30 September 2012

♧♥♥°˚♥♥ Keajaiban Kiss ♧♧°˚♥♥♥♥

                

Rasulullah selalu mencium istrinya setiapkali mau pergi ke masjid♧.

 Hal ini pernah disampaikan oleh Siti Aisyah melalui haditsnya, “Bahwa Nabi saw biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat (di masjid).” (H.R. Abdur-Razaq).

Hadits tersebut merupakan isyarat bagi kita, betapa pentingnya seorang suami maupun istri untuk selalu mencium pasangannya, sekalipun keluar rumahnya hanya beberapa saat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga cinta dan kasih diantara mereka berdua.

Malu


by : Khaufan Raja'
Suatu hari, demikian dikisahkan, seorang lelaki mendatangi Imam Hambali (780-855). Ia lelaki yang
banyak bergelimang maksiat. 
Tiba-tiba ia datang ke majelis pengajian Imam Hambali untuk menceritakan mimpinya.
Dalam mimpi itu, kata lelaki itu, ia merasa tengah berada dalam kerumunan manusia yang ada di hadapan Rasulullah SAW.
 Rasul tampak berada di tempat yang agak tinggi. Satu per satu, orang-orang mendatangi Rasul dan berkata, "Doakan saya ya Rasulullah ." Rasul pun mendoakan orang-orang itu.

HAKIKAT CINTA

 
by Sayyid Ibra Assegaf

As Salamu'alaykum warahmatullahi ta'ala wabarakatuhu ...

''Pernahkah Anda melihat orang yang berbuat jahat terhadap orang yang amat dicintainya?'' seseorang bertanya pada Abu Dzar al-Ghiffari, sahabat Rasulullah SAW. ''Pernah, bahkan sering,'' jawab Abu Dzar. ''Dirimu sendiri itu adalah orang yang paling kamu cintai. Dan kamu berbuat jahat terhadap dirimu bila durhaka kepada Allah,'' jelasnya. Dengan mengacu pada pendapat Abu Dzar tadi, sebenarnya banyak di antara kita yang tega berbuat jahat terhadap 'orang' yang amat dicintainya. Tapi anehnya, kita -- yang gemar berbuat dosa -- lupa bahwa apa yang kita lakukan sesungguhnya merupakan perwujudan kebencian terhadap diri sendiri. Cinta adalah fitrah yang diberikan Allah untuk semua makhluk guna mempertahankan eksistensinya. Manusia berkembang biak karena cinta.

Kelestarian lingkungan menjadi kepedulian manusia karena cinta. Dan yang lebih penting, cinta -- ini yang perlu kita sadari -- merupakan refleksi keberadaan alam malakuti yang abadi. Itulah sebabnya, bila dua sejoli sedang dimabuk cinta, maka apa yang terbayangkan dan diangankannya, cinta mereka akan abadi. Tapi sayang, keabadian cinta yang diangankannya hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat duniawi, yang justru menghambat cinta malakuti.

Salah satu unsur penting yang menghambat perjalanan cinta malakuti adalah cinta dunia (hubb al-dunya). Cinta dunia, dilukiskan oleh Sayyidina Ali, sebagai biang dari segala bencana. Bila hati manusia sudah terperosok dalam cinta dunia, maka logika-logika aneh pun muncul dari pikirannya.
<br><center><a href="http://www.funscrape.com/Comments/Hearts.html"><img src="http://img1.funscrape.com/en/hearts/196.gif" border=0><br><br><b>More Hearts Comments</b></a></center>


Salah satu logika anehnya, kata Abu Dzar, ia amat berharap rahmat dan ampunan dari Allah, padahal dalam hidup sehari-harinya, ia amat jauh denganNya. ''Rahmat dan ampunan Allah,'' tegas Abu Dzar, ''tak dihambur-hamburkan begitu saja hingga setiap orang akan mendapatkannya.'' Kata Abu Dzar, setan punya senjata pamungkas, berupa godaan pada manusia untuk mengharap rahmat Allah, sementara ia terus berusaha menjauhkannya dari ibadah dan amal saleh. Korban senjata pamungkas ini paling suka memaafkan dirinya sendiri. ''Rahmat Allah Mahaluas. Dosaku pasti dimaafkanNya,'' kata korban. Padahal ia tetap saja tak mau bertobat.

Orang yang berbuat dosa, tulis Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, bukan hanya mencelakakan dirinya, tapi juga menghina Allah, karena ia menyelewengkan amanah yang telah diberikan kepadanya. Lidah dan tangan yang Allah berikan kepada manusia untuk dipakai berzikir serta beramal saleh, misalnya, ia diselewengkan untuk mengumpat dan mengambil hak orang lain. Naudzubillah mindzalik!

wallahu a'lam

Bahasa Hati



Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda.

Menjadi Pribadi Berkarakter



by Sayyid Ibra Assegaf

Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra bila berjalan di lorong-lorong Kota Madinah dan melihat anak kecil, beliau segera menemuinya dan membungkuk, seraya berujar, "Nak, mintalah pada Allah, agar mengampuni kami." Para sahabat Umar pun heran dengannya dan bertanya, "Engkau meminta pada anak kecil agar ia berdoa pada Allah untukmu?" Jawab Amirul Mukminin itu, "Mereka belum
balig dan catatan amal belum berlaku padanya, maka doanya mustajab di sisi Allah. Sedangkan kita sudah dewasa dan catatan amal sudah ada pada kita."

Itulah ekspresi ketakutan pada Allah yang menyergap sang Khalifah kedua ini, seorang yang tegap dan gagah perkasa, namun kecemasannya pada Allah sungguh mengundang decak kagum, seolah tak pantas dengan postur tubuhnya yang tinggi; konon di wajahnya ada dua garis hitam bekas aliran air mata (takut pada-Nya).

Ketika Umar bin Khattab membaca surah at-Takwir ayat 1, yang artinya "Apabila matahari digulung," hingga ayat 10 "Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka," beliau tersungkur, pingsan. Suatu saat, Amirul Mukminin ini melewati rumah seseorang yang tengah shalat dan membaca surah ath-Thur. Beliau berhenti seraya menyimaknya, dan begitu sampai pada ayat 7-8, "Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi, tidak seorang pun yang dapat menolaknya," beliau pun turun dari himarnya, lalu bersandar di dinding, dan diam tercenung beberapa saat. Dan sepulangnya di rumahnya, Umar sakit sebulan lamanya. Orang-orang menjenguknya dan mereka tak tahu apa yang dikeluhkannya.

Getar kecemasan semacam ini sesungguhnya hanya serpihan kecil di antara mutu manikam pesona akhlak yang melekat dalam diri sahabat, tabiin, dan orang-orang salih dulu kala. Dan, hal itu sangat fungsional sekali dalam melahirkan pribadi-pribadi yang berkarakter ideal, yakni intens beribadah dan produktif dalam melakukan amal salih lainnya, serta bisa meredam diri dari tindak-tanduk yang menyimpang.

Dengan demikian, ketakutan (khauf) penting dimiliki oleh seorang Muslim, karena Abu Hafs- sufi kelahiran Uzbekistan- berujar, "Khauf adalah pelita hati, dengan khauf akan tampak baik dan buruk hati seseorang." Sementara Alquran mengingatkan, "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Ali Imran: 175). Dalam ayat lain, Allah menjelaskan karakter orang Mukmin dengan, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka menyeru kepada Rabb mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap." (QS as-Sajdah: 16).

Dalam banyak ayat-Nya, Allah bukan hanya memerintahkan agar takut, tapi juga sering melukiskan berbagai hal yang seyogiannya membuahkan ketakutan pada hamba, misalnya, ketika menjelaskan tentang neraka jahanam, huru-hara kiamat, atau musibah umat yang lalu. Beda dengan kaum salafus salih dulu kala yang gampang terketuk, tergores, bahkan terguncang hatinya dengan menyimak Alquran, manusia sekarang mungkin perlu melihat secara nyata bagaimana kekuasaan Allah itu tampil di muka bumi ini, sehingga berbagai musibah dan bencana pun datang silih berganti. Lantas, masih enggankah kita mengambil pelajaran? Wallahu a'lam bishshowwab.

29 September 2012

•::•.••.・Ɔιитα ¸.*´-°♥♥. C Ɩ И Ƭ Δ:* °♥♥`*. Ɔιитα.*´-°♥♥ ´´•::•.••.



by : Muhammad Aliefsyahdjibran

✿ Dalam hidup, kamu akan menemukan 3 buah cinta..


*´♥♥¨` Ƴαиɢ ρɛятαмα,*´♥♥¨`
Cinta yang akan mengajarkan kamu untuk menjadi diri sendiri..

Yang kemudian akan kamu tinggalkan begitu saja..
Kamu akan belajar untuk menyesal......


*´♥♥¨` Ƴαиɢ κɛ∂ʋα,*´♥♥¨`
Cinta yang membutakan dan membuat kamu melihat dunia dengan cara yang berbeda..
Dan kemudian dia akan meninggalkan kamu dengan penuh luka..
Kamu akan belajar untuk menghargai..


*´♥♥¨` Ƴαиɢ κɛтιɢα,*´♥♥¨`
Cinta yang datang untuk menyelamatkan kamu dari semua keterpurukan itu..
dan dia akan bertahan bersamamu selamanya..
Kamu akan belajar percaya..

*´♥♥¨`✿ƖиƨнαΔℓℓαн..✿*´♥♥¨

Rasulullah saw dengan Pengemis Buta


 by Sayyid Ibra Assegaf Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?" Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha. Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW". Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, "benarkah demikian????, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... " Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Laju Kecepatan Cahaya versi Ilmuwan ternyata ada didalam Al-Qur'an



oleh Sayyid Ibra Assegaf ·

Berapa kecepatan cahaya itu?
Dalam fisika, laju cahaya merupakan sebuah konstanta yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan".

Kecepatan cahaya dalam sebuah ruang hampa udara didefinisikan saat ini pada 299.792.458 meter per detik (m/s)
atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h)
atau 186.282.4 mil per detik (mil/s)
atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h),
yang ditetapkan pada tahun 1975 dengan toleransi kesalahan sebesar 4×10−9.


Pada tahun 1983, satuan meter didefinisikan kembali dalam Sistem Satuan Internasional (SI) kemudian ditetapkan pada 17th Conférence Générale des Poids et Mesures sebagai ... the length of the path travelled by light in vacuum during a time interval of 1⁄299.792.458 of a second, sehingga nilai konstanta c dalam meter per detik sekarang tetap tepat dalam definisi meter, sebagai jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam ruang hampa pada 1⁄299.792.458 detik atau kalau dibulatkan menjadi 299792.5 Km/detik, demikian angka yang ditemukan dan menjadi kesepakatan bersama para Ilmuwan yang masih diakui hingga saat ini.

Sumber lain juga menuliskan tentang kecepatan cahaya :
US National Bureau of Standards, C = 299792.4574 + 0.0011 km/det
The British National Physical Laboratory, C = 299792.4590 + 0.0008 km/det
Konferensi ke-17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar: ”Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang vacum selama jangka waktu 1/299.792.458 detik" (atau kalau dibulatkan menjadi 299.792.5 Km/detik)

jadi intinya kecepatan cahaya adalah : 299.792.5 Km/detik


Sampai disini mari kita bertanya, apakah Al-Qur'an, kitab sucinya umat Islam juga memuat keterangan ini? tentang kecepatan cahaya ini? dan Angkanya berapa? dan jika ada, seberapa jauhkan perbedaan angka kecepatan cahaya versi Al-Qur'an itu jika dibandingkan dengan angka kecepatan cahaya versi Ilmuwan diatas?

Bagi kita Umat Islam, Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci yang memiliki semua rahasia kehidupan. Begitu banyak misteri yang terkandung didalamnya yang belum terpecahkan. Baik secara ilmu batiniah, maupun ilmu-ilmu lahiriyah atau ilmu-ilmu modern, sains yang berkembang sekarang.


Jika kita secara sepintas lalu saja membolak-balik kitab Al-Qur'an dari lembar ke lembar, juz ke juz, mungkin kita tidak akan menemukan keterangan tentang angka kecepatan cahaya ini didalamnya. Namun jikalah kita mau meneliti Al-Qur'an jauh lebih dalam lagi, lebih jernih lagi, lebih teliti lagi, maka kita akan menemukan keterangan Kecepatan Cahaya ini didalam kitab suci tercinta kita !

Dan ternyata sangat benar, jika kita tafsirkan dengan benar di dalam Al-Qur’an akan ditemukan rumus kecepatan cahaya yang ternyata jika dicocokkan dengan angka-angka temuan para ilmuwan tidak jauh berbeda, yakni : 299.792.5 Km/detik


Inilah ayat-ayatnya :

Surrah Yunus (10) ayat 5 : Huwal ladzii ja'alasy syamsa dhiyaa-aw wal qamara nuuraw wa qaddarahuu manaazila li ta'lamuu 'adadas siniina wal hisaaba maa khalaqallaahu dzaalika illaa bil haqqi yufashshilul aayaati liqaumiy ya'lamuun ("Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (jalan-jalan) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui)

Surrah Anbiyaa (21) ayat 3 : Wa huwal ladzii khalaqal laila wan nahaara wasy syamsa wal qamara kullun fii falakiy yasbahuun (Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya)

Surrah Sajdah (32) ayat 5 : Yudabbirul amra minas samaa-i ilal ardhi tsumma ya'ruju ilaihi fii yaumin kaana miqdaaruhu alfa sanatim mim maa ta'udduun. (Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu)

Berdasar ayat-ayat tersebut diatas, terutama ayat yang terakhir (QS. 32:5) dapat disimpulkan bahwa jarak yang dicapai Sang Urusan selama satu hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun, dan karena satu tahun adalah 12 bulan, maka waktu tersebut menjadi 12000 bulan.

Sekarang mari kita mainkan rumus fisika, Secara matematis dapat dituliskan sebagai:

c . t = 12000 . L

dimana : c = kecepatan Sang Urusan
t = waktu selama satu hari
L = panjang rute edar bulan selama satu bulan
Panjang rute edar bulan selama satu bulan adalah panjang kurva yang dibentuk oleh bulan selama melakukan revolusi pada sistem periode bulan sideris. Periode bulan sebenarnya ada dua jenis, sideris dan sinodis. Berbagai sistem kalender telah diuji, namun sistem kalender bulan sideris menghasilkan nilai c yang persis sama dengan nilai c yang sudah diketahui melalui pengukuran Dua macam sistem kalender bulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sistem sinodis, yang didasarkan atas penampakan semu gerak bulan dan matahari dari bumi, dimana:

1 hari = 24 jam
1 bulan = 29.53059 hari
2. Sistem sideris, yang didasarkan atas pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta, dimana:
1 hari = 23 jam 56 menit 4.0906 detik
= 86164.0906 detik
1 bulan = 27.321661 hari

Ada perbedaan antara periode bulan sideris dan sinodis. Pada periode sinodis, satu bulan penuh adalah 29.5 hari dimana posisi bulan kembali ke posisi semula tepat pada garis lurus antara matahari dan bumi, dan rutenya berupa lingkaran. Sementara pada periode bulan sideris satu bulan penuh ditempuh selama 27.3 hari dan rutenya bukan berupa lingkaran, melainkan berbentuk kurva yang panjangnya L. Nilai L ini secara matematis dapat dituliskan sebagai:
L = v . T
Dimana:
v = kecepatan gerak bulan
T = periode revolusi bulan
= 27.321661 hari

Sudut yang dibentuk oleh revolusi bulan selama satu bulan sideris, adalah:

27.321661 hari
a = --------------------- x 360o
365.25636 hari

a = 26.92848o

Sebuah catatan yang perlu diketahui adalah tentang kecepatan bulan (v). Ada dua tipe kecepatan bulan, yaitu:
1. Kecepatan relatif terhadap bumi yang bisa dihitung dengan rumus berikut:
ve = 2 . p . R / T
dimana
R = jari-jari revolusi bulan = 384264 km
T = periode revolusi bulan = 655.71986 jam
Jadi
ve = 2 x 3.14162 x 384264 km / 655.71986 jam
= 3682.07 km/jam

2. Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta. Kecepatan ini yang akan diperlukan untuk menentukan perhitungan kecepatan cahaya (sang urusan). Menurut Albert Einstein, kecepatan jenis kedua ini dapat dihitung dengan mengalikan kecepatan jenis pertama dengan Cos a, sehingga secara matematis:

v = ve x Cos a
Dimana:
a = sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sideris,
= 26.92848o

Selanjutnya dengan mengingat beberapa parameter yang sudah diketahui berikut ini:
L = v . T,
v = ve . Cos a,
ve = 3682.07 km/jam,
a = 26.92848o,
T = 655.71986 jam, dan
t = 86164.0906 det,
maka nilai kecepatan sang urusan akan menjadi:

c.t = 12000 . L
c.t = 12000 . v.T
c.t = 12000 .(ve.Cos a).T
c = 12000.ve.Cos a.T/t
c = 12000 x 3682.07 km/jam x 0.89157 x 655.71986 jam/86164.0906 det
c = 299792.5 km/det

Jadi:

c = 299792.5 km/det...!!

Kita bandingkan c (kecepatan sang urusan) hasil perhitungan ini dengan nilai c (kecepatan cahaya) sebagaimana yang sudah diketahui!

Nah, Nilai c hasil perhitungan => c = 299792.5 km/detik
Nilai c hasil pengukuran:
1. US National Bureau of Standards, c = 299792.4574 + 0.0011 km/detik
2. The British National Physical Laboratory, c = 299792.4590+0.0008 km/detik
3. Konferensi ke 17 tentang Ukuran dan Berat Standar "Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang hampa selama 1/299792458 detik"

Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran surat ke 32, ayat : 1 s/d 5:

Dengan nama Allah yang Maha pengasih Maha penyayang

Alif Lam Mim. Turunnya kitab ini tanpa keraguan padanya, dari Rabb semesta. Tetapi mengapa mereka mengatakan:"Ia (Muhammad saw) mengada-adakannya". Sebenarnya ini adalah kebenaran dari Rabbmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelummu; agar mereka mendapat petunjuk Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam periode,kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada -Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu
Kesimpulan:

"Perhitungan ini membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta c hasil pengukuran selama ini dan juga mnunjukkan kebenaran Al-Quranul karim sebagai wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Sang Pencipta Alam Semesta. Wa Allahu a’lamu bish-showwaab"

Memetik Hikmah dari Setiap Kejadian



by Sayyid Ibra Assegaf

Orang yang cerdas lagi kreatif dapat mengubah kerugian menjadi keuntungan. Sedang orang yang bodoh lagi nervous akan membuat suatu musibah yang menimpa diri menjadi dua musibah, ibarat pepatah “sudah ja

tuh tertimpa tangga pula.”

Rasulullah SAW diusir dari Makkah. Ternyata di Madinah, beliau dapat mendirikan sebuah peradaban Islam yang memenuhi lembaran sejarah keberhasilan dan kecemerlangannya.

Ahmad bin Hambal dipenjara dan dihukum cambuk, setelah itu jadilah ia pemimpin ulama sunnah.

Al-Sarkhasi disekap di dasar sumur yang tidak dipakai lagi. Di sanalah ia dapat menulis dua puluh jilid buku dalam ilmu fiqih.

Ibnu Atsir menghabiskan masa pensiunnya menulis Kitab Jam’ul Ushul dan An-Nihayah yang keduanya merupakan kitab Hadits yang paling terkenal dan paling bermanfaat.

Ibnul Jauzi diasingkan dari Baghdad, ia pun memanfaatkan waktu itu dengan menulis tajwid tentang Qiroat Sab’ah.

Malik bin Raib terserang demam yang membawa kepada kematiannya, maka dalam masa sakitnya itu ia menggubah qasidahnya yang indah lagi terkenal di kalangan semua orang, sehingga ketenaran dan keindahannya memadai diwan-diwan para penyair kondang pada masa pemerintahan Khalifah ‘Abbasiyyah.

Demikian juga Abu Dzuaib Al-Hudzali (penyair jahiliyyah) ketika kelima anaknya meninggal dunia di Madinah. Ia terus meratapinya dengan menuangkan eposnya tersebut dalam suatu qasidah yang membuat dunia mendengarkannya penuh perhatian, banyak orang terperangah kagum akan keindahannya, dan sejarah mengacungkan jempol kepadanya.

Masih banyak lagi contoh inspiratif yang terjadi diberbagai belahan dunia ini jika kita mau mengambil ibrah. Kadangkala, Jika kita terbentur suatu musibah, kita larut dalam musibah tersebut tanpa melihat sisi cerahnya.

Ibaratnya, jika kita dapati segelas minuman lemon, bubuhkanlah padanya sesendok gula. Jika kita diserang seekor ular, ambil saja kulitnya yang berharga dan buanglah yang lainnya. Atau jika disengat oleh kalajengking, ketahuilah bahwa racunnya mengandung serum yang ampuh untuk melawan racun ular berbisa.

Demikianlah orang cerdas yang mampu mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang keras agar ia dapat mengeluarkan darinya buat kita bunga mawar dan bunga melati yang indah lagi harum.

Sebagaimana Firman Allah SWT, “Boleh jadi kalian mem­benci sesuatu, padahal itu lebih baik bagi kalian. ”(QS Al-Baqarah: 161).

Kerajaan Prancis sebelum masa revolusinya yang dahsyat pernah menahan dua orang penyair ulung mereka, salah seorang­nya bersifat optimistis, sedang yang lain bersifat pesimistis. Keduanya mengeluarkan kepalanya masing-masing dari jendela penjara.

Adapun yang bersifat optimistis, maka ia menatapkan pandangannya ke arah bintang-bintang, lalu tertawa, sedang yang pesimistis memandang ke bawah melihat tanah yang ada di jalan sebelah penjaranya, lalu menangis.

Pandanglah sisi lain dari tragedi yang menimpa diri, karena sesungguhnya keburukan yang murni itu tidak ada ujudnya. Bahkan yang ada di sana adalah kebaikan, penghasilan, kemudahan, dan pahala. wallahu a'lam

Kisah Mangkuk cantik


 by : Sayyid Ibra Assegaf

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.

"Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya.

"Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,"ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara
"Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar."

"Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "Belum !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"

"Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.

"Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Renungan :
Seperti inilah ALLAH membentuk kita. Pada saat ALLAH membentukkita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang membentuk kita. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Kita akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk aku. Tiadalah Allah mau mengecewakan hamba Nya.

GEMA



 by Sayyid Ibra Assegaf

Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaaaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, "Aaaaahhh!!!"

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?" Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?"
Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, "Kau pengecut..!!" Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, "Kau pengecut..!!"

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?" Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini" Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, "Aku mengagumimu..!!" Dan suara itu menjawab, "Aku mengangumimu..!!" Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang juara..!!" Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan,

"Nak, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya inilah yang dimaksud dengan hidup itu. Ia akan mengembalikan padamu apa saja yang kau lakukan dan katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita. Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak cinta kasih di dunia ini, maka berikanlah cinta kasih dari hatimu. Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. Maka, sebenarnya hidup ini BUKAN SUATU KEBETULAN. Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema dirimu." 

Tips Meredam Kemarahan Suami



by : Sayyid Ibra Assegaf

TAK ada rumah tangga yang sepi dari masalah. Tidak ada suami yang tidak pernah marah dan emosi. Meski demikian, seorang istri yang cerdas tahu bagaimana meredam kemarahan suaminya dengan tenang dan penuh kecintaan. Dengan adanya kemarahan, jangan pernah berpikir bahwa ‘sumber’ cinta di antara keduanya telah mengering dan ‘daun-daun’nya telah rontok berguguran.

Kemarahan barangkali merupakan emosi yang paling buruk yang perlu ditangani. Dari waktu ke waktu, siapa pun pernah mengalami perasaan yang kuat ini. Beberapa penyebab umum kemarahan termasuk frustrasi, sakit hati, kejengkelan, kekecewaan, pelecehan, dan ancaman.
Kemarahan suami bukanlah akhir dunia. 


It’s not the end of the world, but it’s true that is definitely hurt. Menjaga keberlangsungan cinta tergantung pada seberapa besar saling pengertian di antara pasangan suami-istri (pasutri), kepandaian dan kecerdasan sang istri. Kegagalan untuk mengenal dan memahami kemarahan suami berpotensi menggiring Anda ke berbagai problem rumah tangga.

Berikut ini adalah berbagai momen ketika suami marah, dan tips bagaimana seharusnya Anda sebagai istri bertindak:


1. Jika Anda melihat suami Anda marah dan kesal, berusahalah mereda kemarahannya; jangan Anda sambut kemarahannya dengan keluhan mengenai anak-anak atau keruwetan dan keprihatinan rumah tangga. Jangan membantah dengan pertanyaan tentang hal yang tidak mengenakkan kecuali jika dia mengutarakannya. Ingatlah sabda Rasulullah SAW, “Siapa saja istri yang meninggal dunia dalam keadaan suaminya meridhainya, maka dia masuk surga.” (HR. Ibnu Majah).


Setiap kali Anda mengingat hadits tersebut, menyelami dan mempraktikkannya dengan senang dan yakin, Anda akan melihat manfaat yang bakal kembali kepada diri Anda. Pada saat itu Anda akan menikmati rumah tangga bahagia yang jauh dari problematika dan konflik.
…Jika Anda melihat suami Anda marah dan kesal, berusahalah mereda kemarahannya. Jangan membantah dengan pertanyaan tentang hal yang tidak mengenakkan…


2. Ketika Anda melakukan kesalahan dalam suatu pekerjaan, semisal terlambat melaksanakan beberapa tugas domestik karena sibuk berbicara di telepon, dan pada saat itu suami sedang bersama Anda, maka panggillah dia dengan nama yang paling disukainya. Lalu ajukan permintaan maaf dan utarakan alasan keterlambatan Anda menjalankan tugas, sehingga dia merasa bahwa Anda menyadari bahwa tindakan tersebut adalah salah. Bersabarlah dengan ungkapan yang mungkin dilontarkannya kepada Anda. Jika Anda bersabar dan tidak merespons atau mengkritik balik, maka hal demikian telah membuang sebagian kemarahannya. Meminta maaf dapat mendatangkan tawa suami.


Tengoklah bagaimana para istri-istri Rasulullah meminta maaf kepada beliau, meski mereka yang berada dalam posisi marah. Dari Umar bin Khatthab, dia mengatakan, “Kami kaum Quraisy sangat berkuasa terhadap kaum perempuan (istri-istri). Dan ketika kami datang ke tempat orang-orang Anshar, (kami terkejut) karena mereka adalah kaum yang dikalahkan (toleran) oleh istri-istri mereka, maka mulailah istri-istri kami mengambil (meniru) etika perempuan-perempuan Anshar. 


Kemudian aku bertengkar dengan istriku kemudian dia kembali (meminta maaf) kepadaku, namun aku tidak ingin dia kembali (minta maaf), maka dia bertanya, “Kenapa engkau tidak senang aku kembali kepada engkau? Demi Allah! Sesungguhnya istri-istri Rasulullah SAW kembali (meminta maaf) kepada beliau sekalipun salah seorang di antara mereka marah terhadap Rasulullah dari siang sampai malam hari.” (HR. Al-Bukhari)

3. Jika suami yang marah sedang berbicara, maka jangan sekali-kali Anda menyela. Redakanlah dengan kata-kata lunak dan santun, misalnya, “Aku tahu kamu lelah sekali, maaf sayang aku merepotkan diri,” atau lain sebagainya. Kata-kata seperti ini akan meluluhkan hatinya. Dia akan merasa bahwa Anda memerhatikan diri dan kecemasannya. Dan jangan pula membantah apa yang dikatakan atau diinstruksikannya –jika memang itu baik.
…Jika suami yang marah sedang berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk dan berbicaralah kepadanya dengan baik…


4. Jika suami yang marah sedang berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk dan berbicaralah kepadanya dengan baik. Dalam Islam kita diajarkan trik-trik mengatasi kemarahan di antaranya adalah jika sedang marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya duduk, dan jika sedang duduk hendaknya berbaring, bisa juga dengan mengambil air wudhu agar mendinginkan emosi kita yang sedang bergolak. Atau ajaklah suami untuk bersujud, maksudnya melakukan shalat sunnah. Dalam sebuah hadits dikatakan,
“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah dia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” 

(HR. At-Tirmidzi)

5. Berusahalah menenangkannya dan menahan emosi Anda, jika Anda ada di pihak yang benar. Berbicaralah kepadanya dengan cara bijak.


6. Ketika dia marah, Anda jangan menyinggung perasaannya dengan berbagai hal. Anda jangan pernah melakukan segala sesuatu yang dia anggap melecehkan dirinya.


7. Ketika suami marah, jangan sampai dia Anda tinggal tidur sendirian. Setelah Anda pastikan bahwa dia sudah lebih tenang, berinisiatiflah melakoni hal-hal yang bisa mendatangkan keridhaannya. Inisiatif dilakukan oleh pihak yang lebih baik pemahaman agama dan akalnya di antara kedua pihak bertikai, atau siapa yang paling memungkinkan dalam masalah marah dan ridha dari keduanya. Seperti yang dikatakan Abu Ad-Darda` kepada Ummu Ad-Darda`, istrinya, “Apabila aku marah, maka redakanlah kemarahanku. Dan jika engkau marah, aku pun akan meredakan kemarahanmu. Jika kita tidak melakukannya, maka bagaimana kita dapat hidup rukun?”


8. Coba sisipkan humor karena terbukti efektif meredakan kemarahan.


9. Ingatlah bahwa rumah yang dipenuhi oleh cinta, kenyamanan, sikap saling menghargai, saling menghormati, dan kesederhanaan dalam segala hal, lebih baik dari rumah yang dipenuhi makanan lezat serta perabotan mewah namun penuh dengan kekesalan hati dan permusuhan.


10. Jangan mudah cemberut. Upayakan agar Anda selalu tersenyum ceria dan berwajah riang. Dengan demikian Anda bisa memberikan kebahagiaan kepada suami dan menikmati hidup bahagia penuh kedamaian serta kesenangan.


…marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya…


Demikianlah, marah dan emosi adalah tabiat manusia. 


Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif. 

Dalam riwayat Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridhai.” (HR. Ahmad).


Semoga tips-tips di atas bisa membantu Anda untuk meredam pasangan hidup Anda, agar dia menjadi orang yang kuat, seperti disinyalir dalam hadits berbunyi, “Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah.


**  jika suami lagi marah bisa jadi itu karena faktor external, dan moodnya lagi kurang bagus, bisa jadi karena faktor ekonomi, pekerjaan, dsb, disinilah peran istri yg seharusnya bisa memahami apa yg sedang dialami suaminya dengan begitu istrinya harus bisa berusaha membuat gembira hati suaminya meskipun dengan hal2 yg kecil namun berpahala, jadi harus bisa saling memahami, jika ini dilakukan insya Allah keluarga akan sakinah dan jauh dari percekcokan..

**  istri harus bijak menilai apa2 yg telah dilakukan suaminya dan harus bisa menilai realistis, dari yg selama ini yg dilakukan suami terhadap istrinya lebih banyak kerasnya atau lembutnya?? jika lembutnya lebih banyak, 80%... misalnya dan kerasnya hanya 20% dan sekali2, maka ini ga realistis jika mengatakan suaminya keras, beda halnya jika lebih banyak kerasnya dari pada lembutnya,

jangan hanya karena yang 20% itu lalu yg 80% ini habis semuanya.. ini ga realistis, sama seperti seorang bos yg marah2 kepada seorang office boy karena melihat di salah suatu ruangan ada pojok yg kurang bersih, dia marah2 habis2an itu office boy padahal yg kotor hanya sedikit pojok itu aja, sementara sebagian besar lantainya sudah bersih, harusnya sebelum menilai pojok yg kotor itu hargai dulu dong bagian yg sudah bersih itu,, dan inilah yg bijak




Menjadi Akhwat Sejati



by : Sayyid Ibra Assegaf

Akhwat oh Akhwat…Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan menawan, tetapi dari kasih sayangnya pada karib kerabat dan orang disekitarnya. Pantang baginya mengumbar aurat, dan memamerkannya kepada siapapun, kecuali pada mahramnya. Dia senantiasa menguatkan iltizam dan azzam-nya dalam ber-ghadul bashar dan menjaga kemuliaan diri, keluarga serta agamanya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lembut dan mempesona, tetapi dari lembut dan tegasnya tutur dalam mengatakan kebenaran. Dia yang senantiasa menjaga lisan dari ghibah dan namimah. Pantang baginya membuka aib saudaranya. Dia yang memahami dan merasakan betul bahwa Allah swt senantiasa mengawasi segala tindak-tanduknya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya kala ia berjalan, tetapi dari sikap bijaknya memahami keadaan dan persoalan-persoalan. Dia yang senantiasa bersikap tulus dalam membina persahabatan dengan siapapun, dimanapun dirinya berada. Tak ada perbendaharaan kata “cemburu buta” dalam kamus kehidupannya. Dia senantiasa merasa cukup dengan apa yang Allah swt anugerahkan untuknya, juga atas nafkah yang diberikan sang suami kepadanya. Tak pernah menuntut apa-apa yang tidak ada kemampuan pada sang qowwam di tengah keluarga.

Sabar adalah aura yang terpancar dari wajahnya.
Sifat tawadhu’ adalah pakaian yang senantiasa dia pakai sepanjang perguliran zaman.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia menghormati dan menyayangi orang-orang ditempat kerja (wajihah dakwah), tetapi dari tatacaranya menghormati dan menyayangi siapapun dan dimanapun tanpa memandang status yang disandangnya.Dia yang dilihat menyejukkan mata dan meredupkan api amarah. Baitii jannatii selalu berusaha ia ciptakan dalam alur kehidupan rumah tangga. Totalitas dalam menyokong dakwah suami dan berdarmabakti mengurus generasi penerus yang berjiwa Nabawi.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memuji dan menaruh hati padanya, tetapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan mencintai Allah dan Rasulullah. Dia yang selalu menghindari sesuatu yang syubhat terlebih hal-hal yang diharamkan-Nya semampunya. Jika dia sulit untuk menghindari dosa, maka dia akan langsung membersihkannya dengan banyak ibadah dan rintihan dzikir serta munajat.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari pandainya dia merayu dan banyaknya airmata yang menitik, tetapi dari ketabahannya menghadapi liku-liku kehidupan. Pancaran kasih sayang melesat tajam dari tiap nada bicara yang keluar dari bibirnya. Dia yang memiliki perasaan yang tajam untuk selalu berbuat ihsan kala ditempat umum maupun kala sendiri.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari merdunya suara kala bertilawah Qur’an dan banyaknya hadits yang ia hafal, tetapi dari keteguhan dan konsistennya mengamalkan kandungan keduanya. Dia selalu berusaha mengajarkan pada yang belum memahaminya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikannya sebagai suluh penerang serta pijakan dalam menelusuri lorong-lorong gelap kehidupan.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari tingginya gelar yang disandangnya serta luasnya wawasan ataupun lincahnya ia bergerak, tetapi tingginya ghirah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan. Ilmu yang bermanfaat adalah tongkat yang ia pegang.

Menjadi akhwat sejati,
niscaya akan membuat iri dan cemburu para bidadari,
menjadi dambaan bagi mereka para insan berjiwa Nabawi,
menjadi dambaan bagi mereka para pemilik ruh yang mencintai Sayyidina Muhammad,
serta para hamba Allah yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang semu…….

Menjadi Akhwat sejati,
Cukuplah mengidolakan tokoh-tokoh utama didalam kaumnya
Sayyidatuna Fathimah Az Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW
Sayyidatuna Aisyah Al Khumaira binti Sayyidina Abu Bakar Shiddiq RA
Sayyidatuna khadijah Al-Khubro binti Khuwailid RA
Sayyidatuna Hafsah binti Umar bin Khattab RA
Sayyitatuna Maimunah RA
Sayyidatuna Shafiyah RA
Sayyidatuna Hawa RA
Sayyidatuna Hajar RA
Sayyidatuna Asiyah binti Muzahim RA
Sayyidatuna Maryam bitin Imran RA
Para shahabiyah radiyallohu’anha ajma’in dan kaum Annisa utama yang lain yang sangat banyak yang telah mendapatkan tempat yang mulia disisi Allah swt.

Pancaran Kebersihan hati



by : Sayyid Ibra Assegaf

Mahasuci Allah SWT, Dzat yang menguasai segala-galanya dengan Maha Cermat dan Sempurna. Tahu persis apa yang kita lakukan, tidak hanya lirikan mata, tapi niat di balik setiap lirikan mata. Tidak hanya kata yang terucap, tapi niat dibalik setiap kata yang terucap. Berbahagialah bagi orang-orang yang selalu menyadari bahwa ALLAH Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Menilai segala apa yang kita lakukan, sebab pastilah tidak ada yang luput dari genggaman-Nya, walau satu titik noktah pun jua.

Pastilah pula Allah Ta’ala akan memberikan ganjaran yang setimpal dan balasan yang setimpal pula dari setiap yang kita lakukan. Dan ketahuilah bahwa apapun perilaku yang kita lakukan sebenarnya adalah pancaran dari hati kita. Seumpama sebuah teko, ia hanya akan mengeluarkan isi yang ada di dalamnya. Jika di dalamnya air kopi maka yang keluar juga air kopi, di dalamnya air teh maka yang keluar juga air teh, di dalamnya air bening maka yang dikeluarkan juga air bening. Begitu pula dengan perilaku lahiriah kita, ia adalah cerminan keadaan hati kita yang sesungguhnya.
Artinya, pribadi seorang hamba yang hatinya telah bersih, bening dan lurus karena telah terkelola dengan baik akan tercermin pula dari tampilan dan perilaku lahiriahnya. Diantaranya dapat dilihat dari raut muka atau wajah kita ini, karena kalau hati cerah, ceria, senang, tulus, dari wajah juga akan tampak pancaran ketulusan, jadi jernih, bening, dan senantiasa memancar energi untuk membahagiakan orang lain.
Orang yang hatinya bersih akan tercermin pula dari kerapihan dan kebersihan di lingkungan sekitarnya. Kita sepakat bahwa kumal, kusut, kotor, dan bau adalah perilaku yang tidak disukai agama, karena agama berdiri atas kebersihan. Demikian disabdakan oleh Rasulullah SAW
Kita jangan sampai diperbudak oleh mode. Intinya, kalau orang lain melihat penampilan kita, orang itu menjadi cerah, tentram, senang, dan merasa aman. Tidak usah pula repot dengan menempelkan segala atribut, gambar tempel, atau juga tanda jasa supaya orang lain tahu siapa kita. Buat apa? Semuanya harus wajar dan tidak berlebih-lebihan.
Bagi seorang wanita yang memiliki hati bersih akan terpancar pula dari penampilannya yang tidak over acting, tidak berdandan mencolok, tidak mengumbar aurat tapi justru menjaga dan menutupnya. Hal ini menjadikan orang lain tidak berdosa gara-gara dia.
Pancaran bersih hati lainnya akan tampak terealisasikan pula dari struktur bibir atau senyuman. Pastilah kita akan enak kalau melihat orang lain senyum kepada kita dengan tulus, wajar dan proporsional. Dan senyum itu bukanlah perkara mengangkat ujung bibir -- itu perkara tipu-menipu -- tapi yang paling penting adalah keinginan dari dalam diri untuk membahagiakan orang yang ada di sekitar kita, minimal dengan senyuman. Dan tentu saja dilanjutkan dengan sapaan tulus, ucapan salam "Assalaamu'alaikum", timbul dari hati yang ikhlas, insyaallah ini akan membuat suasana menjadi lebih enak, tentram, dan menyenangkan.
Demikian pula hati yang bersih akan menampakkan kata-kata yang halus dan baik. Lisannya selalu dijaga dari perkataan yang diharamkan seperti dusta, ghibah, menipu dan lainnya, juga akan terhindar dari menyakiti saudaranya. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah menyatakan :
“Muslim (yang benar) adalah yang menjadikan orang islam yang lain selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya” (Al Hadits)
Suatu yang patut kita renungkan, saat duduk di majelis, kadangkala kita suka enggan menyapa orang di samping kita, sepertinya ada tabir atau benteng yang kokoh menghalang. Padahal yakin sama-sama umat Islam, yakin sama-sama mau sujud kepada ALLAH. Kalau kita ada dalam kondisi seperti ini seharusnya tidak usah berat untuk menyapa duluan. Kenapa kita ini ingin disapa lebih dulu? Etikanya memang, yang muda kepada yang tua, yang berdiri kepada yang duduk, yang datang kepada yang diam. Namun sebaiknya mumpung kita punya kesempatan, lebih baik kita duluan yang menyapa.
Maka, sudah seharusnya sapaan kita itu tidak hanya mengoreksi, mengkritik, tapi juga berupa penghargaan, pujian, ucapan-ucapan doa yang tidak harus ada hubungannya dengan masalah pekerjaan. Artinya kalau orang lain bertemu kita, haruslah orang lain itu merasa aman. Kalau mau bicara, sapaan kita juga harus aman, harus bersih dari membuat orang lain terluka. Pokoknya kalau orang lain datang, orang itu harus merasa aman. Ini ciri-ciri orang yang pengelolaan hatinya sudah bagus. Kata-kata, lirikan mata, sikap diri kita harus kita atur sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain, sebab hati tidak bisa disentuh kecuali oleh hati lagi.
Hati yang senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, tenang, sejuk, dan indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tampak pula dalam setiap gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya, tatapan matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekalipun.
Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.
Sebaliknya adalah orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.
Sungguh, orang yang berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu, berharta banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya.
Kebaikan yang ditunaikan dan kejahatan yang diperbuat seseorang pastilah akan kembali kepada pelakunya. Jika berbuat kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala sesuai dengan takaran yang telah dijanjikan-Nya. Sebaliknya, jika berbuat kejahatan, niscaya ia akan mendapatkan balasan siksa sesuai dengan kadar kejahatan yang dilakukannya.
wallahu'alam

36 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman


by Sayyid Ibra Assegaf

1. Bersyukur apabila Mendapat Nikmat
2. Sabar apabila mendapat Kesulitan
3. Tawakal apabila mempunyai Rencana
4. Ikhlas dalam segala amal Perbuatan.
5. Jangan Membiarkan hati Larut dalam Kesedihan.
... 6. Jangan Menyesal atas sesuatu Kegagalan.
7. Jangan Putus Asa dalam menghadapi Kesulitan.
8. Jangan Usil terhadap Kekayaan orang lain.
9. Jangan Iri dan dengki atas kesuksesan orang lain.
10. Jangan Sombong kalau memperoleh kesuksesan.
11. Jangan Tamak akan Harta.
12. Jangan terlalu Berambisi akan Kedudukan.
13. Jangan Hancur akan Kezaliman.
14. Jangan Goyah karena Fitnah.
15. Jangan berkeinginan terlalu Tinggi yang melebihi kemampuan kita.
16. Jangan Campuri Harta dengan Harta yang haram.
17. Jangan Sakiti Hati Ayah dan Ibu.
18. Jangan Usir orang yang meminta-minta.
19. Jangan Sakiti Anak Yatim.
20. Jauhkan diri dari Dosa-dosa Besar.
21. Jangan membiasakan diri melakukan Dosa-dosa Kecil.
22. Banyak berkunjung Kerumah Allah.
23. Shalat dengan Ikhlas dan Khusu’.
24. Shalat di awal Waktu dan berjamaahlah.
25. Biasakan Shalat Malam.
26. Perbanyak Zikir dan Doa.
27. Puasa Wajib dan Sunnat.
28. Sayangi dan Santuni Fakir Miskin.
29. Jangan ada Rasa Takut kecuali pada Allah.
30. Jangan Marah berlebih-lebihan.
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan.
32. Bersatulah Karena Allah dan Berpisahlah karena Allah.
33. Berlatihlah untuk khusyu.
34. Penuhi Janji apabila telah diikrarkan, dan minta maaflah apabila Batal menepati.
35. Jangan mempunyai Musuh kecuali dengan Iblis/setan.
36. Jangan percaya Ramalan Manusia.

Puisi Cinta :)



by Sayyid  Ibra Assegaf

Betapa menakjubkan Aku dapat mengambil gayung Aku dapat menyiduk air

Itulah puisi sederhana dari seorang sufi tak dikenal yang tinggal di sebuah dusun. Mungkin, kita menganggap puisi itu teramat sederhana. Tapi, bagi sang sufi, puisi itu sungguh hebat karena ia mengungkapkan ketakjuban yang luar biasa dari kemampuan dirinya. Apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan, membaca, makan, dan minum -- tampaknya sangat sederhana. Kita tak merasakan sedikit pun bahwa semua itu merupakan ''rangkaian'' pelbagai proses yang amat rumit, kompleks, dan melibatkan perubahan fisika, kimia, dan biologi.

Berjalan, misalnya, sepintas tampak sederhana. Padahal, ada ribuan reaksi biokimia -- mulai dari pergerakan instruksi dari otak, pembuluh darah, hingga kontraksi otot kaki. Bagi si lumpuh, berjalan sungguh merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan. Ada miliaran reaksi biokimia lainnya yang membuat manusia bisa hidup sempurna. Di antaranya adalah reaksi biokimia yang mampu menetralisir zat berbahaya seperti radiasi ultraviolet dan bahan-bahan hasil polusi.

Dari situlah, kita bisa mengerti betapa Maha Penyayang dan Pemurahnya Allah. Manusia diciptakan dengan kelengkapan dan kesempurnaan luar biasa -- secara fisis, kimiawi, biologis, dan matematis -- sehingga tubuh manusia tidak hanya mampu menghadapi segala kondisi atmosfer bumi yang penuh dengan zat-zat berbahaya, tapi juga mampu mengubah zat-zat berbahaya itu menjadi zat bermanfaat bagi tubuh melalui mekanisme dan proses yang rumit dan kompleks.

Allah juga telah menciptakan tubuh manusia dengan sangat indah dan sempurna. Tentu Allah telah menggunakan fungsi-fungsi matematik dengan kecermatan dan ketepatan yang tinggi untuk ''mendesain'' bentuk manusia yang ideal. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang seindah-indahnya'' (QS 95:4).

Dari logika itu, kita bisa memahami betapa sang sufi sangat mengagumi kemampuan dirinya -- yang bisa mengambil gayung dan menciduk air. Sang sufi yang menyadari betapa besar karunia yang telah Allah berikan kepadanya, tak bisa lain akan mengucapkan syukur dalam setiap geraknya. Karena, dalam setiap gerak manusia, sungguh terdapat ''paduan kerja yang amat indah, serasi, dan sempurna dari aspek matematis, fisis, dan biologis'' yang hal itu tak mungkin bisa dilakukan oleh keterbatasan otak manusia. Sungguh Allah Maha Tepat Perhitungan-Nya.

Allah Maha Pemurah. Dia tak menuntut balasan atas semua yang diberikan-Nya kepada manusia. Allah hanya minta manusia berbuat sesuai petunjuk-Nya (Alquran dan Sunah Rasul), agar ''kesempurnaan dan keindahan'' itu tidak rusak. ''Siapa yang menerima petunjuk itu, maka manfaatnya untuk dirinya sendiri, dan siapa yang mengingkarinya, maka akibatnya untuk dirinya sendiri juga (QS 39:41).'

wallahu a'lam..:)

Miskin Cinta


 by Sayyid Ibra Assegaf

Tengoklah dengan hati yang paling bening, sesungguhnya banyak di antara kita masih miskin cinta. Uluran pengemis yang ditepis, para pemimpin umat saling menyeteru, dan orang-orang kaya harta yang miskin cinta. Dada tempat bersemayamnya mahabbah telah menipis diganti angkara dunia. Gunjingan dan gosip menjadi nyanyian sehari-hari. Mereka tidak sadar betapa Allah telah berfirman bahwa bagi orang-orang yang menggunjing dan memfitnah itu, diibaratkan bagaikan manusia yang memakan bangkai sesama saudaranya sendiri.

Ini semua terjadi karena di antara kita bisa jadi sudah kehilangan nuansa cinta, dan sebaliknya sarat dengan muatan keserakahan, persaingan, dan memandang manusia dari kacamata materi, untung dan rugi belaka. Dia santuni dan mencoba ingin akrab dengan manusia yang mempunyai kekuasaan. Sopan dan simpatik penampilannya, tetapi hanya sekadar untuk mendapatkan cipratan materi. Dan berubah wajahnya ketika dia berhadapan dengan orang yang lemah (mustad'afin) dan memalingkan muka dari penderitaan orang-orang miskin.

Sungguh, saat ini kita membutuhkan para pemimpin yang mempunyai wibawa cinta. Dia menampakkan wajahnya yang teduh dengan senyuman di bibir, bukan wajah yang sinis mencibir. Seharusnya dia sadar bahwa dirinya menjadi pemimpin karena adanya orang-orang yang dipimpinnya. Dia lupa bahwa menjadi pemimpin itu adalah menjadi pelayan umat.

Simak dan resapkanlah perilaku akhlakul karimah Nabi Muhammad saw dengan sahabat dan umatnya yang bagaikan cahaya mentari. Perilaku akhlakul karimah beliau itu telah menyentuh nurani umat manusia, menggubah peradaban yang gelap menjadi terang, dan meninggalkan pesan-pesan kepada kita untuk menampilkan diri sebagai umat yang santun, berakhlak, dan saling mencintai penuh kedamaian.

Pada saat Nabi saw meluruskan barisan dalam perang Badar, tanpa sengaja beliau memukul perut Sawad bin Ghazyah dengan anak panahnya. Sawad memprotes, ''Ya Rasulullah, dadaku sakit karena pukulanmu. Aku ingin menuntut qishash''. Mendengar ucapan Sawad, para sahabat marah seraya berkata, ''Betapa teganya engkau menuntut qishah kepada Rosulullah''.

Namun dengan tersenyum, Rasulullah menjawab, ''Biarkan dia menuntut haknya.'' Nabi saw menyingkapkan pakaiannya, dan tampaklah dadanya yang bidang dan putih itu, seraya bersabda, ''Balaslah!''. Tetapi Sawad bukannya memukul, melainkan menubruk dada Rasulullah dan kemudian menciumnya dengan penuh hikmat, seraya berkata, ''Betapa mungkin hamba membalasmu Ya Rasulullah. Sesungguhnya hamba sudah lama merindu mencium dadamu. Selama ini mencari kesempatan agar kulit hamba yang kasar ini dapat menyentuh kulitmu, berilah hamba syafaatmu ya Rasulullah.'' Dan kemudian Nabi mendoakannya.

Rasulullah memimpin dengan cinta, dan merasa terhimpit jiwanya melihat penderitaan orang lain yang mengharapkan uluran tangan dan pantulan cinta yang ikhlas dari sesamanya. wallahu a'lam

Kebahagiaan menurut Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu,


 by Sayyid Ibra Assegaf

Ada 7 Indikator Kebahagiaan menurut Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, apa aja? ini dia..

Suatu hari Sayyidina Ibnu Abbas RA ia ditanya seorang tabiin (generasi sesudah para sahabat) mengenai kebahagiaan dunia. Ibnu Abbas ra yg sejak sudah menunjukkan kecerdasan dan semangatnya menuntut ilmu dan beragam gelar diperolehnya seperti faqih al-ashr (ahli fikih di masanya), imam al-mufassirin (pen

ghulu ahli tafsir), dan al-bahr (lautan ilmu) menjawab ada tujuh indikator kebahagiaan dunia.

Pertama, hati yang selalu bersyukur. Selalu menerima apa yang diberikan Allah SWT dengan ikhlas. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (QS al-Mu’minun [23]: 1).

Kedua, pasangan hidup yang saleh. Pasangan saleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang saleh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada keshalehan. Sebaliknya, istri yang shalehah akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suami dan anak-anaknya.

Ketiga, anak yang shaleh. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya." (HR Muslim).

Rasulullah SAW pernah menjawab pertanyaan seorang anak muda yang selalu menggendong ibunya yang uzur. “Ya Rasulullah, apakah aku termasuk berbakti pada orang tua?” Rasulullah SAW menjawab, “Sungguh Allah ridha kepadamu, kamu anak shaleh, berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu.”

Keempat, lingkungan yang kondusif untuk iman kita. (QS at-Taubah 119). Rasulullah SAW juga mengajarkan agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasihati kita. Pentingnya bergaul dengan orang shaleh, dapat kembali membangkitkan semangat keimanan.

Kelima, harta yang halal. Dalam Islam kualitas harta adalah yang terpenting, bukan kuantitas harta. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam Bab Shadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus, namun sayang makanan, minuman, dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan.”

Keenam, semangat memahami agama. Semakin belajar, semakin cinta kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan menghidupkan hatinya.

Ketujuh, umur yang berkah. Semakin tua semakin shaleh, yang setiap detiknya diisi amal ibadah. Orang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, hari tuanya akan sibuk berangan-angan. Hatinya kecewa bila tidak mampu menikmati yang diangankannya. Orang yang mengisi umurnya dengan amal ibadah, semakin tua semakin rindu bertemu Allah SWT.

wallahu a'lam

Motivasi


by : Sayyid Ibra Assegaf

Hari ini, sebelum lisan berkata buruk, bayangkan mereka yang tidak mampu bicara.

Sebelum menghujat citarasa makanan, pikirkan mereka yang kesulitan mendapatkannya.

Sebelum mencela pasangan hidupmu, bayangkan mereka yang masih menghiba untuk dikaruniai jodoh.

Sebelum bersungut pada kehidupan, pikirkan mereka yang telah meninggal

Sebelum memarahi anak-anakmu, bayangkan mereka yang sulit mendapat

kan keturunan

Sebelum menggerutu malasnya membersihkan rumah, bayangkan mereka yang hidup sehari-hari di lorong jalan.

Sebelum mengomel tentang jauhnya perjalanan saat berkendara, bayangkan mereka yang berjalan kaki.

Sebelum mengoceh tentang pekerjaanmu, empatilah pada mereka yang menganggur dan berharap bisa memiliki posisi sepertimu.

Sebelum menyalahkan orang lain, ingat-ingatlah bahwa tak satupun manusia yang hidup tanpa cela.

Dan, janganlah menyerah karena masalah, tapi tersenyum dan bersyukurlah karena kita telah diciptakan sebagai makhluk termulia di jagat raya yg menjadi pengikut insan termulia, Rasulullah shalallahu alayhi wasallam...

Kelembutan Adalah Pedang Cahaya


  by Ibra Assegaf

Kelembutan adalah suatu hal yang mulai sirna di zaman ini. Terutama di lingkungan kita. Tidak jarang dalam sehari kita menemukan berkali-kali bentuk kekasaran yang terjadi, mulai di lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, pasar, dirumah-rumah hingga sajian ditelevisi yang berupa film, sinetron, bahkan lawakan sekalipun. Kasar disini maksudnya bukan kasar didalam tindakan fisik namun menyeluruh. Kasar didalam bentuk fisik dan kasar didalam tindakan. Padahal Rasulullah shalallahu alayhi wasallam mengajarkan kepada kita untuk selalu berlemah lembut baik dalam sopan santun, tindakan dan bahasa.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughoffal radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah saw bersabda :

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَيْهِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Dia memberi pada kelembutan yang tidak diberikan pada kekerasan." (HR Al Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud bab Adab).

Diriwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah saw bersabda :

يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ

"Hai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya." (HR Muslim)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah saw bersabda :

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَيْهِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

"Sesungguhnya Allah Maha lembut dan mencintai kelembutan, dan Dia memberi atas dasar kelembutan sebagaimana Dia tidak memberi atas dasar kekerasan." (HR Imam Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw bersabda:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ

"Sesungguhnya Allah Maha lembut dan mencintai kelembutan dalam segala perkara." (HR Imam Ibnu Majah)

dari Ali bin Abu Thalib Radli Allahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

"Sesungguhnya Allah itu lembut dan menyukai lemah lembut, dan Allah akan memberi kepada yang lemah lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar."(HR Ahmad).

dari Abdullah bin Mughaffal dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

"Sesungguhnya Allah Azza wajalla Maha Penyantun, menyukai kasih sayang dan memberi kepada orang yang santun suatu hal yang tidak diberikan kepada orang yang bengis." (HR Ahmad)

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَيْهِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Lembut, Dia suka kelembutan dan memberi padanya apa yang tidak Dia berikan karena sikap kasar." (HR Darimi).

dari Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ

Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal." (HR Darimi)

Diriwayatkan dari Urwah bahwa Sayyidatina Aisyah RA berkata :

دَخَلَ رَهْطٌ مِنْ الْيَهُودِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكَ فَفَهِمْتُهَا فَقُلْتُ عَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْلًا يَا عَائِشَةُ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ

"Beberapa orang dari kaum Yahudi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mereka berkata; "Assaamu 'alaika (kebinasaan atasmu)." Maka aku pun memahami ucapan mereka, aku langsung menjawab; "'Alaikumus saam walla'nah (semoga atas kalian kebinasaan dan juga laknat)." maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai kelembutan disetiap perkara." Aku berkata; "Wahai Rasulullah, apakah anda tidak mendengar apa yang diucapkan mereka?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah menjawabnya; "wa'alaikum (dan atas kalian juga)." (HR Bukhari)

Diriwayatkan Abdullah bahwa Rasulullah saw berdoa,

أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kelembutan dan kejayaan." (Sunan Ibnu Majah)

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ

"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla menyukai kelembutan dalam sehala hal." (HR Ahmad)

Demikian himbauan dan tuntunan yang mulia dari Sayyidina Muhammad, tuntunan terindah dari semua tuntunan. Hidup kita bahagia, tenang dan damai dengan tuntunan Sayyidina Muhammad SAW.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasul SAW bersabda :

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَايُرْحَمُ

“ Barangsiapa yang tidak mengasihani, maka ia tidak dikasihani “

Jadi semakin kita bengis kepada orang lain, hati-hati takdir Allah semakin bengis kepada kita. Maka semakin kita berlemah lembut kepada orang lain, Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang makin berlemah lembut kepada kita.

Maka berlemah lembutlah kepada orang lain semampunya , dan berusahalah jika orang-orang berbuat jahat kepada kita doakan agar dia diberi hidayah, karena banyak dari teman dan saudara kita itu berbuat kemungkaran karena dijebak oleh syaitan, hatinya tidak mau, hatinya ingin baik, mungkin ia melihat kalian hadir ke majelis hatinya terpanggil walaupun dia sedang dalam keadaan mungkar dan dosa , (si pendosa berkata dalam hatinya) “aku ingin seperti dia hadir ke majelis” namun dikalahkan oleh kekuatan syetan,,”ah nanti saja lain waktu”, nah hal seperti ini yang perlu dikasihani, hidayah ada di hatinya tapi ia dikalahkan oleh kekuatan syetan maka perlu dikasihani, diseru dengan kelembutan dan diajak kepada keluhuran.

Warisi perjuangan Nabi kita Muhammad SAW dalam hari-hari kita, bukan berarti harus menjadi Da’i semua namun jadilah penyeru ke jalan keluhuran di rumah, di tetangga, di pekerjaan, di sekolahan, kenalkan budi pekerti yang baik pada ayah bunda,

“kenapa ayah ibu saya selalu kasar pada saya?” Kalau kau berlemah lembut pada mereka sekali,dua kali, tiga kali, seminggu dua minggu, belum satu bulan engkau berlemah lembut pada ayah ibu mu, kau akan menjadi orang kesayangannya, dan kau tidak akan disakiti perasaanmu karena kau menjadi anak yang di banggakan, kenapa ? karena sangat berlemah lembut pada Ayah Bunda nya.

Hampir semua orang yang bengis kepada orang lain, kalau ia di lemah lembuti maka ia akan berubah menjadi baik, kenapa? Karena, pedang akhlak dan budi pekerti itu adalah pedang cahaya, kalau pedang besi hanya bisa merobek dada atau jantung, membunuh…, paling banyaknya tidak bisa lebih dari itu,
tapi pedang cahaya itu bisa menembus sanubari , merubah hati yang keras menjadi hati yang lembut penuh cahaya, membuat orang yang bengis menjadi orang yang sangat sering menangis, membuat orang yang selalu berbuat jahat menjadi orang yang selalu berbuat baik, membuat musuh terjahat menjadi teman tersetia, itulah pedang cahaya akhlak Sayyidina Muhammad SAW . Demikian banyak saya tidak bisa sebutkan satu persatu, riwayat Shahih Bukhari dan lainnya ; orang yang berkata kepada Nabi Muhammad SAW tidak ada orang yang lebih kubenci dari Muhammad SAW, tapi setelah keramahan beliau berubah menjadi orang yang paling dicintainya adalah Sayyidina Muhammad SAW .

Wallahu a'lam

RASA BERDOSA



by Sayyid Ibra Assegaf

As Salamu'alaykum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh ...

Kastrotul masaas yufqidul ihsaas, Ini adalah pepatah Arab yang artinya adalah sesuatu kalau sering disentuh akan berkurang rasanya. Pada sentuhan pertama kita akan merasakan rasanya sangat kuat tetapi pada sentuhan kedua, ketiga, dan seterusnya, rasa itu akan terus berkurang. Pertama kali manusia menembus angkasa dan mendarat di bulan, beritanya begitu menggemparkan. Tetapi, ketika ekspedisi kedua, ketiga, dan seterusnya gaung beritanya mulai berkurang.

Begitu juga dengan diri kita terhadap dosa. Pertama kali berbuat dosa, diri yang fitri akan bergetar takut. Rasa takut ini akan berkurang apabila dosa yang sama diulang kedua kalinya. Dan, akan terus berkurang pada pengulangan ketiga, keempat, sampai akhirnya pekerjaan dosa itu menjadi biasa, menjadi adat dan kebiasaan.

Imam Hasan Al Bashri berkata, ''Yang aku takutkan adalah apabila hati kita telah terbiasa dengan dosa-dosa. Hati adalah bagian yang sangat peka dalam diri manusia, tetapi kepekaan ini akan hilang dengan dosa yang berulang-ulang.''

Dengan jelas Rasulullah saw juga telah menggambarkan hilangnya kepekaan hati. Hati itu, kata Rasulullah saw, pada awalnya ibarat kain putih tanpa noda. Bila seseorang melakukan dosa maka akan ada titik hitam pada hati itu. Jika dia bertobat, maka titik hitam itu akan dihapus dan hatinya kembali putih. Tapi, bila tidak dan dia kembali mengulang berbuat dosa maka titik hitam itu ditambah lagi sampai akhirnya hatinya menjadi hitam legam. Hati seperti ini tidak lagi peduli dengan kemungkaran dan tidak lagi mengenal kebajikan. Inilah hati yang disebut Alquran sebagai al Qulub al Qosiyah, yang lebih keras dari batu sekalipun.

Secara lebih jelas dapat dirinci fase-fase hati menjadi qosiyah (keras membatu) sebagaimana dijelaskan Alquran. Pertama, dimulai dengan lupa dzikir kepada Allah karena dikuasai setan: ''Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah,'' (QS 58:19). Kedua, karena lupa kepada Allah maka Allah lupakan mereka kepada diri mereka sendiri: ''Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri,'' (QS.59:19). Ketiga, kemudian setan akan menjadi teman paling dekatnya: ''Barang siapa yang berpaling dari dzikrullah maka akan Aku jadikan setan sebagai teman yang selalu menyertainya,'' (QS.43:36).

Keempat, setan ini akan menghiasi semua perbuatan mungkar yang dilakukan sehingga nampak baik dan benar baginya: ''... Dan setan pun menghiasi bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka,'' (QS.29:38). Kelima, karena itu semua maka hati mereka mengeras bagai batu bahkan lebih keras daripada batu.

Tetapi yang lebih berbahaya dari hilangnya kepekaan hati terhadap dosa adalah hilangnya kepekaan atas azab Allah. Sering orang tak tahu bahwa ia sedang diazab Allah karena dosanya. Azab ini bisa berbentuk musibah, bencana, krisis, dan sebagainya, tetapi juga bisa berbentuk kenikmatan duniawi.

wallahu a'lam

Abstrak




Adakah pelukis yang melukis sebuah lukisan indah demi lukisan itu sendiri?

Tidak, tujuannya ialah untuk menyenangkan anak-anak atau mengingatkan kembali teman-teman yang telah lama berpisah kepada kenangan terhadap mereka yang mencintainya.

Adakah pembuat tembikar yang membuat kendi demi kendi itu sendiri dan bukan karena mengharapkan air?

Adakah kaligrafer yang menulis demi tulisan semata dan bukan demi kepentingan pembacanya?

28 September 2012

Rumah Yang Penuh Berkah Itu Begini Rasulullah Mengajarkan..


by Habib Ibra Assegaf

Rumah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di sanalah seseorang mendapatkan tempat berlindung dari cuaca panas dan dingin, atau tempat kembali setiap kali bepergian. Di rumah pula, segenap anggota keluarga dapat melakukan berbagai aktivitas.



Selain itu, rumah juga berfungsi sebagai tempat pembinaan. Rumah adalah lokasi terbaik dalam menyemai benih-benih kebaikan serta keimanan dari sebuah keluarga. Sehingga, tidak berlebihan jika setiap orang mendambakan rumah yang nyaman, sejuk, agar mendukung terciptanya keluarga sakinah.



Tidaklah cukup hanya sekadar membangun fisik rumah secara mewah serta mentereng. Namun yang terpenting adalah membangun suasana kondusif dengan dinaungi nilai-nilai Islami dan pada akhirnya sanggup menenteramkan batin penghuninya.



Rasulullah SAW banyak memberikan tuntunan kepada umat yang ingin menjadikan tempat tinggal mereka penuh harmoni dan keberkahan. Nabi SAW memberikan panduan agar jangan berlebihan dalam membangun tempat tinggal. Melainkan, rumah seorang Muslim adalah yang cukup untuk sekadar mampu menutupi dari pandangan orang lain dan melindunginya dari bahaya hewan buas.



Paling tidak, pedoman sebuah rumah yang baik adalah yang bisa memberikan rasa nyaman serta asri. ‘’Dengan begitu, penghuninya akan merasa nyaman, juga merasa terlindungi,’’ papar Syekh asy-Syaami.



Sikap dan tindak tanduk penghuni rumah turut memberikan kontribusi bagi terciptanya suasana tenteram. Nabi SAW menekankan, agar setiap Muslim memperhatikan adab ketika hendak masuk rumah.



‘’Jika kamu hendak masuk rumah, maka sebaiknya kamu ucapkan salam, karena hal itu akan membawa keberkahan bagi kamu dan keluargamu.’’ (HR Tirmidzi)



Ada beberapa hal lain yang patut mendapat perhatian. Rasulullah mencontohkan, saat masuk rumah, jangan secara tiba-tiba, tanpa sepengetahuan keluarga yang ada di dalam, agar mereka tidak kaget. Itulah tujuannya seseorang mengucapkan salam lebih dulu.



Beliau juga berdoa saat pulang ke rumah. ‘’Segala puji hanya milik Allah SWT semata, Zat yang telah memberiku kecukupan dan tempat berlindung, yang telah memberiku makan dan minum, yang telah memberiku karunia dan melebijkannya. Ya Allah, aku meminta kepada-Mu selamatkanlah aku dari api neraka.’’



Dan ketika sudah masuk dalam rumah, beliau biasanya membuka pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan. ‘’Nabi menanyakan bagaimana keadaan mereka (anggota keluarga yang lain),’’ tutur Syekh asy-Syaami.



Hendaknya, segala aktivitas yang dilakukan di rumah, tidak terlepas dari niat untuk meraih ridha Allah SWT. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah menekankan, ketika masuk rumah dan sebelum makan di rumah, seseorang sebaiknya menyebut asma Allah.



Maka setan pun berkata, ‘’Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam bagi kalian.’’ Akan tetapi, jika tidak menyebut asma Allah, setan berkata, ‘’Malam ini kalian mendapatkan tempat bermalam dan hidangan makan malam.’’



Dianjurkan pula kepada penghuni rumah untuk senantiasa melingkupi suasana rumah dengan bacaan Alquran. Sabda Nabi SAW, ‘’Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sungguh, rumah yang di dalamnya selalu dibacakan ayat-ayat Alquran, tidak dimasuki setan.’’ (HR Tirmidzi)



Rasulullah juga menjaga keharuman di dalam rumah beliau. Ini mengingat beliau sangat menyukai wewangian. Oleh sebab itu, di dalam rumah sebaiknya penghuni benar-benar menjadi kebersihan, khususnya kamar mandi untuk menghindari munculnya bau yang kurang sedap.



Dari pandangan Syekh Yusuf al Qardhawi, setidaknya terdapat empat elemen terwujudnya rumah yang Islami. Pertama, luas dan bersih, kedua, menghias rumah secara halal dan tidak berlebihan, ketiga, tidak memajang patung di rumah. ‘’Serta keempat, tidak memelihara anjing,’’ ungkap ulama terkemuka itu.



Apabila keluarga itu berkelebihan, dianjurkan untuk memelihara anak yatim, sesuai sabda Rasulullah. ‘’Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.’’ (HR Ibnu Majah). wallahu a'lam