20 Agustus 2011

Nasi Merah berguna untuk menahan Lapar saat Puasa



Mengonsumsi makanan yang membutuhkan waktu yang lama untuk dicerna, berguna untuk mencegah rasa lemas saat puasa.

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan Islamic Medical Association of South Africa, makanan yang membutuhkan waktu lama untuk dicerna, perlu sekitar 8 jam agar benar-benar habis dicerna oleh lambung. Sebaliknya, makanan tidak masuk dalam kategori itu hanya butuh waktu cerna 3-4 jam.

Makanan yang termasuk lama waktu cernanya adalah karbohidrat kompleks. Contoh paling terkenal adalah nasi, terutama nasi merah. Karena itu jika Anda menyantap nasi merah saat sahur dalam jumlah cukup, Anda tidak akan cepat merasa lapar. Yang masuk dalam kategori karbohidrat kompleks lainnya adalah gandum, oat, kacang-kacangan.

Sementara itu makanan yang memiliki waktu cerna pendek adalah yang mengandung bahan seperti gula dan tepung terigu. Karena itu, jika Anda makan roti putih saat sahur, belum lama berselang Anda akan merasa sangat lapar.

Yang juga membuat kenyang lebih lama adalah makanan berserat. Kacang hijau, kacang polong, bayam, buah yang bisa dimakan dengan kulitnya, dan buah kering adalah yang jenis berserat tinggi.

Makanan berminyak sebisa mungkin dihindari, walau banyak yang justru mengonsumsi makanan jenis itu selama puasa. Makanan berminyak menyebabkan gangguan pencernaan, maag, dan dapat menaikkan berat badan. Demikian pula makanan berlemak.

Lalu, yang juga sebaiknya dihindari saat sahur adalah terlalu banyak makan. Minum teh terlalu banyak saat sahur juga tidak baik. Teh menyebabkan produksi urin meningkat. Makin banyak urin keluar, makin banyak pula garam keluar. Padahal, garam sangat dibutuhkan selama puasa.

Untuk minuman, sebaiknya pilih air putih atau jus buah tanpa gula. Minum sebanyak mungkin selama malam hari, antara waktu buka hingga saat akan pergi tidur. Dengan demikian, semuanya bisa menggantikan semua cairan yang hilang selama puasa.

http://www.lailahaillallah.com/blog/page_2/

Sedekah itu menguntungkan


sedekah.jpg
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang perintah dan anjuran bersedekah.

Di antaranya adalah firman Allah,

,,Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh? '. "
(Q.S. Al-Munafiqun (63): 10)

Jika Kita Cinta Rasulullah Shollallahu a'laihi wassallam


kaligrafi rasulullah 1.jpg
Apa yg kita lakukan jika kita mencintai Rasulullah Shollallahu a'laihi wassallam ?, yaitu :


a. Mentaati beliau shallallahu alaihi wasalam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallahu alaihi wasalam manakala mendengar Nabi shallallahu alaihi wasalam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.

Jujur


oleh: KH. BACHTIAR AHMAD
***********************
Kejujuran atau sifat jujur adalah sesuatu yang paling berharga dan bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Dan oleh karena memiliki kejujuran inilah Rasulullah SAW; Muhammad bin Abdullah mendapat tempat terhormat di kalangan penduduk Makkah, sehingga akhirnya beliau diberi gelar kehormatan Al-Amin atau orang yang sangat dipercaya dan terpercaya ucapan dan tindakannya, jauh-jauh hari sebelum beliau mendapat wahyu dan dilantik sebagai utusan Allah.

Imam Al-Qusyairi dan Al-Wasithy (semoga Allah merahmati beliau berdua) menyatakan; Bahwa “kejujuran adalah pangkal Tauhid yang menjadi pokok pangkal dari takwa” Artinya adalah; bahwa siapa saja yang telah bersyahadat, tapi tidak sepenuhnya melaksanakan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya, maka ia belum dapat dikatakan memiliki keimanan yang sempurna, dan belum bisa disebut sebagai orang yang bertakwa. Sebab secara umum makna dan hakikat iman itu adalah; ucapkan dengan lidah; benarkan dengan hati; dan buktikan dengan perbuatan nyata. Sedangkan makna takwa secara umum adalah taat melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah SWT (dan Rasul-Nya).

Pendapat Al-Qusyairi dan Al-Waithy tersebut boleh jadi dapat dibenarkan, jika kita kaitkan dengan sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Bazzar r.a yang menerangkan:

“Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, terangkan kepadaku, apa yang paling berat dan apa yang paling ringan dalam beragama Islam?”. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Yang paling ringan dalam beragama Islam ialah membaca syahadat atau kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah. Sedang yang paling berat adalah hidup jujur (dapat dipercaya). Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur."

Sementara itu Imam Al-Ghazali menyatakan; “Jujur adalah pangkal ikhlas atau tidaknya semua amal perbuatan seorang hamba. Seseorang tidak akan sampai ke tingkatan ikhlas yang sesungguhnya, jika tidak memiliki kejujuran.”

Menurut Imam Al-Ghazali, seseorang bisa saja ikhlas dalam suatu perbuatan, akan tetapi belum tentu jujur dalam hal lain.

(Contohnya adalah semisal sedekah yang di berikan oleh seorang pencuri/koruptor. Si pencuri/ si koruptor bisa saja ikhlas ketika menyedekahkan sebahagian hasil curian/korupsinya kepada orang lain, tapi belum tentu ia mau mengungkapkan secara jujur, bahwa apa yang disedekahkannya itu adalah hasil curian / koprusi yang dilakukannya)

Berkaitan dengan penjelasan diatas, menurut Syaikh Fathur-rahman menjelaskan pula; bahwa kewajiban berpuasa yang diperintahkan Allah SWT kepada orang yang beriman di setiap bulan Ramadhan, tujuan utamanya bukan hanya sekadar mendidik kita untuk bertakwa sebagaimana yang terangkum dalam firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, diwa-jibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Akan tetapi perintah tersebut langsung atau tidak langsung tujuan akhirnya yang paling utama adalah, agar di dalam diri setiap orang yang beriman yang melaksanakan kewajiban puasa tersebut tumbuh sifat jujur atau ada kejujuran di dalam dirinya.

Syaikh Fathur-rahman menjelaskan, bahwa tujuan akhir dari puasa sebagaimana yang dimaksudkan di atas (tumbuhnya sifat jujur atau kejujuran dalam diri orang yang berpuasa), secara umum dapat dilihat dari 2(dua) hal:

Pertama: Puasa adalah ibadah yang tersembunyi atau dalam istilah lain ada yang menyebutnya sebagai ibadah bathiniah atau ibadah sirr, dimana kondisi puasa atau tidaknya seseorang hanya diketahui oleh orang yang berpuasa dan Allah SWT. Tidak ada seorangpun yang dapat menilai atau memprediksi: Apakah seseorang itu sedang puasa atau tidak. Dan oleh keadaan ini pula, maka ibadah puasa pada akhirnya memiliki nilai tambah tersendiri sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis qudsi:

“Bahwa sesungguhnya Allah SWT telah ber-firman: “Semua kelakuan anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsunya, kecuali puasa. Maka hal itu melulu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalas-nya.” (HQR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a)

Yang kedua: Besar atau kecilnya nilai ketakwaan seseorang terletak dari besar atau kecilnya nilai-nilai kejujuran yang dia miliki. Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang tellah difirmankan Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakan-lah perkataan yang benar.” (Q.S.Al-Ahzab: 70)

Lebih lanjut Syaikh Fathur-rahman menjelaskan, pada akhirnya jika seseorang itu tidak lagi memiliki nilai-nilai kejujuran, maka di saat itulah semua amal ibadah yang dilakukannya tidak berguna sama sekali. Dan boleh jadi keadaan inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dalam sabda beliau:

“Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur.”

Jadi kesimpulannya, jika ingin tahu seberapa tinggi nilai ketakwaan yang kita miliki, maka sebaik-nya kita ukur seberapa besar nilai kejujuran yang ada pada diri kita.

Mudah-mudahan pada paruh terakhir Ramadhan tahun ini, setelah kita berupaya semaksimal mungkin menunaikan kewajiban puasa Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya; baik yang diwajibkan mapun yang sunat; kita telah diberikan hidayah dan inayah oleh Allah SWT untuk menapaki jalan kejujuran yang lebih baik dari hari-hari kemaren; dan akan semakin baik di hari-hari mendatang; baik dalam keadaan berpuasa ataupun tidak.

Allahumaj’alni min ‘ibadikash-sholihin; wa ‘ibadikal muttaqiin; wa ‘ibadikash-shiddiqiin; birohmatika ya arhamar-rohimiin…..

Wallahua’lam

Jakarta, 19 Ramadhan 1432 H / 19 Agustus 2011

http://www.lailahaillallah.com/profile-R/blog/nasihat-akhir-ramadhan/

Nasihat Untuk Saudara




Saudaraku........
Jika engkau menjadi ibu....
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh....
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu....
Jadikanlah mereka mujahid.........
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah.....
Jangan biarkan mereka bermanja-manja.....
Jangan biarkan mereka bermalas-malas..........
Siapkan mereka untuk menjadi hamba yang shalih....
Hamba yang siap menegakkan Risalah Islam.

Saudarau........
Jika engaku menjadi Bapak......
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah..........
Ajaklah mereka taat kepada Allah.......
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti.......
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat.......
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yang
durhaka.

Mohonlah kepada Allah..........
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih.....
Anak yang bisa membawa kebahagiaan.


Saudaraku.........
Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam "istanamu "........
Disayang, dimanja dan dilayani suami......
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu........
Jika itu engkau lakukan " istanamu " akan menjadi neraka bagimu

Saudaraku............
Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu.........
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu......
Jika itu engaku lakukan akan celaka....
Engaku tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih,
tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah.....
Lihatlah bagaimana Allah menegur " Nabi "-mu
tatakala
mengharamkan apa yang Allah halalkan hanya karena
menuruti kemauan sang istri.
Tegaslah terhadap istrimu.................
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah.......
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya........
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth...........
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka
menjadi penentang.....
Istrimu bisa menjadi musuhmu...........
Didiklah istrimu........
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal
terhadap tugas suami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama yang bias menjaga kehormatannya......
Jadikan dia sebagai Khadijah, wanita utama yang bias mendampingi sang suami
Muhammad SAW menerima tugas risalah.....
Istrimu adalah tanggung jawabmu....
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah.....
Biarkan mereka menjadi waniata shalilah....
Biarkan mereka menjadi hajar atau Maryam........
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu...

Saudaraku.......
Jika engkau menjadi istri.........
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu......
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah......
siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia
terhadap tugas suami.....
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bias menjaga
kehormatannya....
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah,
bisa mendampingi suami menjalankan misi.
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu....
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu....
Jika itu kau lakukan.....
Kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi
pendurhaka................jangan..........

http://www.lailahaillallah.com/blog/