Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj dalam QS. Al-Kahfi : 94
Mereka
dikenal sebagai Jengis Khan (berarti Raja Dunia) pada abad ke-7 H di
Asia Tengah dan menaklukan Cina Timur. Ditaklukan oleh Quthbuddin Bin
Armilan dari Raja Khuwarizmi yang diteruskan oleh anaknya Aqthay.
“Batu” anak saudaranya menukar dengan negara Rusia tahun 723 H dan
menghancurkan Babilon dan Hongaria. Kemudian digantikan Jaluk dan
dijajah Romawi dengan menggantikan anak saudaranya Manju, diganti
saudaranya Kilay yang menaklukan Cina. Saudaranya Hulako menundukan
negara Islam dan menjatuhkan Bagdad pada masa daulah Abasia ketika
dipimpin Khalifah Al-Mu’tashim Billah pertengahan abad ke-7 H / 656 H.
Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang
banyak keturunannya.Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat
seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan
masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan
sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai
beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak
berdasar.
Pada QS. Al-Kahfi:94, Ya-juj dan Ma-juj
adalah kaum yang kasar dan biadab. Jika mereka melewati perkampungan,
membabad semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh
penduduk. Karenya, ketika Dzulkarnain datang, mereka minta dibuatkan
benteng agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan
penduduk.
Siapakah Dzulkarnain ?
- Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.
- Menurut Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.”
- Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy
dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.). Kerajaannya disebut
At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena
kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat
sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih.
Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng. Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.
BENARKAH TEMBOK CINA ADALAH TEMBOK Zulkarnain ?
Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam
surat Al Kahfi. Dan yang disebut Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongol
dari Utara yang merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka
taklukkan. Mari kita cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98
tentang itu. Zulkarnain memenuhi permintaan penduduk setempat untuk
membuatkan tembok pembatas. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah
antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka
jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat. Ada tiga hal yang
berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain. Pertama, tembok Cina
terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi. Kedua,
tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja
Dinasti Han, Ming, dst. Sambung-menyambung. Ketiga, dalam Al Kahfi ayat
86, ketika bertemu dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman,
“Wahai Zulkarnain, terserah padamu
apakah akan engkau siksa kaum itu atau engkau berikan kebaikan pada
mereka.” Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu langsung dari Tuhan,
sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa tembok Cina
bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakah tembok
Zulkarnain?
BEBERAPA PENELITIAN TEMBOK YA’JUJ
Abdullah
Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar,
Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di
antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke
India dengan ordinat 38oN dan 67oE.
Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu
nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani.
Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang
besi.
Hasil dari Google Earth :
View 00 Ordinat 380N 670E
View 00 Ordinat 380N 670E
View 750 Ordinat 380N 670E
View 750 Ordinat 380N 670E
Hiouen
Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu
dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada
danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani
Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi
tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m
dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang
dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa.
Persis seperti bunyi surat Al Kahfi.
Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di perunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam mahupun Rusia, terletak di republik Georgia.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di perunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam mahupun Rusia, terletak di republik Georgia.
Al-Syarif
al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan
Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah).
Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun
Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia.
Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia
berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat
dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan
(nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus
lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan
Ya’juj-Ma’juj. 27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat.
Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak
enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia
kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan
mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang
dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan
menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik
gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada. Sallam kemudian pergi menuju
pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah
lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok
berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran
Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat
detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat
al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934
-938).
Al-Idrisi
juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar
pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari.
Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan
reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari
dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk
jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.
Ya’juj-Ma’juj sendiri, menurut
penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku
keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, membunuh,
suku-suku lain. Mereka pembuat onar, dan sering menghancurkan suatu
daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada
Iskandar Dzul Qarnain, Raja Macedonia. Iskandar kemudian menggiring
(mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok
dan pintu besi.
Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif
al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk
sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj.
Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup.
Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat
tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz
(Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan
kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian
menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah. Kalau
menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah
pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina.
Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di
sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia. Referensi:
Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir. Dr. Thaha Ad-Dasuqy, ‘Aqidatuna Wa
Shilatuha Bil Kaun Wal Insan Wal Hayat, Darul Huda, Kairo, 1995. Syekh
Sya’ban ‘Abdulhadi Abu Rabah, Islamiyat, Haqaiq Fi Dzilli Tauhid Al-Ara
Al-Islamiyah, Muassasah Al-’Arabiyah Al-Haditsiyah, Kairo, 1991. link :
—–0O0—–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar