Rasulullah selalu mencium istrinya setiapkali mau pergi ke masjid♧.
Hal ini pernah disampaikan oleh Siti Aisyah melalui haditsnya, “Bahwa Nabi saw biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat (di masjid).” (H.R. Abdur-Razaq).
Hadits tersebut merupakan isyarat bagi kita, betapa pentingnya seorang suami maupun istri untuk selalu mencium pasangannya, sekalipun keluar rumahnya hanya beberapa saat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga cinta dan kasih diantara mereka berdua.
Suatu hari, demikian dikisahkan, seorang lelaki mendatangi Imam Hambali (780-855). Ia lelaki yang
banyak bergelimang maksiat.
Tiba-tiba ia datang ke majelis pengajian Imam Hambali untuk menceritakan mimpinya.
Dalam mimpi itu, kata lelaki itu, ia merasa tengah berada dalam kerumunan manusia yang ada di hadapan Rasulullah SAW.
Rasul tampak berada di tempat yang agak tinggi. Satu per satu, orang-orang mendatangi Rasul dan berkata, "Doakan saya ya Rasulullah ." Rasul pun mendoakan orang-orang itu.
As Salamu'alaykum warahmatullahi ta'ala wabarakatuhu ...
''Pernahkah Anda melihat orang yang berbuat jahat terhadap orang yang
amat dicintainya?'' seseorang bertanya pada Abu Dzar al-Ghiffari,
sahabat Rasulullah SAW. ''Pernah, bahkan sering,'' jawab Abu Dzar.
''Dirimu sendiri itu adalah orang yang paling kamu cintai. Dan kamu
berbuat jahat terhadap dirimu bila durhaka kepada Allah,'' jelasnya.
Dengan mengacu pada pendapat Abu Dzar tadi, sebenarnya banyak di antara
kita yang tega berbuat jahat terhadap 'orang' yang amat dicintainya.
Tapi anehnya, kita -- yang gemar berbuat dosa -- lupa bahwa apa yang
kita lakukan sesungguhnya merupakan perwujudan kebencian terhadap diri
sendiri. Cinta adalah fitrah yang diberikan Allah untuk semua makhluk
guna mempertahankan eksistensinya. Manusia berkembang biak karena cinta.
Kelestarian lingkungan menjadi kepedulian manusia karena cinta. Dan
yang lebih penting, cinta -- ini yang perlu kita sadari -- merupakan
refleksi keberadaan alam malakuti yang abadi. Itulah sebabnya, bila dua
sejoli sedang dimabuk cinta, maka apa yang terbayangkan dan
diangankannya, cinta mereka akan abadi. Tapi sayang, keabadian cinta
yang diangankannya hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat duniawi,
yang justru menghambat cinta malakuti.
Salah satu unsur penting
yang menghambat perjalanan cinta malakuti adalah cinta dunia (hubb
al-dunya). Cinta dunia, dilukiskan oleh Sayyidina Ali, sebagai biang
dari segala bencana. Bila hati manusia sudah terperosok dalam cinta
dunia, maka logika-logika aneh pun muncul dari pikirannya.
Salah satu logika anehnya, kata Abu Dzar, ia amat berharap rahmat dan
ampunan dari Allah, padahal dalam hidup sehari-harinya, ia amat jauh
denganNya. ''Rahmat dan ampunan Allah,'' tegas Abu Dzar, ''tak
dihambur-hamburkan begitu saja hingga setiap orang akan
mendapatkannya.'' Kata Abu Dzar, setan punya senjata pamungkas, berupa
godaan pada manusia untuk mengharap rahmat Allah, sementara ia terus
berusaha menjauhkannya dari ibadah dan amal saleh. Korban senjata
pamungkas ini paling suka memaafkan dirinya sendiri. ''Rahmat Allah
Mahaluas. Dosaku pasti dimaafkanNya,'' kata korban. Padahal ia tetap
saja tak mau bertobat.
Orang yang berbuat dosa, tulis Imam
Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, bukan hanya mencelakakan dirinya, tapi
juga menghina Allah, karena ia menyelewengkan amanah yang telah
diberikan kepadanya. Lidah dan tangan yang Allah berikan kepada manusia
untuk dipakai berzikir serta beramal saleh, misalnya, ia diselewengkan
untuk mengumpat dan mengambil hak orang lain. Naudzubillah mindzalik!
Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang. Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak
anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala
sesuatunya.
Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi
hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya
dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya
hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.
Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda.
Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra bila berjalan di lorong-lorong Kota
Madinah dan melihat anak kecil, beliau segera menemuinya dan
membungkuk, seraya berujar, "Nak, mintalah pada Allah, agar mengampuni
kami." Para sahabat Umar pun heran dengannya dan bertanya, "Engkau
meminta pada anak kecil agar ia berdoa pada Allah untukmu?" Jawab Amirul
Mukminin itu, "Mereka belum
balig dan
catatan amal belum berlaku padanya, maka doanya mustajab di sisi Allah.
Sedangkan kita sudah dewasa dan catatan amal sudah ada pada kita."
Itulah ekspresi ketakutan pada Allah yang menyergap sang Khalifah kedua
ini, seorang yang tegap dan gagah perkasa, namun kecemasannya pada
Allah sungguh mengundang decak kagum, seolah tak pantas dengan postur
tubuhnya yang tinggi; konon di wajahnya ada dua garis hitam bekas aliran
air mata (takut pada-Nya).
Ketika Umar bin Khattab membaca
surah at-Takwir ayat 1, yang artinya "Apabila matahari digulung," hingga
ayat 10 "Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,"
beliau tersungkur, pingsan. Suatu saat, Amirul Mukminin ini melewati
rumah seseorang yang tengah shalat dan membaca surah ath-Thur. Beliau
berhenti seraya menyimaknya, dan begitu sampai pada ayat 7-8,
"Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi, tidak seorang pun yang dapat
menolaknya," beliau pun turun dari himarnya, lalu bersandar di dinding,
dan diam tercenung beberapa saat. Dan sepulangnya di rumahnya, Umar
sakit sebulan lamanya. Orang-orang menjenguknya dan mereka tak tahu apa
yang dikeluhkannya.
Getar kecemasan semacam ini sesungguhnya
hanya serpihan kecil di antara mutu manikam pesona akhlak yang melekat
dalam diri sahabat, tabiin, dan orang-orang salih dulu kala. Dan, hal
itu sangat fungsional sekali dalam melahirkan pribadi-pribadi yang
berkarakter ideal, yakni intens beribadah dan produktif dalam melakukan
amal salih lainnya, serta bisa meredam diri dari tindak-tanduk yang
menyimpang.
Dengan demikian, ketakutan (khauf) penting dimiliki
oleh seorang Muslim, karena Abu Hafs- sufi kelahiran Uzbekistan-
berujar, "Khauf adalah pelita hati, dengan khauf akan tampak baik dan
buruk hati seseorang." Sementara Alquran mengingatkan, "Maka janganlah
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman." (Ali Imran: 175). Dalam ayat lain,
Allah menjelaskan karakter orang Mukmin dengan, "Lambung mereka jauh
dari tempat tidurnya, sedangkan mereka menyeru kepada Rabb mereka dengan
penuh rasa takut (khauf) dan harap." (QS as-Sajdah: 16).
Dalam
banyak ayat-Nya, Allah bukan hanya memerintahkan agar takut, tapi juga
sering melukiskan berbagai hal yang seyogiannya membuahkan ketakutan
pada hamba, misalnya, ketika menjelaskan tentang neraka jahanam,
huru-hara kiamat, atau musibah umat yang lalu. Beda dengan kaum salafus
salih dulu kala yang gampang terketuk, tergores, bahkan terguncang
hatinya dengan menyimak Alquran, manusia sekarang mungkin perlu melihat
secara nyata bagaimana kekuasaan Allah itu tampil di muka bumi ini,
sehingga berbagai musibah dan bencana pun datang silih berganti. Lantas,
masih enggankah kita mengambil pelajaran? Wallahu a'lam bishshowwab.
*´♥♥¨` Ƴαиɢ ρɛятαмα,*´♥♥¨`
Cinta yang akan mengajarkan kamu untuk menjadi diri sendiri..
Yang kemudian akan kamu tinggalkan begitu saja..
Kamu akan belajar untuk menyesal......
*´♥♥¨` Ƴαиɢ κɛ∂ʋα,*´♥♥¨`
Cinta yang membutakan dan membuat kamu melihat dunia dengan cara yang berbeda..
Dan kemudian dia akan meninggalkan kamu dengan penuh luka..
Kamu akan belajar untuk menghargai..
*´♥♥¨` Ƴαиɢ κɛтιɢα,*´♥♥¨`
Cinta yang datang untuk menyelamatkan kamu dari semua keterpurukan itu..
dan dia akan bertahan bersamamu selamanya..
Kamu akan belajar percaya..
by Sayyid Ibra Assegaf
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".
Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat.
Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya,
"anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?"
Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya,
"Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja".
"Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a.
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.
Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak,
"siapakah kamu ?".
Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa".
"Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu.
"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu,
"Aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata,
"benarkah demikian????, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... "
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
Berapa kecepatan cahaya itu?
Dalam
fisika, laju cahaya merupakan sebuah konstanta yang disimbolkan dengan
huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa
Latin) yang berarti "kecepatan".
Kecepatan cahaya dalam sebuah ruang hampa udara didefinisikan saat ini pada 299.792.458 meter per detik (m/s)
atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h)
atau 186.282.4 mil per detik (mil/s)
atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h),
yang ditetapkan pada tahun 1975 dengan toleransi kesalahan sebesar 4×10−9.
Pada
tahun 1983, satuan meter didefinisikan kembali dalam Sistem Satuan
Internasional (SI) kemudian ditetapkan pada 17th Conférence Générale des
Poids et Mesures sebagai ... the length of the path travelled by light
in vacuum during a time interval of 1⁄299.792.458 of a second,
sehingga nilai konstanta c dalam meter per detik sekarang tetap tepat
dalam definisi meter, sebagai jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam
ruang hampa pada 1⁄299.792.458 detik atau kalau dibulatkan menjadi
299792.5 Km/detik, demikian angka yang ditemukan dan menjadi
kesepakatan bersama para Ilmuwan yang masih diakui hingga saat ini.
Sumber lain juga menuliskan tentang kecepatan cahaya :
US National Bureau of Standards, C = 299792.4574 + 0.0011 km/det
The British National Physical Laboratory, C = 299792.4590 + 0.0008 km/det
Konferensi
ke-17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar: ”Satu meter adalah
jarak tempuh cahaya dalam ruang vacum selama jangka waktu 1/299.792.458
detik" (atau kalau dibulatkan menjadi 299.792.5 Km/detik)
jadi intinya kecepatan cahaya adalah : 299.792.5 Km/detik
Sampai
disini mari kita bertanya, apakah Al-Qur'an, kitab sucinya umat Islam
juga memuat keterangan ini? tentang kecepatan cahaya ini? dan Angkanya
berapa? dan jika ada, seberapa jauhkan perbedaan angka kecepatan cahaya
versi Al-Qur'an itu jika dibandingkan dengan angka kecepatan cahaya
versi Ilmuwan diatas?
Bagi kita Umat Islam, Al-Qur’an
adalah sebuah kitab suci yang memiliki semua rahasia kehidupan. Begitu
banyak misteri yang terkandung didalamnya yang belum terpecahkan. Baik
secara ilmu batiniah, maupun ilmu-ilmu lahiriyah atau ilmu-ilmu
modern, sains yang berkembang sekarang.
Jika kita
secara sepintas lalu saja membolak-balik kitab Al-Qur'an dari lembar
ke lembar, juz ke juz, mungkin kita tidak akan menemukan keterangan
tentang angka kecepatan cahaya ini didalamnya. Namun jikalah kita mau
meneliti Al-Qur'an jauh lebih dalam lagi, lebih jernih lagi, lebih
teliti lagi, maka kita akan menemukan keterangan Kecepatan Cahaya ini
didalam kitab suci tercinta kita !
Dan ternyata sangat
benar, jika kita tafsirkan dengan benar di dalam Al-Qur’an akan
ditemukan rumus kecepatan cahaya yang ternyata jika dicocokkan dengan
angka-angka temuan para ilmuwan tidak jauh berbeda, yakni : 299.792.5 Km/detik
Inilah ayat-ayatnya :
Surrah Yunus (10) ayat 5
: Huwal ladzii ja'alasy syamsa dhiyaa-aw wal qamara nuuraw wa
qaddarahuu manaazila li ta'lamuu 'adadas siniina wal hisaaba maa
khalaqallaahu dzaalika illaa bil haqqi yufashshilul aayaati liqaumiy
ya'lamuun ("Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (jalan-jalan) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
haq. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui)
Surrah Anbiyaa (21) ayat 3 : Wa huwal ladzii khalaqal laila wan nahaara wasy syamsa wal qamara kullun fii falakiy yasbahuun (Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya)
Surrah Sajdah (32) ayat 5 : Yudabbirul amra minas samaa-i ilal ardhi tsumma ya'ruju ilaihi fii yaumin kaana miqdaaruhu alfa sanatim mim maa ta'udduun. (Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu)
Berdasar
ayat-ayat tersebut diatas, terutama ayat yang terakhir (QS. 32:5)
dapat disimpulkan bahwa jarak yang dicapai Sang Urusan selama satu hari
sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun, dan karena
satu tahun adalah 12 bulan, maka waktu tersebut menjadi 12000 bulan.
Sekarang mari kita mainkan rumus fisika, Secara matematis dapat dituliskan sebagai:
c . t = 12000 . L
dimana : c = kecepatan Sang Urusan
t = waktu selama satu hari
L = panjang rute edar bulan selama satu bulan
Panjang
rute edar bulan selama satu bulan adalah panjang kurva yang dibentuk
oleh bulan selama melakukan revolusi pada sistem periode bulan sideris.
Periode bulan sebenarnya ada dua jenis, sideris dan sinodis. Berbagai
sistem kalender telah diuji, namun sistem kalender bulan sideris
menghasilkan nilai c yang persis sama dengan nilai c yang sudah
diketahui melalui pengukuran Dua macam sistem kalender bulan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Sistem sinodis, yang didasarkan atas penampakan semu gerak bulan dan matahari dari bumi, dimana:
1 hari = 24 jam
1 bulan = 29.53059 hari
2. Sistem sideris, yang didasarkan atas pergerakan relatif bulan dan matahari terhadap bintang dan alam semesta, dimana:
1 hari = 23 jam 56 menit 4.0906 detik
= 86164.0906 detik
1 bulan = 27.321661 hari
Ada
perbedaan antara periode bulan sideris dan sinodis. Pada periode
sinodis, satu bulan penuh adalah 29.5 hari dimana posisi bulan kembali
ke posisi semula tepat pada garis lurus antara matahari dan bumi, dan
rutenya berupa lingkaran. Sementara pada periode bulan sideris satu
bulan penuh ditempuh selama 27.3 hari dan rutenya bukan berupa
lingkaran, melainkan berbentuk kurva yang panjangnya L. Nilai L ini
secara matematis dapat dituliskan sebagai:
L = v . T
Dimana:
v = kecepatan gerak bulan
T = periode revolusi bulan
= 27.321661 hari
Sudut yang dibentuk oleh revolusi bulan selama satu bulan sideris, adalah:
27.321661 hari
a = --------------------- x 360o
365.25636 hari
a = 26.92848o
Sebuah catatan yang perlu diketahui adalah tentang kecepatan bulan (v). Ada dua tipe kecepatan bulan, yaitu:
1. Kecepatan relatif terhadap bumi yang bisa dihitung dengan rumus berikut:
ve = 2 . p . R / T
dimana
R = jari-jari revolusi bulan = 384264 km
T = periode revolusi bulan = 655.71986 jam
Jadi
ve = 2 x 3.14162 x 384264 km / 655.71986 jam
= 3682.07 km/jam
2. Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta.
Kecepatan ini yang akan diperlukan untuk menentukan perhitungan
kecepatan cahaya (sang urusan). Menurut Albert Einstein, kecepatan jenis
kedua ini dapat dihitung dengan mengalikan kecepatan jenis pertama
dengan Cos a, sehingga secara matematis:
v = ve x Cos a
Dimana:
a = sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sideris,
= 26.92848o
Selanjutnya dengan mengingat beberapa parameter yang sudah diketahui berikut ini:
L = v . T,
v = ve . Cos a,
ve = 3682.07 km/jam,
a = 26.92848o,
T = 655.71986 jam, dan
t = 86164.0906 det,
maka nilai kecepatan sang urusan akan menjadi:
c.t = 12000 . L
c.t = 12000 . v.T
c.t = 12000 .(ve.Cos a).T
c = 12000.ve.Cos a.T/t
c = 12000 x 3682.07 km/jam x 0.89157 x 655.71986 jam/86164.0906 det
c = 299792.5 km/det
Jadi:
c = 299792.5 km/det...!!
Kita
bandingkan c (kecepatan sang urusan) hasil perhitungan ini dengan
nilai c (kecepatan cahaya) sebagaimana yang sudah diketahui!
Nah, Nilai c hasil perhitungan => c = 299792.5 km/detik
Nilai c hasil pengukuran:
1. US National Bureau of Standards, c = 299792.4574 + 0.0011 km/detik
2. The British National Physical Laboratory, c = 299792.4590+0.0008 km/detik
3. Konferensi ke 17 tentang Ukuran dan Berat Standar "Satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang hampa selama 1/299792458 detik"
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran surat ke 32, ayat : 1 s/d 5:
Dengan nama Allah yang Maha pengasih Maha penyayang
Alif
Lam Mim. Turunnya kitab ini tanpa keraguan padanya, dari Rabb semesta.
Tetapi mengapa mereka mengatakan:"Ia (Muhammad saw)
mengada-adakannya". Sebenarnya ini adalah kebenaran dari Rabbmu, agar
kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka
orang yang memberi peringatan sebelummu; agar mereka mendapat petunjuk
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam periode,kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Tidak ada bagi kamu selain daripada -Nya seorang penolongpun dan tidak
(pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut
perhitunganmu Kesimpulan:
"Perhitungan
ini membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta c hasil
pengukuran selama ini dan juga mnunjukkan kebenaran Al-Quranul karim
sebagai wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam karena
penulisnya adalah Sang Pencipta Alam Semesta. Wa Allahu a’lamu
bish-showwaab"
Orang yang cerdas lagi kreatif dapat mengubah kerugian menjadi
keuntungan. Sedang orang yang bodoh lagi nervous akan membuat suatu
musibah yang menimpa diri menjadi dua musibah, ibarat pepatah “sudah ja
tuh tertimpa tangga pula.”
Rasulullah SAW diusir dari Makkah. Ternyata di Madinah, beliau dapat
mendirikan sebuah peradaban Islam yang memenuhi lembaran sejarah
keberhasilan dan kecemerlangannya.
Ahmad bin Hambal dipenjara dan dihukum cambuk, setelah itu jadilah ia pemimpin ulama sunnah.
Al-Sarkhasi disekap di dasar sumur yang tidak dipakai lagi. Di sanalah ia dapat menulis dua puluh jilid buku dalam ilmu fiqih.
Ibnu Atsir menghabiskan masa pensiunnya menulis Kitab Jam’ul Ushul dan
An-Nihayah yang keduanya merupakan kitab Hadits yang paling terkenal dan
paling bermanfaat.
Ibnul Jauzi diasingkan dari Baghdad, ia pun memanfaatkan waktu itu dengan menulis tajwid tentang Qiroat Sab’ah.
Malik bin Raib terserang demam yang membawa kepada kematiannya, maka
dalam masa sakitnya itu ia menggubah qasidahnya yang indah lagi terkenal
di kalangan semua orang, sehingga ketenaran dan keindahannya memadai
diwan-diwan para penyair kondang pada masa pemerintahan Khalifah
‘Abbasiyyah.
Demikian juga Abu Dzuaib Al-Hudzali (penyair
jahiliyyah) ketika kelima anaknya meninggal dunia di Madinah. Ia terus
meratapinya dengan menuangkan eposnya tersebut dalam suatu qasidah yang
membuat dunia mendengarkannya penuh perhatian, banyak orang terperangah
kagum akan keindahannya, dan sejarah mengacungkan jempol kepadanya.
Masih banyak lagi contoh inspiratif yang terjadi diberbagai belahan
dunia ini jika kita mau mengambil ibrah. Kadangkala, Jika kita terbentur
suatu musibah, kita larut dalam musibah tersebut tanpa melihat sisi
cerahnya.
Ibaratnya, jika kita dapati segelas minuman lemon,
bubuhkanlah padanya sesendok gula. Jika kita diserang seekor ular, ambil
saja kulitnya yang berharga dan buanglah yang lainnya. Atau jika
disengat oleh kalajengking, ketahuilah bahwa racunnya mengandung serum
yang ampuh untuk melawan racun ular berbisa.
Demikianlah orang
cerdas yang mampu mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang keras
agar ia dapat mengeluarkan darinya buat kita bunga mawar dan bunga
melati yang indah lagi harum.
Sebagaimana Firman Allah SWT, “Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu lebih baik bagi kalian. ”(QS Al-Baqarah: 161).
Kerajaan Prancis sebelum masa revolusinya yang dahsyat pernah menahan
dua orang penyair ulung mereka, salah seorangnya bersifat optimistis,
sedang yang lain bersifat pesimistis. Keduanya mengeluarkan kepalanya
masing-masing dari jendela penjara.
Adapun yang bersifat
optimistis, maka ia menatapkan pandangannya ke arah bintang-bintang,
lalu tertawa, sedang yang pesimistis memandang ke bawah melihat tanah
yang ada di jalan sebelah penjaranya, lalu menangis.
Pandanglah
sisi lain dari tragedi yang menimpa diri, karena sesungguhnya keburukan
yang murni itu tidak ada ujudnya. Bahkan yang ada di sana adalah
kebaikan, penghasilan, kemudahan, dan pahala. wallahu a'lam
Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir
untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju
kepada sebuah cangkir yang cantik.
"Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya.
"Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,"ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara
"Terima
kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak
cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok
tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin
dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar."
"Kemudian
ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku
berteriak, Tetapi orang itu berkata "Belum !" lalu ia mulai menyodok
dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang
ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih
buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas !
Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini
berkata "belum !"
"Akhirnya ia mengangkat aku dari
perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah
penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada
seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu
memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum !"
Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi
ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan
penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi
orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.
"Setelah
puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar
dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat
kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak
percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik.
Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala
kulihat diriku.
Renungan :
Seperti inilah ALLAH
membentuk kita. Pada saat ALLAH membentukkita, tidaklah menyenangkan,
sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah
satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik
dan memancarkan kemuliaan-Nya.
"Anggaplah sebagai suatu
kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda
tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah
ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna
dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."
Apabila kita
sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang
membentuk kita. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah
semua proses itu selesai, Kita akan melihat betapa cantiknya Allah
membentuk aku. Tiadalah Allah mau mengecewakan hamba Nya.
Seorang anak kecil
dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. Tiba-tiba anak itu
tergelincir dan menjerit, "Aaaaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika
mendengar ada suara dari balik gunung, "Aaaaahhh!!!"
Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?" Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?"
Ia
merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, "Kau
pengecut..!!" Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, "Kau
pengecut..!!"
Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya,
"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?" Ayahnya tersenyum dan berkata,
"Anakku, mari perhatikan ini" Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada
gunung, "Aku mengagumimu..!!" Dan suara itu menjawab, "Aku
mengangumimu..!!" Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang
juara..!!" Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"
Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan,
"Nak,
orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya inilah yang dimaksud
dengan hidup itu. Ia akan mengembalikan padamu apa saja yang kau
lakukan dan katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan
kita. Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak cinta kasih di dunia ini,
maka berikanlah cinta kasih dari hatimu. Bila kau ingin mendapatkan
kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.
Hal
ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. Hidup akan
memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. Maka, sebenarnya hidup
ini BUKAN SUATU KEBETULAN. Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema
dirimu."
TAK ada rumah tangga yang sepi dari masalah. Tidak ada
suami yang tidak pernah marah dan emosi. Meski demikian, seorang istri
yang cerdas tahu bagaimana meredam kemarahan suaminya dengan tenang dan
penuh kecintaan. Dengan adanya kemarahan, jangan pernah berpikir bahwa
‘sumber’ cinta di antara keduanya telah mengering dan ‘daun-daun’nya
telah rontok berguguran.
Kemarahan
barangkali merupakan emosi yang paling buruk yang perlu ditangani.
Dari waktu ke waktu, siapa pun pernah mengalami perasaan yang kuat ini.
Beberapa penyebab umum kemarahan termasuk frustrasi, sakit hati,
kejengkelan, kekecewaan, pelecehan, dan ancaman.
Kemarahan suami
bukanlah akhir dunia.
It’s not the end of the world, but it’s true
that is definitely hurt. Menjaga keberlangsungan cinta tergantung pada
seberapa besar saling pengertian di antara pasangan suami-istri
(pasutri), kepandaian dan kecerdasan sang istri. Kegagalan untuk
mengenal dan memahami kemarahan suami berpotensi menggiring Anda ke
berbagai problem rumah tangga.
Berikut ini adalah berbagai momen ketika suami marah, dan tips bagaimana seharusnya Anda sebagai istri bertindak:
1.
Jika Anda melihat suami Anda marah dan kesal, berusahalah mereda
kemarahannya; jangan Anda sambut kemarahannya dengan keluhan mengenai
anak-anak atau keruwetan dan keprihatinan rumah tangga. Jangan membantah
dengan pertanyaan tentang hal yang tidak mengenakkan kecuali jika dia
mengutarakannya. Ingatlah sabda Rasulullah SAW, “Siapa saja istri yang
meninggal dunia dalam keadaan suaminya meridhainya, maka dia masuk
surga.” (HR. Ibnu Majah).
Setiap kali Anda mengingat hadits
tersebut, menyelami dan mempraktikkannya dengan senang dan yakin, Anda
akan melihat manfaat yang bakal kembali kepada diri Anda. Pada saat itu
Anda akan menikmati rumah tangga bahagia yang jauh dari problematika
dan konflik.
…Jika Anda melihat suami Anda marah dan kesal,
berusahalah mereda kemarahannya. Jangan membantah dengan pertanyaan
tentang hal yang tidak mengenakkan…
2. Ketika Anda melakukan
kesalahan dalam suatu pekerjaan, semisal terlambat melaksanakan beberapa
tugas domestik karena sibuk berbicara di telepon, dan pada saat itu
suami sedang bersama Anda, maka panggillah dia dengan nama yang paling
disukainya. Lalu ajukan permintaan maaf dan utarakan alasan
keterlambatan Anda menjalankan tugas, sehingga dia merasa bahwa Anda
menyadari bahwa tindakan tersebut adalah salah. Bersabarlah dengan
ungkapan yang mungkin dilontarkannya kepada Anda. Jika Anda bersabar dan
tidak merespons atau mengkritik balik, maka hal demikian telah
membuang sebagian kemarahannya. Meminta maaf dapat mendatangkan tawa
suami.
Tengoklah bagaimana para istri-istri Rasulullah meminta
maaf kepada beliau, meski mereka yang berada dalam posisi marah. Dari
Umar bin Khatthab, dia mengatakan, “Kami kaum Quraisy sangat berkuasa
terhadap kaum perempuan (istri-istri). Dan ketika kami datang ke
tempat orang-orang Anshar, (kami terkejut) karena mereka adalah kaum
yang dikalahkan (toleran) oleh istri-istri mereka, maka mulailah
istri-istri kami mengambil (meniru) etika perempuan-perempuan Anshar.
Kemudian aku bertengkar dengan istriku kemudian dia kembali (meminta
maaf) kepadaku, namun aku tidak ingin dia kembali (minta maaf), maka
dia bertanya, “Kenapa engkau tidak senang aku kembali kepada engkau?
Demi Allah! Sesungguhnya istri-istri Rasulullah SAW kembali (meminta
maaf) kepada beliau sekalipun salah seorang di antara mereka marah
terhadap Rasulullah dari siang sampai malam hari.” (HR. Al-Bukhari)
3.
Jika suami yang marah sedang berbicara, maka jangan sekali-kali Anda
menyela. Redakanlah dengan kata-kata lunak dan santun, misalnya, “Aku
tahu kamu lelah sekali, maaf sayang aku merepotkan diri,” atau lain
sebagainya. Kata-kata seperti ini akan meluluhkan hatinya. Dia akan
merasa bahwa Anda memerhatikan diri dan kecemasannya. Dan jangan pula
membantah apa yang dikatakan atau diinstruksikannya –jika memang itu
baik.
…Jika suami yang marah sedang berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk dan berbicaralah kepadanya dengan baik…
4.
Jika suami yang marah sedang berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk
dan berbicaralah kepadanya dengan baik. Dalam Islam kita diajarkan
trik-trik mengatasi kemarahan di antaranya adalah jika sedang marah
dalam keadaan berdiri maka hendaknya duduk, dan jika sedang duduk
hendaknya berbaring, bisa juga dengan mengambil air wudhu agar
mendinginkan emosi kita yang sedang bergolak. Atau ajaklah suami untuk
bersujud, maksudnya melakukan shalat sunnah. Dalam sebuah hadits
dikatakan,
“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam
hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan
tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal
itu, maka hendaklah dia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR.
At-Tirmidzi)
5. Berusahalah menenangkannya dan menahan emosi
Anda, jika Anda ada di pihak yang benar. Berbicaralah kepadanya dengan
cara bijak.
6. Ketika dia marah, Anda jangan menyinggung
perasaannya dengan berbagai hal. Anda jangan pernah melakukan segala
sesuatu yang dia anggap melecehkan dirinya.
7. Ketika suami
marah, jangan sampai dia Anda tinggal tidur sendirian. Setelah Anda
pastikan bahwa dia sudah lebih tenang, berinisiatiflah melakoni hal-hal
yang bisa mendatangkan keridhaannya. Inisiatif dilakukan oleh pihak
yang lebih baik pemahaman agama dan akalnya di antara kedua pihak
bertikai, atau siapa yang paling memungkinkan dalam masalah marah dan
ridha dari keduanya. Seperti yang dikatakan Abu Ad-Darda` kepada Ummu
Ad-Darda`, istrinya, “Apabila aku marah, maka redakanlah kemarahanku.
Dan jika engkau marah, aku pun akan meredakan kemarahanmu. Jika kita
tidak melakukannya, maka bagaimana kita dapat hidup rukun?”
8. Coba sisipkan humor karena terbukti efektif meredakan kemarahan.
9.
Ingatlah bahwa rumah yang dipenuhi oleh cinta, kenyamanan, sikap
saling menghargai, saling menghormati, dan kesederhanaan dalam segala
hal, lebih baik dari rumah yang dipenuhi makanan lezat serta perabotan
mewah namun penuh dengan kekesalan hati dan permusuhan.
10.
Jangan mudah cemberut. Upayakan agar Anda selalu tersenyum ceria dan
berwajah riang. Dengan demikian Anda bisa memberikan kebahagiaan kepada
suami dan menikmati hidup bahagia penuh kedamaian serta kesenangan.
…marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya…
Demikianlah,
marah dan emosi adalah tabiat manusia.
Kita tidak dilarang marah,
namun diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai
menimbulkan efek negatif.
Dalam riwayat Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah
bersabda, “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat
meridhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan
lambat meridhai.” (HR. Ahmad).
Semoga tips-tips di atas bisa
membantu Anda untuk meredam pasangan hidup Anda, agar dia menjadi orang
yang kuat, seperti disinyalir dalam hadits berbunyi, “Orang yang kuat
tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan
dirinya ketika marah.
** jika
suami lagi marah bisa jadi itu karena faktor external, dan moodnya lagi
kurang bagus, bisa jadi karena faktor ekonomi, pekerjaan, dsb,
disinilah peran istri yg seharusnya bisa
memahami apa yg sedang dialami suaminya dengan begitu istrinya harus
bisa berusaha membuat gembira hati suaminya meskipun dengan hal2 yg
kecil namun berpahala, jadi harus bisa saling memahami, jika ini
dilakukan insya Allah keluarga akan sakinah dan jauh dari percekcokan..
** istri
harus bijak menilai apa2 yg telah dilakukan suaminya dan harus bisa
menilai realistis, dari yg selama ini yg dilakukan suami terhadap istrinya
lebih banyak kerasnya atau lembutnya?? jika lembutnya lebih banyak,
80%... misalnya dan kerasnya hanya 20% dan sekali2, maka ini ga
realistis jika mengatakan suaminya keras, beda halnya jika lebih banyak
kerasnya dari pada lembutnya,
jangan
hanya karena yang 20% itu lalu yg 80% ini habis semuanya.. ini ga
realistis, sama seperti seorang bos yg marah2 kepada seorang office boy
karena melihat di salah suatu ruangan ada pojok yg kurang bersih, dia
marah2 habis2an itu office boy padahal yg kotor hanya sedikit pojok itu
aja, sementara sebagian besar lantainya sudah bersih, harusnya sebelum
menilai pojok yg kotor itu hargai dulu dong bagian yg sudah bersih itu,,
dan inilah yg bijak
Akhwat oh
Akhwat…Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan
menawan, tetapi dari kasih sayangnya pada karib kerabat dan orang
disekitarnya. Pantang baginya mengumbar aurat, dan memamerkannya kepada
siapapun, kecuali pada mahramnya. Dia senantiasa menguatkan iltizam
dan azzam-nya dalam ber-ghadul bashar dan menjaga kemuliaan diri,
keluarga serta agamanya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat
dari suaranya yang lembut dan mempesona, tetapi dari lembut dan
tegasnya tutur dalam mengatakan kebenaran. Dia yang senantiasa menjaga
lisan dari ghibah dan namimah. Pantang baginya membuka aib
saudaranya. Dia yang memahami dan merasakan betul bahwa Allah swt
senantiasa mengawasi segala tindak-tanduknya.
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya kala ia berjalan, tetapi
dari sikap bijaknya memahami keadaan dan persoalan-persoalan. Dia yang
senantiasa bersikap tulus dalam membina persahabatan dengan siapapun,
dimanapun dirinya berada. Tak ada perbendaharaan kata “cemburu buta”
dalam kamus kehidupannya. Dia senantiasa merasa cukup dengan apa yang
Allah swt anugerahkan untuknya, juga atas nafkah yang diberikan sang
suami kepadanya. Tak pernah menuntut apa-apa yang tidak ada kemampuan
pada sang qowwam di tengah keluarga.
Sabar adalah aura yang terpancar dari wajahnya.
Sifat tawadhu’ adalah pakaian yang senantiasa dia pakai sepanjang perguliran zaman.
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia menghormati dan menyayangi
orang-orang ditempat kerja (wajihah dakwah), tetapi dari tatacaranya
menghormati dan menyayangi siapapun dan dimanapun tanpa memandang
status yang disandangnya.Dia yang dilihat menyejukkan mata dan
meredupkan api amarah. Baitii jannatii selalu berusaha ia ciptakan
dalam alur kehidupan rumah tangga. Totalitas dalam menyokong dakwah
suami dan berdarmabakti mengurus generasi penerus yang berjiwa Nabawi.
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memuji dan menaruh
hati padanya, tetapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan
mencintai Allah dan Rasulullah. Dia yang selalu menghindari sesuatu
yang syubhat terlebih hal-hal yang diharamkan-Nya semampunya. Jika dia
sulit untuk menghindari dosa, maka dia akan langsung membersihkannya
dengan banyak ibadah dan rintihan dzikir serta munajat.
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari pandainya dia merayu dan banyaknya
airmata yang menitik, tetapi dari ketabahannya menghadapi liku-liku
kehidupan. Pancaran kasih sayang melesat tajam dari tiap nada bicara
yang keluar dari bibirnya. Dia yang memiliki perasaan yang tajam untuk
selalu berbuat ihsan kala ditempat umum maupun kala sendiri.
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari merdunya suara kala bertilawah Qur’an
dan banyaknya hadits yang ia hafal, tetapi dari keteguhan dan
konsistennya mengamalkan kandungan keduanya. Dia selalu berusaha
mengajarkan pada yang belum memahaminya. Al-Qur’an dan As-Sunnah
dijadikannya sebagai suluh penerang serta pijakan dalam menelusuri
lorong-lorong gelap kehidupan.
Akhwat sejati bukanlah
dilihat dari tingginya gelar yang disandangnya serta luasnya wawasan
ataupun lincahnya ia bergerak, tetapi tingginya ghirah untuk menuntut
ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan. Ilmu
yang bermanfaat adalah tongkat yang ia pegang.
Menjadi akhwat sejati,
niscaya akan membuat iri dan cemburu para bidadari,
menjadi dambaan bagi mereka para insan berjiwa Nabawi,
menjadi dambaan bagi mereka para pemilik ruh yang mencintai Sayyidina Muhammad,
serta para hamba Allah yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang semu…….
Menjadi Akhwat sejati,
Cukuplah mengidolakan tokoh-tokoh utama didalam kaumnya
Sayyidatuna Fathimah Az Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW
Sayyidatuna Aisyah Al Khumaira binti Sayyidina Abu Bakar Shiddiq RA
Sayyidatuna khadijah Al-Khubro binti Khuwailid RA
Sayyidatuna Hafsah binti Umar bin Khattab RA
Sayyitatuna Maimunah RA
Sayyidatuna Shafiyah RA
Sayyidatuna Hawa RA
Sayyidatuna Hajar RA
Sayyidatuna Asiyah binti Muzahim RA
Sayyidatuna Maryam bitin Imran RA
Para
shahabiyah radiyallohu’anha ajma’in dan kaum Annisa utama yang lain
yang sangat banyak yang telah mendapatkan tempat yang mulia disisi Allah
swt.
Mahasuci
Allah SWT, Dzat yang menguasai segala-galanya dengan Maha Cermat dan
Sempurna. Tahu persis apa yang kita lakukan, tidak hanya lirikan mata,
tapi niat di balik setiap lirikan mata. Tidak hanya kata yang terucap,
tapi niat dibalik setiap kata yang terucap. Berbahagialah bagi
orang-orang yang selalu menyadari bahwa ALLAH Maha Melihat, Maha
Mendengar, dan Maha Menilai segala apa yang kita lakukan, sebab
pastilah tidak ada yang luput dari genggaman-Nya, walau satu titik
noktah pun jua.
Pastilah pula Allah Ta’ala akan
memberikan ganjaran yang setimpal dan balasan yang setimpal pula dari
setiap yang kita lakukan. Dan ketahuilah bahwa apapun perilaku yang
kita lakukan sebenarnya adalah pancaran dari hati kita. Seumpama sebuah
teko, ia hanya akan mengeluarkan isi yang ada di dalamnya. Jika di
dalamnya air kopi maka yang keluar juga air kopi, di dalamnya air teh
maka yang keluar juga air teh, di dalamnya air bening maka yang
dikeluarkan juga air bening. Begitu pula dengan perilaku lahiriah kita,
ia adalah cerminan keadaan hati kita yang sesungguhnya.
Artinya,
pribadi seorang hamba yang hatinya telah bersih, bening dan lurus
karena telah terkelola dengan baik akan tercermin pula dari tampilan
dan perilaku lahiriahnya. Diantaranya dapat dilihat dari raut muka atau
wajah kita ini, karena kalau hati cerah, ceria, senang, tulus, dari
wajah juga akan tampak pancaran ketulusan, jadi jernih, bening, dan
senantiasa memancar energi untuk membahagiakan orang lain.
Orang
yang hatinya bersih akan tercermin pula dari kerapihan dan kebersihan
di lingkungan sekitarnya. Kita sepakat bahwa kumal, kusut, kotor, dan
bau adalah perilaku yang tidak disukai agama, karena agama berdiri atas
kebersihan. Demikian disabdakan oleh Rasulullah SAW
Kita
jangan sampai diperbudak oleh mode. Intinya, kalau orang lain melihat
penampilan kita, orang itu menjadi cerah, tentram, senang, dan merasa
aman. Tidak usah pula repot dengan menempelkan segala atribut, gambar
tempel, atau juga tanda jasa supaya orang lain tahu siapa kita. Buat
apa? Semuanya harus wajar dan tidak berlebih-lebihan.
Bagi seorang
wanita yang memiliki hati bersih akan terpancar pula dari penampilannya
yang tidak over acting, tidak berdandan mencolok, tidak mengumbar
aurat tapi justru menjaga dan menutupnya. Hal ini menjadikan orang lain
tidak berdosa gara-gara dia.
Pancaran bersih hati lainnya akan
tampak terealisasikan pula dari struktur bibir atau senyuman. Pastilah
kita akan enak kalau melihat orang lain senyum kepada kita dengan
tulus, wajar dan proporsional. Dan senyum itu bukanlah perkara
mengangkat ujung bibir -- itu perkara tipu-menipu -- tapi yang paling
penting adalah keinginan dari dalam diri untuk membahagiakan orang yang
ada di sekitar kita, minimal dengan senyuman. Dan tentu saja
dilanjutkan dengan sapaan tulus, ucapan salam "Assalaamu'alaikum",
timbul dari hati yang ikhlas, insyaallah ini akan membuat suasana
menjadi lebih enak, tentram, dan menyenangkan.
Demikian pula
hati yang bersih akan menampakkan kata-kata yang halus dan baik.
Lisannya selalu dijaga dari perkataan yang diharamkan seperti dusta,
ghibah, menipu dan lainnya, juga akan terhindar dari menyakiti
saudaranya. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah menyatakan :
“Muslim (yang benar) adalah yang menjadikan orang islam yang lain selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya” (Al Hadits)
Suatu
yang patut kita renungkan, saat duduk di majelis, kadangkala kita suka
enggan menyapa orang di samping kita, sepertinya ada tabir atau benteng
yang kokoh menghalang. Padahal yakin sama-sama umat Islam, yakin
sama-sama mau sujud kepada ALLAH. Kalau kita ada dalam kondisi seperti
ini seharusnya tidak usah berat untuk menyapa duluan. Kenapa kita ini
ingin disapa lebih dulu? Etikanya memang, yang muda kepada yang tua,
yang berdiri kepada yang duduk, yang datang kepada yang diam. Namun
sebaiknya mumpung kita punya kesempatan, lebih baik kita duluan yang
menyapa.
Maka, sudah seharusnya sapaan kita itu tidak hanya
mengoreksi, mengkritik, tapi juga berupa penghargaan, pujian,
ucapan-ucapan doa yang tidak harus ada hubungannya dengan masalah
pekerjaan. Artinya kalau orang lain bertemu kita, haruslah orang lain
itu merasa aman. Kalau mau bicara, sapaan kita juga harus aman, harus
bersih dari membuat orang lain terluka. Pokoknya kalau orang lain
datang, orang itu harus merasa aman. Ini ciri-ciri orang yang
pengelolaan hatinya sudah bagus. Kata-kata, lirikan mata, sikap diri
kita harus kita atur sedemikian rupa sehingga mampu memberikan
kebahagiaan bagi orang lain, sebab hati tidak bisa disentuh kecuali
oleh hati lagi.
Hati yang senantiasa tertata, terpelihara, serta
terawat dengan sebaik-baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan
lapang, tenteram, tenang, sejuk, dan indahnya hidup di dunia ini. Semua
ini akan tampak pula dalam setiap gerak-geriknya, perilakunya, tutur
katanya, sunggingan senyumnya, tatapan matanya, riak air mukanya,
bahkan diamnya sekalipun.
Orang yang hatinya tertata dengan baik
tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah
gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa
mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi
damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan
menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi
hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat
bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan
merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.
Sebaliknya
adalah orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan
gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik,
tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain
berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus
menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.
Sungguh, orang yang
berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang
berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga
orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik dan tidak akan menaruh
hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan
tidak disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan.
Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu, berharta banyak,
pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan mendapat celaan
dari masyarakat yang mengenalnya.
Kebaikan yang ditunaikan
dan kejahatan yang diperbuat seseorang pastilah akan kembali kepada
pelakunya. Jika berbuat kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala
sesuai dengan takaran yang telah dijanjikan-Nya. Sebaliknya, jika
berbuat kejahatan, niscaya ia akan mendapatkan balasan siksa sesuai
dengan kadar kejahatan yang dilakukannya.
wallahu'alam
1. Bersyukur apabila Mendapat Nikmat 2. Sabar apabila mendapat Kesulitan 3. Tawakal apabila mempunyai Rencana 4. Ikhlas dalam segala amal Perbuatan. 5. Jangan Membiarkan hati Larut dalam Kesedihan. ... 6. Jangan Menyesal atas sesuatu Kegagalan. 7. Jangan Putus Asa dalam menghadapi Kesulitan. 8. Jangan Usil terhadap Kekayaan orang lain. 9. Jangan Iri dan dengki atas kesuksesan orang lain. 10. Jangan Sombong kalau memperoleh kesuksesan. 11. Jangan Tamak akan Harta. 12. Jangan terlalu Berambisi akan Kedudukan. 13. Jangan Hancur akan Kezaliman. 14. Jangan Goyah karena Fitnah. 15. Jangan berkeinginan terlalu Tinggi yang melebihi kemampuan kita. 16. Jangan Campuri Harta dengan Harta yang haram. 17. Jangan Sakiti Hati Ayah dan Ibu. 18. Jangan Usir orang yang meminta-minta. 19. Jangan Sakiti Anak Yatim. 20. Jauhkan diri dari Dosa-dosa Besar. 21. Jangan membiasakan diri melakukan Dosa-dosa Kecil. 22. Banyak berkunjung Kerumah Allah. 23. Shalat dengan Ikhlas dan Khusu’. 24. Shalat di awal Waktu dan berjamaahlah. 25. Biasakan Shalat Malam. 26. Perbanyak Zikir dan Doa. 27. Puasa Wajib dan Sunnat. 28. Sayangi dan Santuni Fakir Miskin. 29. Jangan ada Rasa Takut kecuali pada Allah. 30. Jangan Marah berlebih-lebihan. 31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan. 32. Bersatulah Karena Allah dan Berpisahlah karena Allah. 33. Berlatihlah untuk khusyu. 34. Penuhi Janji apabila telah diikrarkan, dan minta maaflah apabila Batal menepati. 35. Jangan mempunyai Musuh kecuali dengan Iblis/setan. 36. Jangan percaya Ramalan Manusia.
Betapa menakjubkan Aku dapat mengambil gayung Aku dapat menyiduk air
Itulah puisi sederhana dari seorang sufi tak dikenal yang tinggal di
sebuah dusun. Mungkin, kita menganggap puisi itu teramat sederhana.
Tapi, bagi sang sufi, puisi itu sungguh hebat karena ia mengungkapkan
ketakjuban yang luar biasa dari kemampuan dirinya. Apa yang kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan, membaca, makan,
dan minum -- tampaknya sangat sederhana. Kita tak merasakan sedikit pun
bahwa semua itu merupakan ''rangkaian'' pelbagai proses yang amat
rumit, kompleks, dan melibatkan perubahan fisika, kimia, dan biologi.
Berjalan, misalnya, sepintas tampak sederhana. Padahal, ada ribuan
reaksi biokimia -- mulai dari pergerakan instruksi dari otak, pembuluh
darah, hingga kontraksi otot kaki. Bagi si lumpuh, berjalan sungguh
merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan. Ada miliaran reaksi
biokimia lainnya yang membuat manusia bisa hidup sempurna. Di antaranya
adalah reaksi biokimia yang mampu menetralisir zat berbahaya seperti
radiasi ultraviolet dan bahan-bahan hasil polusi.
Dari situlah, kita bisa mengerti betapa Maha Penyayang dan
Pemurahnya Allah. Manusia diciptakan dengan kelengkapan dan
kesempurnaan luar biasa -- secara fisis, kimiawi, biologis, dan
matematis -- sehingga tubuh manusia tidak hanya mampu menghadapi segala
kondisi atmosfer bumi yang penuh dengan zat-zat berbahaya, tapi juga
mampu mengubah zat-zat berbahaya itu menjadi zat bermanfaat bagi tubuh
melalui mekanisme dan proses yang rumit dan kompleks.
Allah juga telah menciptakan tubuh manusia dengan sangat indah dan
sempurna. Tentu Allah telah menggunakan fungsi-fungsi matematik dengan
kecermatan dan ketepatan yang tinggi untuk ''mendesain'' bentuk manusia
yang ideal. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang seindah-indahnya'' (QS 95:4).
Dari logika itu, kita bisa memahami betapa sang sufi sangat
mengagumi kemampuan dirinya -- yang bisa mengambil gayung dan menciduk
air. Sang sufi yang menyadari betapa besar karunia yang telah Allah
berikan kepadanya, tak bisa lain akan mengucapkan syukur dalam setiap
geraknya. Karena, dalam setiap gerak manusia, sungguh terdapat ''paduan
kerja yang amat indah, serasi, dan sempurna dari aspek matematis,
fisis, dan biologis'' yang hal itu tak mungkin bisa dilakukan oleh
keterbatasan otak manusia. Sungguh Allah Maha Tepat Perhitungan-Nya.
Allah Maha Pemurah. Dia tak menuntut balasan atas semua yang
diberikan-Nya kepada manusia. Allah hanya minta manusia berbuat sesuai
petunjuk-Nya (Alquran dan Sunah Rasul), agar ''kesempurnaan dan
keindahan'' itu tidak rusak. ''Siapa yang menerima petunjuk itu, maka
manfaatnya untuk dirinya sendiri, dan siapa yang mengingkarinya, maka
akibatnya untuk dirinya sendiri juga (QS 39:41).'
Tengoklah dengan hati yang paling bening, sesungguhnya banyak
di antara kita masih miskin cinta. Uluran pengemis yang ditepis, para
pemimpin umat saling menyeteru, dan orang-orang kaya harta yang miskin
cinta. Dada tempat bersemayamnya mahabbah telah menipis diganti angkara
dunia. Gunjingan dan gosip menjadi nyanyian sehari-hari. Mereka tidak
sadar betapa Allah telah berfirman bahwa bagi orang-orang yang
menggunjing dan memfitnah itu, diibaratkan bagaikan manusia yang
memakan bangkai sesama saudaranya sendiri.
Ini semua terjadi karena di antara kita bisa jadi sudah kehilangan
nuansa cinta, dan sebaliknya sarat dengan muatan keserakahan,
persaingan, dan memandang manusia dari kacamata materi, untung dan rugi
belaka. Dia santuni dan mencoba ingin akrab dengan manusia yang
mempunyai kekuasaan. Sopan dan simpatik penampilannya, tetapi hanya
sekadar untuk mendapatkan cipratan materi. Dan berubah wajahnya ketika
dia berhadapan dengan orang yang lemah (mustad'afin) dan memalingkan
muka dari penderitaan orang-orang miskin.
Sungguh, saat ini kita membutuhkan para pemimpin yang mempunyai
wibawa cinta. Dia menampakkan wajahnya yang teduh dengan senyuman di
bibir, bukan wajah yang sinis mencibir. Seharusnya dia sadar bahwa
dirinya menjadi pemimpin karena adanya orang-orang yang dipimpinnya.
Dia lupa bahwa menjadi pemimpin itu adalah menjadi pelayan umat.
Simak dan resapkanlah perilaku akhlakul karimah Nabi Muhammad saw
dengan sahabat dan umatnya yang bagaikan cahaya mentari. Perilaku
akhlakul karimah beliau itu telah menyentuh nurani umat manusia,
menggubah peradaban yang gelap menjadi terang, dan meninggalkan
pesan-pesan kepada kita untuk menampilkan diri sebagai umat yang
santun, berakhlak, dan saling mencintai penuh kedamaian.
Pada saat Nabi saw meluruskan barisan dalam perang Badar, tanpa
sengaja beliau memukul perut Sawad bin Ghazyah dengan anak panahnya.
Sawad memprotes, ''Ya Rasulullah, dadaku sakit karena pukulanmu. Aku
ingin menuntut qishash''. Mendengar ucapan Sawad, para sahabat marah
seraya berkata, ''Betapa teganya engkau menuntut qishah kepada
Rosulullah''.
Namun dengan tersenyum, Rasulullah menjawab, ''Biarkan dia menuntut
haknya.'' Nabi saw menyingkapkan pakaiannya, dan tampaklah dadanya yang
bidang dan putih itu, seraya bersabda, ''Balaslah!''. Tetapi Sawad
bukannya memukul, melainkan menubruk dada Rasulullah dan kemudian
menciumnya dengan penuh hikmat, seraya berkata, ''Betapa mungkin hamba
membalasmu Ya Rasulullah. Sesungguhnya hamba sudah lama merindu mencium
dadamu. Selama ini mencari kesempatan agar kulit hamba yang kasar ini
dapat menyentuh kulitmu, berilah hamba syafaatmu ya Rasulullah.'' Dan
kemudian Nabi mendoakannya.
Rasulullah memimpin dengan cinta, dan merasa terhimpit jiwanya
melihat penderitaan orang lain yang mengharapkan uluran tangan dan
pantulan cinta yang ikhlas dari sesamanya. wallahu a'lam
Ada 7 Indikator Kebahagiaan menurut Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, apa aja? ini dia..
Suatu hari Sayyidina Ibnu Abbas RA ia ditanya seorang tabiin (generasi
sesudah para sahabat) mengenai kebahagiaan dunia. Ibnu Abbas ra yg sejak
sudah menunjukkan kecerdasan dan semangatnya menuntut ilmu dan beragam
gelar diperolehnya seperti faqih al-ashr (ahli fikih di masanya), imam
al-mufassirin (pen
ghulu ahli tafsir), dan al-bahr (lautan ilmu) menjawab ada tujuh indikator kebahagiaan dunia.
Pertama, hati yang selalu bersyukur. Selalu menerima apa yang diberikan
Allah SWT dengan ikhlas. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman.” (QS al-Mu’minun [23]: 1).
Kedua, pasangan hidup yang
saleh. Pasangan saleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang
saleh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan
diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada
keshalehan. Sebaliknya, istri yang shalehah akan memiliki kesabaran dan
keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suami dan anak-anaknya.
Ketiga, anak yang shaleh. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang
anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga
perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
selalu mendoakan orang tuanya." (HR Muslim).
Rasulullah SAW
pernah menjawab pertanyaan seorang anak muda yang selalu menggendong
ibunya yang uzur. “Ya Rasulullah, apakah aku termasuk berbakti pada
orang tua?” Rasulullah SAW menjawab, “Sungguh Allah ridha kepadamu, kamu
anak shaleh, berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak
akan terbalaskan olehmu.”
Keempat, lingkungan yang kondusif
untuk iman kita. (QS at-Taubah 119). Rasulullah SAW juga mengajarkan
agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering
menasihati kita. Pentingnya bergaul dengan orang shaleh, dapat kembali
membangkitkan semangat keimanan.
Kelima, harta yang halal.
Dalam Islam kualitas harta adalah yang terpenting, bukan kuantitas
harta. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam Bab Shadaqoh, Rasulullah SAW
pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan.
“Kamu berdoa sudah bagus, namun sayang makanan, minuman, dan pakaian dan
tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan.”
Keenam, semangat memahami agama. Semakin belajar, semakin cinta kepada
agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta
inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama
akan menghidupkan hatinya.
Ketujuh, umur yang berkah. Semakin
tua semakin shaleh, yang setiap detiknya diisi amal ibadah. Orang yang
mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, hari tuanya akan sibuk
berangan-angan. Hatinya kecewa bila tidak mampu menikmati yang
diangankannya. Orang yang mengisi umurnya dengan amal ibadah, semakin
tua semakin rindu bertemu Allah SWT.
Hari ini, sebelum lisan berkata buruk, bayangkan mereka yang tidak mampu bicara.
Sebelum menghujat citarasa makanan, pikirkan mereka yang kesulitan mendapatkannya.
Sebelum mencela pasangan hidupmu, bayangkan mereka yang masih menghiba untuk dikaruniai jodoh.
Sebelum bersungut pada kehidupan, pikirkan mereka yang telah meninggal
Sebelum memarahi anak-anakmu, bayangkan mereka yang sulit mendapat
kan keturunan
Sebelum menggerutu malasnya membersihkan rumah, bayangkan mereka yang hidup sehari-hari di lorong jalan.
Sebelum mengomel tentang jauhnya perjalanan saat berkendara, bayangkan mereka yang berjalan kaki.
Sebelum mengoceh tentang pekerjaanmu, empatilah pada mereka yang menganggur dan berharap bisa memiliki posisi sepertimu.
Sebelum menyalahkan orang lain, ingat-ingatlah bahwa tak satupun manusia yang hidup tanpa cela.
Dan, janganlah menyerah karena masalah, tapi tersenyum dan bersyukurlah
karena kita telah diciptakan sebagai makhluk termulia di jagat raya yg
menjadi pengikut insan termulia, Rasulullah shalallahu alayhi
wasallam...
Kelembutan adalah suatu hal yang mulai sirna di zaman ini. Terutama di
lingkungan kita. Tidak jarang dalam sehari kita menemukan berkali-kali
bentuk kekasaran yang terjadi, mulai di lingkungan kerja, lingkungan
masyarakat, pasar, dirumah-rumah hingga sajian ditelevisi yang berupa
film, sinetron, bahkan lawakan sekalipun. Kasar disini maksudnya bukan
kasar didalam tindakan fisik namun menyeluruh. Kasar didalam bentuk
fisik dan kasar didalam tindakan. Padahal Rasulullah shalallahu alayhi
wasallam mengajarkan kepada kita untuk selalu berlemah lembut baik dalam
sopan santun, tindakan dan bahasa.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughoffal radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Dia
memberi pada kelembutan yang tidak diberikan pada kekerasan." (HR Al
Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud bab Adab).
Diriwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Hai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia
mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah
lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga
akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya." (HR
Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya Allah Maha lembut dan mencintai kelembutan, dan Dia
memberi atas dasar kelembutan sebagaimana Dia tidak memberi atas dasar
kekerasan." (HR Imam Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu lembut dan menyukai lemah lembut, dan Allah
akan memberi kepada yang lemah lembut apa yang tidak diberikan kepada
yang kasar."(HR Ahmad).
dari Abdullah bin Mughaffal dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah Azza wajalla Maha Penyantun, menyukai kasih sayang
dan memberi kepada orang yang santun suatu hal yang tidak diberikan
kepada orang yang bengis." (HR Ahmad)
dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Lembut, Dia suka kelembutan
dan memberi padanya apa yang tidak Dia berikan karena sikap kasar." (HR
Darimi).
dari Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Beberapa orang dari kaum
Yahudi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mereka berkata;
"Assaamu 'alaika (kebinasaan atasmu)." Maka aku pun memahami ucapan
mereka, aku langsung menjawab; "'Alaikumus saam walla'nah (semoga atas
kalian kebinasaan dan juga laknat)." maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah
mencintai kelembutan disetiap perkara." Aku berkata; "Wahai Rasulullah,
apakah anda tidak mendengar apa yang diucapkan mereka?" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah menjawabnya;
"wa'alaikum (dan atas kalian juga)." (HR Bukhari)
Diriwayatkan Abdullah bahwa Rasulullah saw berdoa,
"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla menyukai kelembutan dalam sehala hal." (HR Ahmad)
Demikian himbauan dan tuntunan yang mulia dari Sayyidina Muhammad,
tuntunan terindah dari semua tuntunan. Hidup kita bahagia, tenang dan
damai dengan tuntunan Sayyidina Muhammad SAW. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasul SAW bersabda :
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَايُرْحَمُ
“ Barangsiapa yang tidak mengasihani, maka ia tidak dikasihani “
Jadi semakin kita bengis kepada orang lain, hati-hati takdir Allah
semakin bengis kepada kita. Maka semakin kita berlemah lembut kepada
orang lain, Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang makin berlemah lembut
kepada kita.
Maka berlemah lembutlah kepada orang lain
semampunya , dan berusahalah jika orang-orang berbuat jahat kepada kita
doakan agar dia diberi hidayah, karena banyak dari teman dan saudara
kita itu berbuat kemungkaran karena dijebak oleh syaitan, hatinya tidak
mau, hatinya ingin baik, mungkin ia melihat kalian hadir ke majelis
hatinya terpanggil walaupun dia sedang dalam keadaan mungkar dan dosa ,
(si pendosa berkata dalam hatinya) “aku ingin seperti dia hadir ke
majelis” namun dikalahkan oleh kekuatan syetan,,”ah nanti saja lain
waktu”, nah hal seperti ini yang perlu dikasihani, hidayah ada di
hatinya tapi ia dikalahkan oleh kekuatan syetan maka perlu dikasihani,
diseru dengan kelembutan dan diajak kepada keluhuran.
Warisi
perjuangan Nabi kita Muhammad SAW dalam hari-hari kita, bukan berarti
harus menjadi Da’i semua namun jadilah penyeru ke jalan keluhuran di
rumah, di tetangga, di pekerjaan, di sekolahan, kenalkan budi pekerti
yang baik pada ayah bunda,
“kenapa ayah ibu saya selalu kasar
pada saya?” Kalau kau berlemah lembut pada mereka sekali,dua kali, tiga
kali, seminggu dua minggu, belum satu bulan engkau berlemah lembut pada
ayah ibu mu, kau akan menjadi orang kesayangannya, dan kau tidak akan
disakiti perasaanmu karena kau menjadi anak yang di banggakan, kenapa ?
karena sangat berlemah lembut pada Ayah Bunda nya.
Hampir semua
orang yang bengis kepada orang lain, kalau ia di lemah lembuti maka ia
akan berubah menjadi baik, kenapa? Karena, pedang akhlak dan budi
pekerti itu adalah pedang cahaya, kalau pedang besi hanya bisa merobek
dada atau jantung, membunuh…, paling banyaknya tidak bisa lebih dari
itu, tapi pedang cahaya itu bisa menembus sanubari , merubah hati
yang keras menjadi hati yang lembut penuh cahaya, membuat orang yang
bengis menjadi orang yang sangat sering menangis, membuat orang yang
selalu berbuat jahat menjadi orang yang selalu berbuat baik, membuat
musuh terjahat menjadi teman tersetia, itulah pedang cahaya akhlak
Sayyidina Muhammad SAW . Demikian banyak saya tidak bisa sebutkan satu
persatu, riwayat Shahih Bukhari dan lainnya ; orang yang berkata kepada
Nabi Muhammad SAW tidak ada orang yang lebih kubenci dari Muhammad SAW,
tapi setelah keramahan beliau berubah menjadi orang yang paling
dicintainya adalah Sayyidina Muhammad SAW .
As Salamu'alaykum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh ...
Kastrotul masaas yufqidul ihsaas, Ini adalah pepatah Arab yang artinya
adalah sesuatu kalau sering disentuh akan berkurang rasanya. Pada
sentuhan pertama kita akan merasakan rasanya sangat kuat tetapi pada
sentuhan kedua, ketiga, dan seterusnya, rasa itu akan terus berkurang.
Pertama kali manusia menembus angkasa dan mendarat di bulan, beritanya
begitu menggemparkan. Tetapi, ketika ekspedisi kedua, ketiga, dan
seterusnya gaung beritanya mulai berkurang.
Begitu juga dengan
diri kita terhadap dosa. Pertama kali berbuat dosa, diri yang fitri akan
bergetar takut. Rasa takut ini akan berkurang apabila dosa yang sama
diulang kedua kalinya. Dan, akan terus berkurang pada pengulangan
ketiga, keempat, sampai akhirnya pekerjaan dosa itu menjadi biasa,
menjadi adat dan kebiasaan.
Imam Hasan Al Bashri berkata,
''Yang aku takutkan adalah apabila hati kita telah terbiasa dengan
dosa-dosa. Hati adalah bagian yang sangat peka dalam diri manusia,
tetapi kepekaan ini akan hilang dengan dosa yang berulang-ulang.''
Dengan jelas Rasulullah saw juga telah menggambarkan hilangnya kepekaan
hati. Hati itu, kata Rasulullah saw, pada awalnya ibarat kain putih
tanpa noda. Bila seseorang melakukan dosa maka akan ada titik hitam pada
hati itu. Jika dia bertobat, maka titik hitam itu akan dihapus dan
hatinya kembali putih. Tapi, bila tidak dan dia kembali mengulang
berbuat dosa maka titik hitam itu ditambah lagi sampai akhirnya hatinya
menjadi hitam legam. Hati seperti ini tidak lagi peduli dengan
kemungkaran dan tidak lagi mengenal kebajikan. Inilah hati yang disebut
Alquran sebagai al Qulub al Qosiyah, yang lebih keras dari batu
sekalipun.
Secara lebih jelas dapat dirinci fase-fase hati
menjadi qosiyah (keras membatu) sebagaimana dijelaskan Alquran. Pertama,
dimulai dengan lupa dzikir kepada Allah karena dikuasai setan: ''Setan
telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah,''
(QS 58:19). Kedua, karena lupa kepada Allah maka Allah lupakan mereka
kepada diri mereka sendiri: ''Dan janganlah kamu seperti orang-orang
yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri
mereka sendiri,'' (QS.59:19). Ketiga, kemudian setan akan menjadi teman
paling dekatnya: ''Barang siapa yang berpaling dari dzikrullah maka akan
Aku jadikan setan sebagai teman yang selalu menyertainya,'' (QS.43:36).
Keempat, setan ini akan menghiasi semua perbuatan mungkar yang
dilakukan sehingga nampak baik dan benar baginya: ''... Dan setan pun
menghiasi bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka,'' (QS.29:38). Kelima,
karena itu semua maka hati mereka mengeras bagai batu bahkan lebih keras
daripada batu.
Tetapi yang lebih berbahaya dari hilangnya
kepekaan hati terhadap dosa adalah hilangnya kepekaan atas azab Allah.
Sering orang tak tahu bahwa ia sedang diazab Allah karena dosanya. Azab
ini bisa berbentuk musibah, bencana, krisis, dan sebagainya, tetapi juga
bisa berbentuk kenikmatan duniawi.
Adakah pelukis yang melukis sebuah lukisan indah demi lukisan itu sendiri?
Tidak, tujuannya ialah untuk menyenangkan anak-anak atau mengingatkan kembali teman-teman yang telah lama berpisah kepada kenangan terhadap mereka yang mencintainya.
Adakah pembuat tembikar yang membuat kendi demi kendi itu sendiri dan bukan karena mengharapkan air?
Adakah kaligrafer yang menulis demi tulisan semata dan bukan demi kepentingan pembacanya?
Rumah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di sanalah seseorang mendapatkan tempat berlindung dari cuaca panas dan dingin, atau tempat kembali setiap kali bepergian. Di rumah pula, segenap anggota keluarga dapat melakukan berbagai aktivitas.
Selain itu, rumah juga berfungsi sebagai tempat pembinaan. Rumah adalah lokasi terbaik dalam menyemai benih-benih kebaikan serta keimanan dari sebuah keluarga. Sehingga, tidak berlebihan jika setiap orang mendambakan rumah yang nyaman, sejuk, agar mendukung terciptanya keluarga sakinah.
Tidaklah cukup hanya sekadar membangun fisik rumah secara mewah serta mentereng. Namun yang terpenting adalah membangun suasana kondusif dengan dinaungi nilai-nilai Islami dan pada akhirnya sanggup menenteramkan batin penghuninya.
Rasulullah SAW banyak memberikan tuntunan kepada umat yang ingin menjadikan tempat tinggal mereka penuh harmoni dan keberkahan. Nabi SAW memberikan panduan agar jangan berlebihan dalam membangun tempat tinggal. Melainkan, rumah seorang Muslim adalah yang cukup untuk sekadar mampu menutupi dari pandangan orang lain dan melindunginya dari bahaya hewan buas.
Paling tidak, pedoman sebuah rumah yang baik adalah yang bisa memberikan rasa nyaman serta asri. ‘’Dengan begitu, penghuninya akan merasa nyaman, juga merasa terlindungi,’’ papar Syekh asy-Syaami.
Sikap dan tindak tanduk penghuni rumah turut memberikan kontribusi bagi terciptanya suasana tenteram. Nabi SAW menekankan, agar setiap Muslim memperhatikan adab ketika hendak masuk rumah.
‘’Jika kamu hendak masuk rumah, maka sebaiknya kamu ucapkan salam, karena hal itu akan membawa keberkahan bagi kamu dan keluargamu.’’ (HR Tirmidzi)
Ada beberapa hal lain yang patut mendapat perhatian. Rasulullah mencontohkan, saat masuk rumah, jangan secara tiba-tiba, tanpa sepengetahuan keluarga yang ada di dalam, agar mereka tidak kaget. Itulah tujuannya seseorang mengucapkan salam lebih dulu.
Beliau juga berdoa saat pulang ke rumah. ‘’Segala puji hanya milik Allah SWT semata, Zat yang telah memberiku kecukupan dan tempat berlindung, yang telah memberiku makan dan minum, yang telah memberiku karunia dan melebijkannya. Ya Allah, aku meminta kepada-Mu selamatkanlah aku dari api neraka.’’
Dan ketika sudah masuk dalam rumah, beliau biasanya membuka pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan. ‘’Nabi menanyakan bagaimana keadaan mereka (anggota keluarga yang lain),’’ tutur Syekh asy-Syaami.
Hendaknya, segala aktivitas yang dilakukan di rumah, tidak terlepas dari niat untuk meraih ridha Allah SWT. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah menekankan, ketika masuk rumah dan sebelum makan di rumah, seseorang sebaiknya menyebut asma Allah.
Maka setan pun berkata, ‘’Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam bagi kalian.’’ Akan tetapi, jika tidak menyebut asma Allah, setan berkata, ‘’Malam ini kalian mendapatkan tempat bermalam dan hidangan makan malam.’’
Dianjurkan pula kepada penghuni rumah untuk senantiasa melingkupi suasana rumah dengan bacaan Alquran. Sabda Nabi SAW, ‘’Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sungguh, rumah yang di dalamnya selalu dibacakan ayat-ayat Alquran, tidak dimasuki setan.’’ (HR Tirmidzi)
Rasulullah juga menjaga keharuman di dalam rumah beliau. Ini mengingat beliau sangat menyukai wewangian. Oleh sebab itu, di dalam rumah sebaiknya penghuni benar-benar menjadi kebersihan, khususnya kamar mandi untuk menghindari munculnya bau yang kurang sedap.
Dari pandangan Syekh Yusuf al Qardhawi, setidaknya terdapat empat elemen terwujudnya rumah yang Islami. Pertama, luas dan bersih, kedua, menghias rumah secara halal dan tidak berlebihan, ketiga, tidak memajang patung di rumah. ‘’Serta keempat, tidak memelihara anjing,’’ ungkap ulama terkemuka itu.
Apabila keluarga itu berkelebihan, dianjurkan untuk memelihara anak yatim, sesuai sabda Rasulullah. ‘’Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.’’ (HR Ibnu Majah). wallahu a'lam