28 Maret 2014

IQRO' terhadap Alam "


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
QS Adz-Dzariyat ayat 20-21:

Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” 

Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing-masing. 

Inilah ayat-ayat Allah dalam bentuk alam semesta (ath-thabi’ah, nature).

Dalam QS Yusuf ayat 109, Allah berfirman: 

Bismillahir Rohmaanir  Rohiim

Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?”

Perhatikanlah   sejarah dan ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah..
Karena itu  semua termasuk ayat ayat Allah Ta'ala yg terbentang di Alam....

apa yang harus kita lakukan terhadap ayat-ayat tersebut ?

jawabannya ternyata hanya satu kata: iqra’ (bacalah), dan inilah perintah yang pertama kali Allah turunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam....

Jadi, IQRO'  bukan hanya di tafsirkan membaca al Qur'an saja, namun kita di perintahkan   untuk mbaca Alam di sekitar kita terutama apa yg ada pada diri kita  sendiri...

Bismillahir Rohmaanir Rohiim

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5)

Lalu bagaimana kita membaca ayat-ayat Allah? Jawabannya ada pada dua kata: tadabbur dan tafakkur.

Tadabbur terhadap bacaan al Qur'an dengan  bacaan yg betul dan memperhatikan maknanya,

Tafakur terhadap ayat ayat Allah Ta'ala di  sekitar  kita  sebagai salah satu sifat orang-orang yang berakal (ulul albab)

Dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, Allah berfirman:

Bismillahir Rohmaanir  Rohiim

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): 
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tujuan utama dan pertama kita membaca ayat-ayat Allah  pada sekitar kita   terutama pd  diri  kita sendiri  adalah agar kita semakin mengenal Allah (ma’rifatullah). 

Dan ketika kita telah mengenal Allah dengan baik, secara otomatis kita akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin bertakwa kepada-Nya. 

Karena itu, indikasi bahwa kita telah membaca ayat-ayat Allah dengan baik adalah meningkatnya keimanan, ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat Allah yg  tersebar di sekitar  kita  adalah sebagaimana firman Allah berikut ini: 

Bismillahir Rohmaanir Rohiim

Dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran: 191)

Ketika  kita  Iqro terhadap ayat ayat Allah Ta'ala yg tersebar di skitar kita,  maka  kita bersahabat dengan Allam...


♥♥اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَيه وَ عَلَىآلِهِ وَ أَصْحَابِه♥♥
.



12 Maret 2014

Kuburan Imam Bukhari ra


By Baba Naheel

 

 

 

 

Halaman.9

TERJEMAHAN TEKS YANG BER BACKGROUND HIJAU

 

 

Muhammad bin Abi Hatim menuturkan:

 

Saya pernah mendengar Abu Abdillah (imam bukhari ra) singgah di kediaman Abi Manshur Ghalib bin Jibril.

 

Abi Manshur Ghalib bin Jibril bercerita:

Imam Bukhari pernah singgah dirumahku beberapa hari dalam keadaan sakit parah sehingga beliau mengutus seseorang untuk segera pergi ke kota Samarkand (tempat imam bukhari tinggal) untuk menjemput beliau.

Setelah penjemput beliau telah datang dan segalanya telah siap dan untuk menuju kendaraannya, imam bukhari-pun memasang kedua khuff nya dan mengenakan surban nya, di saat beliau berjalan kira kira dapat satu-dua langkah saya membantu memegang lengannya dan seorang lagi bersamaku menuntun nya menuju tunggangannya untuk menaikinya, namun tiba tiba beliau berkata:

“Lepaskan saja aku, sungguh aku benar benar tak berdaya. Kemudian beliau berdoa dengan beberapa bacaan doa, lantas beliau ingin merebah tidur kembali dan melaksankannya.

Tampak keringat beliau bercucuran hingga tak bisa diungkapkan. Keringat itu tak henti henti nya sampai aku menambahi kain lagi didalam pakaian beliau.

 

Dalam kondisi beliau yang seperti itu, beliau berwasiat kepada kami:

“Nanti kafanilah aku dengan tiga helai kain, tanpa baju dalam dan juga tanpa memakai imamah  (surban-red). Maka pesan wasiat itu semua kami laksanakan.

 

Setelah kami mengebumikan beliau tiba tiba semerbak tersebar aroma bau wewangian yang amat sangat yang lebih harum daripada misik dan ini bertahan hingga berhari hari.

 

Kemudian naik semacam cahaya terang memanjang ke langit menghadap kubur beliau, sehingga orang orang pada berasumsi dan merasa heran takjub dibuatnya.

Adapun tanah kuburnya, mereka orang orang meninggikannya sehingga kuburan imam bukhari itu nampak dengan jelas. Kami tidak mampu menjaganya dan melindunginya, karena kejadian ini sudah terlanjur menyebar ke masyarakat sehingga kami kuwalahan. Kemudian dikuburan beliau ini kami memasang sejenis kayu yang saling tumpang tindih berjalinan (semacam pagar-pent) sehingga tak satupun orang yang bisa menjangkau ke kuburan beliau ini.

 

Adapun aroma harumnya itu…… (bersambung kehalaman berikutnya)

 

Halaman.10

 

Tetap bertahan hingga berhari hari sehingga menjadi perbincangan halayak penduduk sekitar yang membuat mereka heran dan berdecak kagum.

Dan setelah kematiannya beliau ini semakin jelas kesalahan orang orang yang selama ini berseberangan dengan beliau, sehingga sebagian dari mereka keluar berziarah ke kuburan beliau. Mereka memperlihatkan taubat mereka dan penyesalannya dari keterburuan mereka atas apa yang pernah mereka selisihkan/tuduhkan dan celaan terhadap jalan pikiran beliau imam bukhari ra.

 

 

TERJEMAHAN TEKS YANG BER BACKGROUND KUNING

 

 

Abu Ali Al Ghissani berkata:

Telah menceritakan kepada kami Abu Fatah Nasr bin Hasan Assikty Samarkand-ketika beliau tiba di desa kami Lansiyah pada tahun 440-460, dia menuturkan:

 

Pada suatu tahun, paceklik kemarau panjang tak ada hujan telah melanda kami di daerah Samarkand. Orang orang telah memohon hujan berkali kali, namun tak kunjung hujan. Kemudian datanglah seorang lelaki sholih yang sudah populer ke sholihannya menemui hakim agung desa Samarkand, kemudian dia berkata:

 

“Aku mempunyai sebuah pendapat, yang hendak aku kemukakan kepada anda!”

 

Hakim agung itu berkata:”Oh ya, apa itu?”

 

Dia berkata:

”Aku mempunyai gagasan, bagaimana jika engkau keluar bersama orang orang menuju kuburan nya Imam Muhammad bin ismail Al Bukhari dan kuburan nya itu ada di desa Khartank. Kita disana memohon (kepada Allah) di sisi kuburan nya imam bukhari, siapa tahu Allah menurunkan hujan untuk kita.

 

Kemudian hakim agung itu berkata:”Baiklah, aku akan melaksanakan pendapatmu itu!”

 

Maka keluarlah sang hakim agung itu bersama orang orang (menuju kuburan imam bukhari-pent) dan dia memohon turun hujan bersama orang orang nya dan orang orang itu menangis di   sisi kuburannya imam bukhari, dan mereka memohon syafaat (tawasul-menjadikan perantara) DENGAN si empunya kuburan itu sehingga kemudian Allah swt mengutus langit untuk membawa air hujan yang lebat sekali. Akibatnya mereka orang orang (rombongannya hakim agung-pent) berdiam diri tinggal di desa Khartank sekitar seminggu lebih. Tak satupun dari mereka bisa sampai kembali ke desa Samarkand karena terus menerusnya hujan deras tersebut, sedangkan jarak tempuh antara Khartank dan Samarkand adalah + 3 mil.

 

 

Sumber: Kitab SYARAH SHOHIH BUKHARI FATHUL BARI (bukan yang milik ibnu hajar)

 

Karya: IMAM ZAINUDDIN ABDURRAHMAN BIN AHMAD IBNU ROJAB AL HAMBALI.

 

Halaman: 9-10.

 

Cetakan: DARUL KUTUB ILMIYAH BEIRUT LEBANON.

 

------------------------------------------------------------------------------

Mohon maaf dan mohon koreksinya jika ada kesalahan dalam terjemah.