati layanan wajib
belajar 9 tahun.
Ada 12,89 juta anak usia 13-15 tahun yang tidak
mendapatkan hak atas pendidikan yang layak.
Himpitan kesulitan ekonomi
dan beban hidup yang semakin berat ditanggung orang tua anak-anak di
negeri ini telah memaksa sebagian mereka untuk bekerja demi bisa
membiayai sekolahnya.
Atau bahkan tidak bisa menikmati pendidikan di
sekolah sama sekali.
Komnas
Anak melaporkan 97% anak Indonesia pernah nonton pornografi, 97% anak
SD pernah mengakses pornografi (2009), dan 30% dari 2-2,6 juta kasus
aborsi dilakukan remaja usia 15-24 tahun (2009). Dan, berdasarkan hasil
Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dirilis awal Mei
2010 menyebutkan bahwa sebanyak 97 persen siswa sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah atas pernah menonton atau mengakses situs
pornografi.
Dampak
mengakses situs porno, sebanyak 92,7 persen responden siswa menengah
mengakui pernah melakukan aktivitas mengarah seksual. Sebanyak 62
persen dari 4.500 responden tersebut mengaku pernah melakukan hubungan
badan, dan sisanya 21,2 persen yang merupakan siswi SMA pernah
melakukan pengguguran kandungan.
Dari tahun ke tahun kasus penculikan
anak terus meningkat. Tak hanya di kota tapi juga di pedesaan. Menurut
data Komnas Perlindungan Anak, tahun 2008 ada 72 kasus dan tahun 2009
ada 102 kasus. Sedangkan tahun 2010 sampai Mei sudah mencapai 67 kasus.
Sementara
untuk kasus perdagangan anak, pada 2008 tercatat 72 kasus penjualan
bayi dan 12 bayi hilang di tempat bersalin. Pada 2009, kasus penjualan
anak melonjak menjadi 102 kasus dan anak hilang di tempat persalinan
naik menjadi 26 kasus.
Bunda,
apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan
anak-anakmu? Bunda, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat
kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bunda, mari
kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bunda, mari persiapkan diri
kita untuk itu.
Hal pertama
Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang
dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu
menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan
kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak
sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju
keKesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi
penghalang Kesuksesan Sejati.
Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS
3:185)
Begitulah
Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu
dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu
di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah
mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada
yang tak mau punya cita-cita Akhirat.
Kedua,
setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai
memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama,
amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang
sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan
masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Yang
kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT
mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya.
Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.
Tahapan
sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai
mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada
Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima.
Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati
kita.
Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abithalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
- Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
- Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
- Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga
tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda
sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita
coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan
hidupnya.
Hal ketiga
adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang
pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan
Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode
Pendidikan dalam Islam.
Yang
pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah
dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian
Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme
Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman
hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau
Uqubah.
Bunda,
jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang
terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.
Setidak-tidaknya
ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah:
(1)
Pendidikan Keimanan
(2) Pendidikan Akhlaq
(3) Pendidikan Fikroh/
Pemikiran
(4) Pendidikan Fisik
(5) Pendidikan Sosial
(6) Pendidikan
Kejiwaan/ Kepribadian
(7) Pendidikan Kejenisan (sexual education).
Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.
Ke lima,
kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan
muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan?
Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan
Islam ini:
"Selamat
aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk
mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat
melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga
waktu, Berguna bagi orang lain".
Insya
Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih
payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi.
(fn/dt/em) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar