by : Sahabat Abu Nawas
Tidak banyak yg tahu, Beginilah Keadaan yang dialami guru kita Habibana Munzir setiap malam kala beliau berdakwah...
Berikut beliau mengisahkan :
(Mengenai salaman-red), saya lebih setuju jamaah bersalaman dg hatinya
dg saya, karena hubungan cinta ruhani tak bisa putus, beda dengan jabat
tangan yg hanya beberapa detik lalu berpisah dan terlepas..
namun saya tak berani pula membiarkan tangan seorang muslim terulur
pada saya tanpa saya berusaha menyambutnya, saya risau jika saya berlaku
begitu maka saya akan diperlakukan hal yg sama oleh Rasul saw kelak
jika milyaran tangan terangkat ingin dijabat agar mendapat syafaat
beliau saw, maka saya terus bersabar, walau sering terkilir dan sering
saya ke cimande untuk ngurut tangan yg terkilir, atau kaki yg menginjak
lobang atau trotoar, karena saya tak bisa melihat kaki saya sendiri
dimana dilangkahkan dari dahsyatnya desakan, bahkan sering saya tidak
tahu arah harus kemana, terkadang pintu masjid malah semakin menjauh dan
salah arah, atau saya tak bisa lihat dimana mobil saya hingga saya
harus mengarah kemana, subhanallah..
dan desakan itu makin
dahsyat setiap malamnya, kini sudah banyak yg ingin memeluk dan mencium
pula, saya kesal namun haru juga, mereka menangis gembira setelah
memelintir leher saya dan menarik kepala saya kewajahnya,
saya
ridho, saya senang, asal muslimin puas, apalah artinya tubuh penuh dosa
ini hingga seorang muslim bisa menangis gembira karena berhasil memeluk
saya?,
yg lain menyodorkan botol aqua kewajah saya dan wajah
saya ditumpahi aqua itu karena saling desak dan kacamata saya basah
hingga saya tak melihat apa apa lagi,
yg lain menyodorkan tasbihnya kewajah saya agar saya bisa menciumnya dan tidak jarang tasbih kay itu menyakiti wajah saya,
saya hanya berharap ia akan memakainya berdzikir, biarlah wajah ini
hancur demi tasbih seorang muslim yg akan dipakainya dzikir,
seandainya mereka minta untuk menginjak pipi saya ditanah agar mereka
mau hadir majelis maka saya akan dengan senang hati melakukannya
saya masuk mobil terengah engah dan badan bagai hancur, itulah nasib saya setiap malam..
sudah banyak saran agar saya diborder ketat hingga tak satupun yg
bersalaman, jika saya tak perduli pada keadaan saya maka saya harus
pertimbangkan juga bahaya anak anak kecil bahkan bayi bayi yg diusungkan
pada saya, atau orang orang tua yg terdesak atau bisa cidera atau
terinjak??
saya masih pertimbangkan..
saya keberatan
dg tugas yg sangat berat ini, saya tak berani berdoa minta umur panjang
lagi, jamaah semakin banyak, tiap malam majelis dihadiri 10 ribu hingga
50 ribu jamaah di wilayah sekitar jakarta yg saya kunjungi, ribuan
tangan terulur tak bisa saya salami, desakan jamaah, anak anak
terhimpit, orang orang tua terlempar, ibu ibu terpental, para kyai
tersingkir, semua hanya karena semangat jamaah untuk menyalami, maka tim
pengawalan dari crew kami memang ada, tapi saya selalu menghardik
mereka pula agar jangan kasar pd massa, merekapun berjuang tiap malam
membentengi saya dg tdk terlalu ketat, asal saya bisa lewat saja tanpa
menghalangi jamaah yg inin bersalaman, namun usaha demi usaha semakin
hari massa semakin banyak, lalu siapa yg akan menanggung dosa ini?
saya harus berhadapan dg pelbagai golongan masyarakat, diantara hadirin
ada para shalihin, ada para kyai dan ulama, ada para habaib, ada para
pendosa, pezina, penjudi, narkoba, karyawan, pelajar, pria, wanita, anak
kecil, orang tua, lalu saya harus konsentrasi penuh untuk bisa
menyampaikan tausiyah yg mengena ke seluruh golongan ini agar semua bisa
mendapat manfaat, 1 x setahun saja bertugas seperti ini perlu persiapan
berbulan bulan untuk konsentrasi bahan, konsentrasi khusyu, konsentrasi
ketenangan jiwa, konsentrasi membaca situasi, bagaimana kalau ini
berlangsung tiap malam?
Allah swt memberi kekuatan pd saya,
karena jika tidak maka kepala sudah pecah menahan beban ini semua, namun
semakin hari saya semakin suram, bingung, risau, takut..
mungkin sebagian orang melihat alangkah hebat dan nikmatnya disanjung
dan dipuja sedemikian banyak orang, namun pribadi ini sebaliknya,
alangkah susahnya dan beratnya menghadapi sanjungan banyak orang,
bagaimana harus menjaga perasaan para ulama yg lebih sepuh yg terlempar
saat akan menyalami saya, betapa hancur hatinya, bagaimana perasaan
orang yg datang dari jauh jauh sampai berjam jam perjalanan menuju
majelis, namun saat tangannya terulur ia terdesak jatuh ke kali atau
terinjak injak massa, bagaimana menjaga perasaan orang orang yg baru
saja tergugah untuk tobat, lalu ia menangis memeluk saya dan ia
disingkirkan oleh crew karena perbuatan itu membuat ratusan lainnya
ingin berbuat hal yg sama,
satu orang menyodorkan kepalanya
dengane membuka pecinya untuk dicium pendosa ini, ratusan lainyya
berlompatan pula ingin mendapat hal yg sama.
sedangkan 1 muslim
yg hancur hatinya kecewa bisa membuka pintu kemurkaan Allah swt, lalu
bagaimana nasib pendosa ini..?, apa yg harus saya perbuat..?
mobil saya bagian kiri sudah penyok2 dan bergurat2 karena dahsyatnya
desakan jamaah, sampai pengendara mobil mengadu, kalau habib sudah
mendekat ke mobil, maka mobil ini bagai diatas laut terguncang guncang
oleh desakan jamaah, mobil saya sedan, bukan mobil minibus yg mudah
bergoyang, mobil berderak derak bagai ditindih beban berat jika saya
sudah mendesak ke mobil, berkali kali pintunya rusak terkena desakan
jamaah,
mobil meluncur, anda kira masalah selesai?, tangan
rapuh ini sudah terasa pedas ditarik2 dan sering luka terkena kuku para
pemuda yg mungkin tak sadar perbuatannya melukai saya, dan saya ridho
saja, luka itu menghapus dosa ini, biar tangan saya yg luka jangan hati
orang itu yg luka..
saya hanya mengurut urut tangan dimobil,
masalah belum selesai, mereka terus mengejar dg puluhan motor dari
belakang, begitu terkena lampu merah, maka mereka turun meninggalkan
motornya ditengah jalan berebutan lagi menyalami dari jendela mobil,
saya tak tega tak membuka kaca untuk seorang tamu Allah yg tidak minta
apa apa, cuma minta bersalaman saja, apakah saya berani menolaknya?,
jika mereka minta nyawa saya untuk mau hadir di majelis sekali saja,
saya akan korbankan, jika mereka minta meludahi wajah saya dan menginjak
kepala saya ditanah untuk syarat agar mereka mau hadir akan saya
lakukan, lalu ini yg diminta cuma ingin bersalaman.....
apa
jadinya?, mobil2 dan motor umum menjadi menonton terheran heran,
sebagian ketakutan, mereka kira ada tauran, melihat puluhan motor parkir
sembarangan dilampu merah dan puluhan orang berlarian ditengah jalan
mengejar kearan mobil saya, lampu hijau sudah menyala, mereka masih
malang melintang ditengah jalan untuk menyalami,
sebagian
menyusul dg motor ingin bersalaman dalam keadaan kendaraan sama sama
berjalan, lalu berteriak teriak : habib saya cinta habib.., doakan
saya.., saya tiap malam hadir majelis habib..,
begitu nasib saya tiap malam..
pulang kerumah tubuh serasa hancur lelah, sedih dan risau pula atas
mereka yg kecewa, dan berfikir teringat hari esok hal ini akan terulang
lagi, lagi, dan lagi..
namun jika saya teringat perjuangan
Rasul saw saya trenyuh dan istighfar, Nabi saw dulu orang orang
berebutan dan berdesakan mengejar beliau untuk diludahi wajah beliau saw
dan dilempari kotoran binatang dan batu.., lalu kau munzir pendosa
mengeluh dengan keadaan ini..?
saya tak tahu sampai kapan saya
bisa bertahan.., tidak tahu harus berbuat apa, berdoa panjang umur atau
berdoa segera jumpa Rasul saw..
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a'lam